Mahapatih

Revisi sejak 4 Agustus 2021 16.14 oleh Agiardo Yanuarisa (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Mahapatih''' atau Rakryan Mahapatih (Patih Amangkubhumi) adalah jabatan tertinggi setelah Sri Maharaja (raja besar) pada zaman kerajaan Nusantara kuno, khususnya pada era Majapahit. Jabatan ini setingkat dengan jabatan Perdana Menteri (mantri mukya).<ref name="BP-Sejarah Nasional">{{cite book | title = Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno – Volume 2 dari Sejarah Nasional Indonesia | author1= Marwati Djoened Poesponegoro | author2= Soejono (...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Mahapatih atau Rakryan Mahapatih (Patih Amangkubhumi) adalah jabatan tertinggi setelah Sri Maharaja (raja besar) pada zaman kerajaan Nusantara kuno, khususnya pada era Majapahit. Jabatan ini setingkat dengan jabatan Perdana Menteri (mantri mukya).[1](hlm.481)

Untuk membedakan dengan jabatan patih yang ada di negara daerah (provinsi) yang biasanya disebut Mapatih atau Rakryan Mapatih, maka dalam Nāgarakṛtāgama jabatan Patih Amangkubhumi dikenal dengan sebutan Apatih Ring Tiktawilwadika.

Mahapatih yang paling populer adalah Gajah Mada, yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya dan membuat Majapahit mencapai masa kejayaannya. Gelar yang disandang Gajah Mada sebagai mahapatih adalah Sang Mahamantri Mukya Rakyran Mapatih Gajah Mada.

  1. ^ Marwati Djoened Poesponegoro; Soejono (R. P.); Richard Z. Leirissa (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno – Volume 2 dari Sejarah Nasional Indonesia. PT Balai Pustaka. ISBN 9789794074084.