Suku Basemah

suku bangsa di Indonesia ‎
Revisi sejak 7 Agustus 2021 15.15 oleh Fdlptra (bicara | kontrib)

Suku Melayu Besemah (KBBI: suku Basemah)[1] atau suku Pasemah/Pesemah adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Kota Pagaralam, kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu, dan Muara Enim. Suku ini secara umum bermukim di sekitar kawasan gunung berapi yang masih aktif, gunung Dempo. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di Provinsi Bengkulu. Suku Pasemah merupakan 2 dari 2 suku pokok yang ada di sumatera Selatan yaitu suku Melayu & Komering 2 suku ini adalah suku asli yang berasal dan sudah ratusan tahun tinggal di Sumatera Selatan.

Besemah
Daerah dengan populasi signifikan
Kabupaten Empat Lawang
Kabupaten Lahat
Ogan Komering Ulu
Kota Pagar Alam
Kabupaten Muara Enim
Bahasa
Melayu Basemah
Indonesia
Melayu
Melayu Tengah
Agama
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Kelompok etnik terkait
Melayu Lintang, Melayu Serawai, Melayu Kaur, Melayu Palembang, Melayu Ogan, Lampung, Rejang, Minangkabau

Suku Pasemah yang sekarang paling identik adalah Kota Pagar Alam, Lahat, Muara Enim dan Empat Lawang. Empat Lawang merupakan kabupaten baru pemerkaran dari Kabupaten Lahat. Sedangkan Muara Enim yang merupakan suku Basemah adalah daerah sekitar Semendo, kurang lebih 50 km dari Kota Muara Enim.

Masyarakat Suku Pasemah yang hidup di sekitar gunung Dempo sebagian besar merupakan petani dengan mengelola kebun. Tanaman pokok adalah yang terbanyak. Saat ini pun daerah ini masih menjadi sentra produksi kopi di Sumatera Selatan. Kopi Semendo adalah salah satu kopi yang paling dicari oleh para penikmat kopi. Sedangkan tanaman lainnya adalah sayuran, Kota Pagar Alam sebagai sentral sayuran sepeti kobis, wortel, cabe, daun bawang, seledri, dan lain-lain.

  • Suku Basemah yang hidup di sekitar Gunung Patah di wilayah Sumatera Selatan, memiliki dua tradisi yakni matrilineal dan patrilineal. Tradisi matrilineal berlaku pada marga Semende daghat (darat).
  • Meskipun memiliki dua tradisi, tapi peranan dan posisi perempuan tetap sama di keluarga maupun masyarakat. Perempuan dan laki-laki bekerjasama mengurus rumah, sawah, kebun, dan akses terhadap hutan, termasuk pula terhadap hukum adat.
  • Tradisi matrilineal di marga Semende Darat sebagai simbol penghormatan terhadap alam yang mereka ibaratkan sebagai ibu. Semua kekayaan alam itu dari ibu kembali ke ibu.
  • Falsafah hidup Suku Basemah yang mengatakan “tidak dapat membantu, tapi jangan merusak jadilah”. Falsafah ini sama seperti sikap alam terhadap makhluk hidup, khususnya manusia.[2]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia: Basemah
  2. ^ "Mongabay.co.id". www.mongabay.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-28. 

Daftar pusaka

  • Brigitte Khan Majlis. Catalogue// Art Institute of Chicago Museum Studies. — 1966. — Vol.33 — № 2. pp. 28—112.
  • Edwin M. Sumatra. Its History and People/ Edwin M. // Artibus Asiae. — 1937. — Vol.7— № 2. — pp. 290—296.
  • Miksic J. Classical Archaeology in Sumatra/ Miksic J. // Indonesia. — 1966.— Vol. 30.— pp. 42—66.

Pranala luar