Ende (kota)

ibu kota Kabupaten Ende, Indonesia

Kota Ende adalah sebuah kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kota ini terletak di pesisir selatan Pulau Flores dan berdekatan dengan Kabupaten Ende.

8°50′26″S 121°39′50″E / 8.84056°S 121.66389°E / -8.84056; 121.66389

Kota Ende Tahun 1930-an

Luas Wilayah kota Ende 92.97 m2 dengan populasi 93.894 jiwa (2018), kota ini dijuluki kota terpadat kedua di Nusa Tenggara Timur setelah Kota Kupang. Penduduk di kota ini terkenal karena keramahannya terhadap wisatawan asing.

Sejarah

Kota Ende adalah tempat dari sebuah kerajaan. Penduduk daerah ini disebut sebagai orang Lio-Ende. Selama beberapa dekade, Kota Ende menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan aktivitas politik.

Pemberontakan melawan yang dipimpin oleh Nipa Do dikenal sebagai Watu Api dan Mari Longa (1916-1917). Pada 1934, Soekarno yang nantinya menjadi presiden pertama Indonesia diasingkan ke Kota Ende oleh pemerintah kolonial Belanda.

Sesudah diasingkan ke Kota Ende, Soekarno diasingkan kembali ke Rengasdengklok untuk persiapan kemerdekaan Indonesia sekaligus pelantikan menjadi presiden Indonesia. Hal ini tercantum dalam sejarah bangsa Indonesia yang cukup kelam.

Pemerintahan

Daftar Walikota

Dewan Perwakilan

Kecamatan

Kota Ende terdiri dari 4 Kecamatan, 12 Kelurahan, dan 41 Desa. Pada tahun 2021, jumlah penduduknya mencapai 354.100 jiwa dengan luas wilayah 223,50 km² dan sebaran penduduk 145 jiwa/km².[1][2]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Ende, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
53.08.03 Ende 32 Desa
53.08.04 Ende Selatan 5 - Kelurahan
53.08.20 Ende Timur 3 3 Desa
Kelurahan
53.08.18 Ende Utara 4 6 Desa
Kelurahan
TOTAL 12 41


Kesehatan

Rumah Sakit

  • RSUD Misi Ende
  • RSIA SSPS Ende

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

  • Puskesmas Kota Ratu
  • Puskesmas Ndetundora
  • Puskesmas Rewarangga
  • Puskesmas Riaraja
  • Puskesmas Rukunlima
  • Puskesmas Wolojita

Transportasi

Kota Ende dilayani berbagai macam transportasi, mulai dari angkutan kota, taksi bandara, kapal laut dan bus AKAP. Selain itu, kota ini juga dilayani beberapa maskapai penerbangan dari Bandara H. Hasan Aroeboesman menuju daerah lain di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Denpasar, Pontianak dll.

Penduduk di kota ini rata-rata hampir semuanya menggunakan transportasi umum, terutama yang tinggal di desa-desa terpencil. Mereka menggunakan angkutan umum untuk mengangkut hasil panen serta membawa belanjaan dari pasar.

Referensi

  1. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  2. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala Luar