Feisal Tanjung
Jenderal TNI (Purn.) Feisal Edno Tanjung (17 Juni 1939 – 18 Februari 2013), adalah seorang tokoh militer Indonesia. Feisal adalah alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1961. Seorang perwira yang memiliki pengalaman di bidang tempur, teritorial dan pendidikan. Awal kariernya banyak dihabiskan di pasukan khusus; Grup Sandhi Yudha RPKAD (sekarang Kopassus) dan kemudian di Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad.
Feisal Tanjung | |
---|---|
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Republik Indonesia ke-5 | |
Masa jabatan 14 Maret 1998 – 21 Mei 1998 | |
Presiden | Soeharto |
Pengganti Petahana | |
Masa jabatan 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999 | |
Presiden | Baharuddin Jusuf Habibie |
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-11 | |
Masa jabatan 21 Mei 1993 – 12 Februari 1998 | |
Presiden | Soeharto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Tarutung, Onder Afdeling Silindung, Keresidenan Tapanuli, Hindia Belanda | 17 Juni 1939
Meninggal | 18 Februari 2013 Jakarta, Indonesia | (umur 73)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Non partisipan |
Suami/istri | dr. Masrowida Lubis |
Hubungan |
|
Anak |
|
Almamater | Akademi Militer Nasional (1961) |
Pekerjaan | Tentara |
Penghargaan sipil | ICSA Awards 2008 |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1961–1998 |
Pangkat | Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri (Kopassus) |
Pertempuran/perang |
|
Sunting kotak info • L • B |
Latar belakang
Putra ke-5 dari 10 bersaudara dari pasangan Amin Husin Abdul Mun’im Tanjung, seorang tokoh Muhammadiyah di Tapanuli Utara[1] dan Siti Rawani Hutagalung. Nama tengah "Edno" pada namanya disesuaikan dengan urutan kelahirannya (E adalah huruf ke-5 alfabet). Nama keluarga "Tanjung" bukan nama yang dibawa dari lahir. Tapi baru diadopsi ketika saudara tertua Feisal, Fahmi Ahda Tanjung, mulai memasuki bangku perkuliahan.[2]
Menghabiskan masa kecil di daerah pesisir pantai menimbulkan minat yang besar pada diri Feisal untuk menjadi seorang perwira Angkatan Laut. Dua kali Feisal mencoba mendaftar seleksi Akademi Angkatan Laut, dan dua kali ia tidak berhasil. Pertama, setelah lulus SMP, ia mencoba mendaftar menjadi aspiran kadet Akademi Angkatan Laut tetapi gagal karena tidak cukup umur. Kemudian setelah lulus SMA, Feisal mencoba kembali mendaftar untuk mengikuti seleksi kadet Akademi Angkatan Laut. Selain mendaftar ke AAL kali ini Feisal juga mendaftar untuk seleksi taruna Akademi Militer Nasional. Surat panggilan dari AMN datang terlebih dahulu, sehingga Feisal terpaksa membatalkan niatnya untuk menjadi perwira Angkatan Laut. [3]
Farouk Freddy Tanjung, adik kandung Feisal, kemudian mengikuti cita-cita awal abangnya untuk mendaftar ke Akademi Angkatan Laut. Farouk berhasil mencapai pangkat Brigjen Marinir, dengan jabatan terakhir Kastaf Korps Marinir TNI AL, sebelum kemudian ia meninggal dunia karena sakit.[4]
Karier
Riwayat Pendidikan
- Akademi Militer 1961
- Kursus Dasar Para 1962
- Kursus Komando 1965
- Kursus Sandhi Yudha 1967
- Kursus Perwira Lanjutan Satu Infanteri 1967
- Kursus Perwira Lanjutan Dua Infanteri 1968
- Fuhrungsakademie (Seskoad), Hamburg, Jerman 1971
- Sekolah Staf dan Komando Gabungan 1977
- International Defence Management Course, Monterey, Amerika Serikat 1981
- Lemhanas 1982
Riwayat Operasi
- Operasi Masohi / RMS tahun 1963
- Operasi Trikora tahun 1963
- Operasi Dwikora tahun 1965
- Operasi G30S/PKI tahun 1965
- Operasi Wibawa OPM tahun 1967
- Penentuan Pendapat Rakyat tahun 1969
- Operasi Bhakti Kodam XVII/Tjenderawasih (Ekspedisi Lembah X) tahun 1969
- Pasukan Garuda ICCS IV Vietnam tahun 1973
- Operasi Seroja Timor Timur tahun 1976
Riwayat Jabatan
Di bawah ini adalah karier Feisal Tanjung sejak di militer hingga memiliki jabatan di Kabinet Pembangunan VII:[5][6][7]
- Komandan Peleton 1 Kompi 2 Yonif 152 Kodam XV/Pattimura
- Komandan Kompi 2 Yonif 152 Kodam XV/Pattimura
- Komandan Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD
- Komandan Detasemen 41 Grup 4 RPKAD
- Komandan Karsa Yudha 1 Grup 4 RPKAD
- Komandan Tim Ekspedisi Lembah X
- Wakil Komandan Grup 1 RPKAD (Grup 1/Para Komando)
- Dosen Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat 1972
- Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
- Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
- Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad
- Kepala Staf Komando Tempur Lintas Udara Kostrad
- Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad (Divisi Infanteri 1/Kostrad) 1981–1983
- Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri 1983–1985
- Panglima Kodam VI/Tanjungpura 1985–1988
- Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat 1988–1992
- Kepala Staf Umum ABRI 1992–1993
- Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 1993–1998
- Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan VII masa kerja 14 Maret 1998 – 21 Mei 1998
- Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam Kabinet Reformasi Pembangunan masa kerja 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999
Ekspedisi Lembah X
Pada tahun 1969 Pierre Dominique Gaisseau, menemui Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo, dengan maksud meminta izin untuk melakukan film dokumenter di sebuah lembah terasing di Irian Jaya.
Sarwo Edhie kemudian mengeluarkan perintah Operasi Bhakti Kodam XVII/Cenderawasih atau lebih dikenal dengan sebutan Ekspedisi Lembah X.
Untuk mendampingi Gaisseau dan kru televisi NBC Amerika, dibentuklah tim gabungan personil RPKAD, Kodam XVII dan TVRI[8][9]yang terdiri dari:
- Kapten Inf Feisal Edno Tanjung (RPKAD), komandan tim
- Kapten Azhim Zahif (Kodam XVII), wakil komandan tim
- Kapten Cdm Dr. Bondan Haryono (RPKAD), perwira kesehatan
- Kapten Drs. Hadiritma (RPKAD), perwira sosial budaya
- Lettu Inf Sintong Panjaitan (RPKAD) perwira operasi
- Lettu Czi Agung Harmono (Kodam XVII), perwira zeni
- Capa Marwoto (RPKAD), perwira perhubungan
- Sersan Mayor Suparmin (RPKAD), bintara logistik
- Koptu Solichin (RPKAD), penghubung
- Prada Mami (Kodam XVII), putra daerah
- Prada Derek Vugu (Kodam XVII), putra daerah
- Hendro Subroto (TVRI), wartawan perang
Ekspedisi ini sukses melakukan kontak dengan suku terasing yang belum tersentuh peradaban luar. Namun disayangkan hasil film dokumenter Gaisseau dan kru NBC hilang terbawa arus sungai Meitanyeh.[10] Sehingga Gaisseau kemudian melakukan ekspedisi kedua dengan tim yang berbeda yang diberi nama Ekspedisi Nusantara Jaya.[11]
Panglima Kodam VI/Tanjungpura
Karier militer Feisal Tanjung dari sejak lulus dari Akademi Militer Nasional sampai menjadi Panglima Kodam termasuk gemilang. Perwira dengan sembilan penugasan operasi militer ini mencapai pangkat Brigjen pada usia 43 tahun dan pangkat Mayjen pada usia 46 tahun. [12]
Pada pangkat Mayjen inilah, Feisal Tanjung mendapat kepercayaan menjabat Panglima Kodam VI/Tanjungpura. Proses likuidasi TNI AD pada tahun 1984-1985 menjadikan wilayah Kodam VI/Tanjungpura sangat luas, yaitu meliputi seluruh pulau Kalimantan. Sebelum likuidasi, pada pulau Kalimantan terdapat empat kodam; Kodam IX/Tambun Bungai, Kodam X/Lambung Mangkurat, Kodam XI/Mulawarman dan Kodam XII/Tanjungpura. Feisal adalah panglima pertama di Kodam VI/Tanjungpura.[13]
Dewan Kehormatan Militer
Nama Komandan Seskoad Mayjen TNI Feisal Tanjung mulai menjadi pembicaraan hangat setelah memimpin DKM (Dewan Kehormatan Militer) untuk tragedi Santa Cruz di Timor Timur tahun 1991. Penunjukan Feisal Tanjung oleh Presiden Soeharto saat itu membuat heran banyak orang karena saat itu KSAD Edi Sudrajat tidak menyodorkan namanya sebagai calon ketua DKM. Hasil rekomendasi DKM yang paling nyata adalah pencopotan Mayjen TNI Sintong Panjaitan - salah satu perwira yang bersinar saat itu - dari jabatan Pangdam Udayana. Selain itu juga diberhentikannya Brigjen Rudolf Warouw dari Panglima Komando Pelaksana Operasi Timor Timur serta Kapten Choki Aritonang dan beberapa bawahannya sebagai perwira pelaksana di lapangan. Semuanya dicopot sebagai reaksi pemerintah memenuhi tuntutan internasional akan penanggungjawab terjadinya kerusuhan di Santa Cruz Timor Timur yang mencoreng citra RI masa itu.
Saat menjabat Panglima ABRI, terjadi friksi antara kubu Jenderal TNI Feisal Tanjung dan kubu Jenderal TNI R. Hartono (KSAD), juga adanya rumor penggolongan ABRI Hijau dan ABRI Merah Putih.
Tanda jasa
Di bawah ini adalah tanda jasa Feisal Tanjung dari dalam dan luar negeri:[14]
Dari Republik Indonesia
- Bintang Republik Indonesia Utama 1998
- Bintang Mahaputera Adipradana 1995
- Bintang Dharma 1994
- Bintang Yudha Dharma Utama 1993
- Bintang Kartika Eka Paksi Utama 1993
- Bintang Yalasena Utama 1993
- Bintang Swabuwana Paksa Utama 1993
- Bintang Bhayangkara Utama 1993
- Bintang Yudha Dharma Pratama 1991
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama 1989
- Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun 1987
- Satya Lencana Kesetiaan XIV Tahun 1985
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya 1981
- Satya Lencana Seroja/Tim Tim 1976
- Satya Lencana Santi Dharma/ICCS Garuda IV Vietnam 1973
- Satya Lencana Dwija Sistha 1973
- Satya Lencana Perpera/Irbar 1970
- Satya Lencana Raksasa Dharma/OPM 1969
- Satya Lencana Kesetiaan VIII Tahun 1969
- Satya Lencana Wira Dharma/Dwikora 1965
- Satya Lencana Penegak G30S/PKI 1965
- Satya Lencana Dharma Pala/PGRS-Parak 1965
- Satya Lencana GOM III/RMS 1964
- Satya Lencana Satya Dharma/Trikora 1963
Dari Manca Negara
- Grosse Goldene Ehrenzeichen, Austria 1996
- Orden Del Merito Militar, Spanyol 1996
- First Class Knight Grand Cross, Thailand 1996
- Bintang Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang Darjah Pertama, Brunei Darussalam 1996
- Commander Legion of Merit, Amerika Serikat 1995
- Tong-Il Medal, Republik Korea 1995
- Bintang Utama Bhakti Cemerlang, Singapura 1995
- Nishan E Imtiaz, Pakistan 1995
- Orde Van Oranje-Nassau, Belanda 1995
- Bintang Panglima Setia Mahkota, Malaysia 1994
- Bintang Panglima Gagah, Malaysia 1994
- First Class Friendship, Kamboja 1994
- Bintang Panglima Setia, Malaysia 1986
Menjadi Panglima ABRI
Feisal Tanjung yang saat itu menjadi Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI sebelumnya tidak masuk prediksi sebagai calon Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia mengingat saat itu ada calon kuat lain, yakni Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar yang saat itu memegang jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Feisal Tanjung merupakan salah seorang perwira ABRI yang memegang jabatan tertinggi tanpa melalui jenjang KASAD. Sebelumnya, Jenderal TNI LB Moerdani juga melaju ke jabatan Panglima ABRI tanpa melalui jabatan KASAD, tetapi dari jabatan Asisten Intelijen Hankam/ABRI/Kopkamtib merangkap Wakil Kepala BAKIN.
Pernikahan
Jenderal TNI Feisal Tanjung memiliki seorang istri bernama dr. Masrowida Lubis dan dikaruniai 3 orang anak, yakni Astrid Tanjung, Yasser Tanjung, Yusuf Tanjung.
Kematian
Jenderal TNI Feisal Tanjung meninggal pada hari Senin tanggal 18 Februari 2013 di Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata.[15][16]
Referensi
- ^ Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1997, hal.75
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.32
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.63-67.
- ^ "Jagoan Tangan Kosong Dari Ujung Kampung". Majalah.Tempo.co. 15 Mei 1993.
- ^ "Profil Menteri, Feisal Tanjung". Kepustakaan Presiden Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-07. Diakses tanggal 2013-02-18.
- ^ Iwan Santosa (18 Februari 2013). Robert Adhi Ksp, ed. "Rekaman Karier Feisal Tanjung". Kompas. Diakses tanggal 30 Oktober 2014.
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.748.
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.261.
- ^ "Misteri Lembah X Akhirnya Terbongkar, Kopassus Kirim Pasukan untuk Misi Berisiko Tinggi ke Papua". TribunJambi.com. 10 Juli 2019.
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.281.
- ^ "Misteri Lembah X Akhirnya Terbongkar, Kopassus Kirim Pasukan untuk Misi Berisiko Tinggi ke Papua". TribunJambi.com. 10 Juli 2019.
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.748.
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.375.
- ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi ABRI, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.749.
- ^ Nur Alfiyah (18 Februari 2013). "Mantan Panglima ABRI Feisal Tanjung Meninggal". Tempo.co. Diakses tanggal 18 Februari 2013.
- ^ Rico Afdiro (18 Februari 2013). "Mendiang Feisal Tanjung dikenang sebagai senior yang baik". SindoNews.com. Diakses tanggal 18 Februari 2013.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Soesilo Soedarman |
Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan 1998–1999 |
Diteruskan oleh: Wiranto |
Jabatan militer | ||
Didahului oleh: Edi Sudradjat |
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 1993–1998 |
Diteruskan oleh: Wiranto |
Didahului oleh: Soedibyo Rahardjo |
Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 1992–1993 |
Diteruskan oleh: HBL Mantiri |
Didahului oleh: Darwanto |
Komandan Seskoad 1988-1992 |
Diteruskan oleh: Herman Musakabe |
Didahului oleh: Jabatan baru. Penggabungan Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung Mangkurat dan Kodam XII/Tanjungpura menjadi Kodam VI/Tanjungpura |
Pangdam VI/Tanjungpura 1985–1988 |
Diteruskan oleh: Z.A. Maulani |
Didahului oleh: H. Simanjuntak |
Komandan Pussenif 1983–1985 |
Diteruskan oleh: Samsudin |
Didahului oleh: Edi Sudrajat |
Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad 1981–1983 |
Diteruskan oleh: Soegito |