Pandemi Covid-19 di Amerika Serikat

tinjauan umum pandemi koronavirus 2019–2020 di Amerika Serikat pada 2020

Pandemi COVID-19 di Amerika Serikat pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 21 Januari 2020 di negara bagian Washington, pasien yang terjangkit baru 5 hari pulang dari kota Wuhan, tempat pandemi ini berawal[6].

Pandemi Koronavirus di Amerika Serikat
Wilayah negara bagian di Amerika Serikat
  Terkonfirmasi
Kasus yang dikonfirmasi per juta penduduk menurut negara bagian
PenyakitCOVID-19
Galur virusSARS-CoV-2
LokasiAmerika Serikat
Kasus pertamaEverett, Washington[1]
Tanggal kemunculan21 Januari 2020
(4 tahun, 5 bulan dan 3 minggu )
AsalWuhan, Hubei, Tiongkok[2]
Kasus terkonfirmasi
Kasus sembuh8,312,756 (JHU)[4]
Kematian

Pandemi koronavirus adalah pandemi yang disebabkan koronavirus (COVID-19) dan menyerang sistem pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengumumkan pandemi koronavirus sebagai pandemi dunia pada tanggal 11 Maret 2020.[7]

Dampak

Per 12 Maret 2020, 1,000 orang telah terdiagnosis mengidap COVID-19, 40 kematian yang terkonfirmasi dengan sebab pandemi ini 31 diantaranya terjadi di negara bagian Washington. Kasus-kasus baru selanjutnya telah ditemukan di 49 dari 50 negara bagian Amerika, ibu kota Washington, D.C. hingga Puerto Rico, menyisakan Virginia Barat sebagai satu-satunya negara bagian tanpa kasus positif COVID-19. Pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkannya sebagai keadaan darurat nasional pada 13 Maret 2020.

Metode pengujian terhadap pengidap COVID-19 sempat berubah beberapa kali di Amerika. Pemerintah pertama kali menguji warga pada Februari, namun beberapa waktu setelahnya The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan fakta bahwa alat tes yang digunakan pemerintah rusak sehingga menunjukkan hasil yang tak akurat, kritik ini kemudian mengubah metode yang dilakukan pemerintah yang dimaksudkan untuk mempercepat hasil pengujian. Pada 14 Maret, dilakukan tes serentak di 50 negara bagian, namun media menyoroti keterbatasan alat tes membuat publik tak dapat memperkirakan berapa orang yang terinfeksi dengan pasti[8]. CDC kemudian menyarankan agar dokter menggunakan penilaian mereka sendiri berdasarkan pedoman yang telah disusun sebelum mengesahkan tes.

CDC mengeluarkan peringatan Level 3 untuk perjalanan ke Tiongkok, beberapa negara Eropa, Iran, dan Korea Selatan. Pemerintah juga menolak warga asing yang pernah melakukan perjalanan di Tiongkok, Iran, dan 26 negara Eropa yang termasuk dalam Schengen Area yang bebas paspor meliputi Austria, Belgia, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, Italia, Latvia, Liechtenstein, Lituania, Luksemburg, Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Swiss[9], lalu bertambah Inggris dan Republik Irlandia pada 16 Maret[10]. Warga Amerika yang kembali setelah perjalanan ke Provinsi Hubei juga harus menjalani karantina selama 14 hari dalam fasilitas kesehatan, sedangkan untuk warga Amerika yang kembali dari wilayah Tiongkok daratan lainnya dalam 14 hari sebelumnya juga diwajibkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan kemungkinan untuk mengarantina diri sendiri[11][12].

Pandemi koronavirus di Amerika juga berdampak pada penundaan maupun pembatalan acara-acara dengan skala perkumpulan massa yang besar termasuk menutup sekolah, pameran, pertunjukan, konser musik, liga olahraga, hingga pemutaran perdana berbagai film yang semakin masif dilakukan pemerintah dan otoritas kegiatan masing-masing khususnya setelah Organisasi Kesehatan Dunia menyatakannya sebagai pandemi pada 11 Maret[13]. CDC juga memperingatkan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan permintaan terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin akan semakin membebani sistem penyediaan kesehatan negara.

Pengujian

Tujuan pengujian tersebut adalah untuk mengetahui apakah individu terinfeksi COVID-19 dan untuk mengetahui seberapa parah epidemi yang terjadi dan dimana yang terparah, namun pengujian yang dilakukan ternyata tak efektif karena keterbatasan kualitas alat penguji membuat hasil tak akurat sehingga memerlukan tindakan pembaruan.

Pada 4 Maret, komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat/Food and Drug Administration (FDA) Stephen Hahn memperkirakan bahwa hampir satu juta pengujian akan dapat segera dilakukan dengan alat baru, sementara Wakil Presiden Mike Pence memperkirakan jumlahnya bisa mencapau 1,5 juta[14]. Namun persebaran alat tes baru ini sempat dikeluhkan tidak merata, pada 8 Maret senator Connecticut Chris Murphy menyatakan wilayahnya belum mendapat alat tes baru, demikian juga perwakilan Massachusetts Stephen Lynch yang mengeluhkan hal yang sama[15][16].

Pengujian baru dapat sepenuhnya dilakukan di 50 negara bagian pada 12 Maret 2020 dengan persetujuan dokter baik dari CDC ataupun laboratorium komersial di negara bagian masing-masing[17]. Usaha ini juga diiringi dengan langkah pemerintah lain yang dimaksudkan untuk mempercepat pengujian seperti menunjuk seorang koordinator di tiap negara bagian untuk mengawasi pengujian, pendanaan, membentuk hotline untuk lab-lab pengujian demi menjamin ketersediaan alat[18]. New York mendapat kewenangan untuk mengoperasikan alat penguji yang lebih canggih dan mampu mengeluarkan hasil pemeriksaan dalam 3.5 jam dari FDA[19].

CDC menyarankan agar dokter dapat melakukan diagnosa sendiri dengan beberapa ketentuan yang telah ditetapkan otoritas penguji karena gejala infeksi COVID-19 mirip dengan flu dan demam pada umumnya, dan mendorong mereka yang sedang sakit atau tidak dalam kondisi yang prima untuk berdiam diri di rumah.

Reaksi

Pernyataan pemerintah

Pada 31 Januari, Presiden Trump resmi memberlakukan pembatasan kedatangan di Amerika baik imigran maupun non imigran, semua warga negara asing yang secara fisik pernah melakukan perjalanan ke negara Tiongkok tidak diperbolehkan memasuki wilayah Amerika sampai 14 hari setelah perjalanannya di Tiongkok, kebijakan ini tidak termasuk Hong Kong dan Makau[20].

Per 26 Februari 2020 belum ada kasus kematian yang disebabkan COVID-19 di Amerika, Presiden Trump menyatakan bahwa risiko COVID-19 masih rendah dan menunjuk Wakil Presiden Mike Pence mengambil alih tanggungjawab penanganan virus untuk level nasional[21]. Trump juga mengkritik media yang menurutnya memperkeruh keadaan dengan pemberitaan berlebihan sehingga memicu kepanikan khususnya dalam aspek finansial. Ketua DPR Nancy Pelosi menolak keras pernyataan Trump dan menyayangkan pemilihan Pence sebagai otoritas penanganan virus[21], terlebih Pence juga menerapkan keputusan bahwa segala informasi tentang penanganan virus harus disetujui olehnya, banyak kalangan yang menganggapnya justru dapat memperlambat penyebaran informasi yang dibutuhkan masyarakat[22].

Arahan Presiden dari Oval Office

Pidato Trump dari Oval Office.

Pada 11 Maret, Presiden Trump kembali dengan pidatonya yang disiarkan di seluruh negara beberapa jam setelah Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkannya sebagai pandemi, ia mengintruksikan untuk menolak segala bentuk perjalanan dari Eropa[9] (berlaku pada 13 Maret), termasuk Inggris dan Irlandia[10] (yang sebelumnya tidak termasuk, berlaku sejak 14 Maret) ke negaranya hingga 30 hari ke depan kecuali untuk barang dagangan. Selain itu, ia juga menyampaikan beberapa tindakan lain:

  • Meminta Kongres Amerika Serikat untuk menyiapkan skema bantuan pendanaan dan memberi kompensasi bagi pekerja yang cuti sakit atau dikarantina maupun yang tidak bekerja karena harus merawat anggota keluarganya.
  • Menginstruksikan Small Business Administration (SBA) untuk menyediakan pinjaman bagi unit-unit usaha yang terdampak pandemi dan akan meminta tambahan 50 miliar dolar pada Kongres untuk membantu bisnis yang terpukul parah.
  • Menunda jatuh tempo pembayaran pajak hingga setelah 15 April tanpa penalti bagi mereka yang terkena dampak, langkah ini menurutnya dapat menambah 200 miliar dolar likuiditas sementara untuk membantu perekonomian.
  • Meminta Kongres untuk memberi keringanan pajak gaji bagi mereka yang terdampak.

Senator Chuck Schumer dan Nancy Pelosi mengkritik presiden yang tak mencantumkan usaha mengatasi kurangnya alat uji dan meminta agar semua biaya pengujian digratiskan. Mereka juga meminta cuti darurat dan penyediaan bantuan makanan bagi karyawan terdampak[23].

Pada 13 Maret, Presiden Trump mengumumkan keadaan darurat nasional menghadapi pandemi sehingga dana pemerintah federal dapat tersedia dan digunakan[24].

Per 15 Maret 2020, epidemi koronavirus telah ditemukan di 49 dari 50 negara bagian di Amerika Serikat ditambah ibu kota District of Columbia. Terkonfirmasi ada 2,982 kasus dengan 60 kematian[25].

Rasisme Asia-Amerika dan kebangkitan Supremasi kulit putih

Setelah dia dikritik secara luas karena menggunakan istilah itu, Trump membela penggunaan frasa "Virus Tiongkok" untuk SARS-CoV-2. Trump berkata, "itu berasal dari Tiongkok... itu sama sekali tidak rasis"..[26] Banyak orang dan organisasi tidak setuju, termasuk Asian American Legal Defense and Education Fund, yang mentweet pada Maret 2020 "Tentu saja dia menyebutnya "Virus Tiongkok," karena dia tidak peduli bahwa orang Asia dan Asia-Amerika menjadi sasaran kekerasan kebencian karena deskripsi rasis #coronavirus ini."[27] Organisasi Kesehatan Dunia telah "meminta para ilmuwan, otoritas nasional, dan media untuk mengikuti praktik terbaik dalam menamai penyakit menular manusia baru untuk meminimalkan efek negatif yang tidak perlu pada negara, ekonomi, dan manusia."[28]

Pada 20 Juni 2020, dalam pidatonya di Tulsa, Oklahoma, Trump menggunakan bahasa yang secara luas digambarkan sebagai rasis, merujuk COVID-19 sebagai "Kung Flu",[29] sebuah frasa yang sebelumnya digambarkan oleh staf Gedung Putih Kellyanne Conway sebagai "salah", "sangat menyinggung"[30][31] dan "sangat menyakitkan".[32] Pada 22 Juni 2020, juru bicara Gedung Putih membela penggunaan istilah tersebut oleh Trump, dengan menyatakan, "Ini bukan diskusi tentang orang Amerika keturunan Asia, yang dihargai dan dihargai oleh presiden sebagai warga negara dari negara besar ini. Ini adalah dakwaan terhadap Tiongkok karena membiarkan virus ini masuk ke sini."[31]

Trump telah mendukung bagi orang supremasi kulit putih dan Ku Klux Klan untuk membunuh orang Asia-Amerika, yang membuat rakyat seluruh dunia menagggapi Trump sebagai orang rasis dan supremasi kulit putih merupakan bagian reaksi dunia dari penembakan spa Atlanta 2021 oleh Robert Aaron Long di Atlanta, Georgia menyelenggarakan unjuk rasa menentang rasisme dari Donald Trump di seluruh dunia dengan Stop Asian Hate. Sebuah studi Pew Research menemukan bahwa 58% orang Amerika keturunan Asia percaya bahwa pandangan rasis terhadap mereka meningkat selama pandemi.[33]

Referensi

  1. ^ Holshue, Michelle L.; DeBolt, Chas; Lindquist, Scott; Lofy, Kathy H.; Wiesman, John; Bruce, Hollianne; Spitters, Christopher; Ericson, Keith; Wilkerson, Sara; Tural, Ahmet; Diaz, George; Cohn, Amanda; Fox, LeAnne; Patel, Anita; Gerber, Susan I.; Kim, Lindsay; Tong, Suxiang; Lu, Xiaoyan; Lindstrom, Steve; Pallansch, Mark A.; Weldon, William C.; Biggs, Holly M.; Uyeki, Timothy M.; Pillai, Satish K. (March 5, 2020). "First Case of 2019 Novel Coronavirus in the United States". New England Journal of Medicine. 382 (10): 929–936. doi:10.1056/NEJMoa2001191. PMC 7092802 . PMID 32004427. 
  2. ^ Sheikh, Knvul; Rabin, Roni Caryn (March 10, 2020). "The Coronavirus: What Scientists Have Learned So Far". The New York Times. Diakses tanggal March 24, 2020. 
  3. ^ a b "Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Cases in U.S." Centers for Disease Control and Prevention.  Updated, one day after other sources.
  4. ^ a b c "Coronavirus COVID-19 (2019-nCoV)" (ArcGIS). Johns Hopkins CSSE.  Frequently updated.
  5. ^ a b "Our Data". The COVID Tracking Project.  Frequently updated.
  6. ^ CNN, Faith Karimi. "How the rapidly spreading coronavirus evolved in the US". CNN. Diakses tanggal 2020-03-14. 
  7. ^ "WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-14. 
  8. ^ Khazan, Olga (2020-03-13). "The 4 Key Reasons the U.S. Is So Behind on Coronavirus Testing". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  9. ^ a b Henley, Jon (2020-03-12). "Trump's EU coronavirus travel suspension explained: who is affected and will it help?". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  10. ^ a b Cranley, Ellen. "The US extends European travel ban to UK and Ireland to contain coronavirus". Business Insider. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  11. ^ "DHS Issues Supplemental Instructions for Inbound Flights with Individuals Who Have Been In China". Department of Homeland Security (dalam bahasa Inggris). 2020-02-02. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  12. ^ Madrigal, Robinson Meyer, Alexis C. (2020-03-06). "Exclusive: The Strongest Evidence Yet That America Is Botching Coronavirus Testing". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  13. ^ Deb, Sopan; Cacciola, Scott; Stein, Marc (2020-03-11). "Sports Leagues Bar Fans and Cancel Games Amid Coronavirus Outbreak". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  14. ^ Jankowicz, Mia. "The White House says it will fail to meet its goal of providing enough coronavirus test kits for 1 million people by the end of the week". Business Insider. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  15. ^ March 8, CBS News; 2020; Am, 11:21. "Transcript: Chris Murphy on "Face the Nation," March 8, 2020". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  16. ^ News, A. B. C. "Government coronavirus response: Trump prepared to use the 'full power' of government". ABC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  17. ^ CDC (2020-02-11). "Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  18. ^ "Trump Administration Announces Measures To Speed Coronavirus Testing". NPR.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  19. ^ Amanda Woods (2020-03-13). "FDA authorizes coronavirus test that could drastically speed up screening". New York Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  20. ^ "Proclamation on Suspension of Entry as Immigrants and Nonimmigrants of Persons who Pose a Risk of Transmitting 2019 Novel Coronavirus". The White House (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  21. ^ a b "Trump Names Vice President Pence to Lead Coronavirus Response - The N…". archive.ph. 2020-02-27. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  22. ^ Armour, Andrew Restuccia and Stephanie (2020-02-27). "White House Wants Signoff on Coronavirus Messaging". Wall Street Journal (dalam bahasa Inggris). ISSN 0099-9660. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  23. ^ Conley, Lisa (2020-03-11). "House Democrats unveil coronavirus economic response package". TheHill (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  24. ^ CNN, Priscilla Alvarez. "Here's what Trump's coronavirus emergency declaration does". CNN. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  25. ^ "Coronavirus Update (Live): 157,188 Cases and 5,839 Deaths from COVID-19 Virus Outbreak - Worldometer". www.worldometers.info (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-15. 
  26. ^ Rogers, Katie; Jakes, Lara (18 Maret 2020). "Trump Defends Calling the Coronavirus the 'Chinese Virus'". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 18 Maret 2020. 
  27. ^ Da Silva, Chantal (17 Maret 2020). "Trump condemned for racism after calling coronavirus "Chinese Virus' shortly after telling Americans to "band together"". Newsweek (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 18 Maret 2020. 
  28. ^ "WHO | WHO issues best practices for naming new human infectious diseases". WHO. Diakses tanggal 18 Maret 2020. 
  29. ^ "Donald Trump calls Covid-19 'kung flu' at Tulsa rally". The Guardian. London. 20 Juni 2020. Diakses tanggal 22 Juni 2020. 
  30. ^ Riechmann, Deb; Tang, Terry (18 Maret 2020). "Trump continues to call coronavirus 'Chinese virus' in spite of hate crime risks". Global News. Associated Press. Diakses tanggal 22 Juni 2020. 
  31. ^ a b Wise, Alana (22 Juni 2020). "White House Defends Trump's Use Of Racist Term To Describe Coronavirus". NPR. Diakses tanggal 23 Juni 2020. The White House on Monday denied any malicious intent behind President Trump's use of the racist term "kung flu" this weekend ... 
  32. ^ Benen, Steve (22 Juni 2020). "On virus, Trump uses phrase even the White House considers offensive". MSNBC. Diakses tanggal 22 Juni 2020. 
  33. ^ "Many Black, Asian Americans Say They Have Experienced Discrimination Amid Coronavirus". Pew Research Center’s Social & Demographic Trends Project (dalam bahasa Inggris). 1 Juli 2020. Diakses tanggal 1 Juli 2020.