Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta

ruas jalan tol di Indonesia

Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta (Bahasa Inggris: Jakarta Inner Ring Road 2, disingkat JIRR 2) atau sering disebut dengan 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta adalah jalan tol yang akan mengadopsi konstruksi jalan layang penuh dengan integrasi dengan transportasi umum (BRT). Jalan tol ini terdiri dari 6 ruas dan secara keseluruhan memiliki panjang 69,77 kilometer. Jalan Tol JIRR 2 Pertama yang dibangun adalah Seksi Sunter - Pulogebang, yang beroperasi sejak 19 Juli 2021.

Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta
Panjang69,77 km
Dibangun2015-2020
PengelolaPT Jakarta Tollroad Development (JTD)

Seksi

Berkas:Jalan Tol Dalam Kota Duri Pulo-Kampung Melayu.PNG
Rencana koridor Duri Pulo-Kampung Melayu berdampingan dengan Kanal Banjir Barat
Berkas:JORR W1 bertemu Semanan-Sunter.PNG
Rencana simpang susun ruas Semanan-Sunter dengan JORR W1

Seksi 1

Semanan-Sunter

Panjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun.

Sunter-Pulogebang

Panjang 9,44 kilometer dengan nilai investasi Rp 7,37 triliun. Dibangun sejak Februari 2017 dan selesai pada 19 Juli 2021.

Seksi 2

Duri Pulo-Kampung Melayu

Panjang 12,65 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun.

Kampung Melayu-Kemayoran

Panjang 9,60 kilometer dengan nilai investasi Rp 6,95 triliun.

Seksi 3

Ulujami-Tanah Abang

Panjang 8,70 kilometer dengan nilai investasi Rp 4,25 triliun.

Seksi 4

Pasar Minggu-Casablanca

Panjang 9,15 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,71 trilliun.

Pintu Tol

Untuk jalan tol ini, titik keluar masuk yang jauh lebih sedikit dibanding ruas jalan tol-tol lainnya dengan jarak antar titik 7 kilometer. Sedikitnya jumlah pintu masuk dan keluar atau on/off ramp ini bertujuan untuk mengurangi dampak kemacetan di jalan reguler yang ditimbulkan oleh kendaraan yang antre di pintu tol.[1] Ada sembilan titik pintu tol yakni:

Transportasi massal

Jalan tol ini akan menjadi rute bus ulang-alik tanpa jalur khusus. Bus ini akan ditunjang oleh halte (bus bay) yang ditempatkan di tempat yang strategis dan dilengkapi dengan eskalator untuk naik dan tangga untuk turun, sehingga bus tidak perlu keluar dari jalan tol untuk menaik-turunkan penumpang.[2]

Kontroversi

Salah satu pengamat transportasi menilai pembangunan 6 ruas jalan tol Jakarta tidak akan mengurai kemacetan secara efektif dengan alasan bila jalanan bertambah, maka akan diiringi dengan penambahan kendaraan. Masyarakat pun membuat petisi online untuk menentang pembangunan 6 ruas jalan tol ini.

Referensi