Sanggar Anak Alam

Revisi sejak 3 September 2021 17.53 oleh Pravda V. Wardhana (bicara | kontrib) (Membuat artikel baru tentang Sanggar Anak Alam (SALAM).)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah sanggar belajar yang didirikan oleh sepasang suami istri Sri Wahyaningsih dan Toto Rahardjo pada 17 Oktober 1988. Pada tahun 2000, SALAM memulai aktivitasnya di Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul, sebuah kampung yang terletak di perbatasan antara Kodya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sekolah ini didirikan atas dasar keprihatinan dalam melihat sistem pendidikan di Indonesia.[1]

Di SALAM, para siswa belajar menggunakan metode riset (by research). Di sini, para siswa akan memilih sendiri topik riset yang diminatinya sesuai dengan empat pilar pendidikan SALAM yaitu pangan, kesehatan, lingkungan hidup, dan sosial budaya. Sedangkan fokus utama di SALAM adalah pembentukan karakter anak, dan bukan pada hal-hal fisik di lingkungan sekitar.[2]

SALAM tidak mempunyai mata pelajaran, aturan, seragam, dan seluruh siswa-siswinya diperbolehkan untuk memakai sandal jepit. Kurikulum atau konsep pendidikan yang diusung SALAM mengacu pada konsep pendidikan merdeka Ki Hadjar Dewantara yang memiliki semboyan tidak diperintah dan tidak terperintah, dan tidak bergantung pada orang lain. Atau dengan kata lain anak boleh belajar tentang apa saja sesuai dengan bakat dan minatnya.[1]

Referensi

  1. ^ a b Rahardjo, Toto (Agustus 2014). Sekolah Biasa Saja. Kabupaten Sleman: Insist Press. hlm. 252. ISBN 978-602-0857-56-5. 
  2. ^ "Sanggar Anak Alam Sekolah dengan Konsep Membebaskan Anak | radarsukabumi.com". 2018-05-03. Diakses tanggal 2021-09-03.