Sekolah virtual

Proses pembelajaran yang menggunakan metode daring secara menyeluruh atau sebagian besar.
Revisi sejak 4 September 2021 05.02 oleh Arizulkarnaen (bicara | kontrib) (Menambahkan pranala dalam pada kata koresponden)

Sekolah daring (sekolah virtual) adalah proses pembelajaran yang menggunakan metode virtual secara menyeluruh atau sebagian besar. Sekolah virtual dilakukan tanpa ada tatap muka antara murid dan guru. Sekolah virtual memungkinkan murid untuk memperoleh kredit atau ujian yang diakui untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Proses belajar di sekolah virtual dapat menggunakan komputer atau ponsel cerdas yang terhubung dengan jaringan internet.[1]

Model pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam sekolah virtual bervariasi, mulai dari pembelajaran jarak jauh yang menyediakan bahan pembelajaran untuk belajar mandiri, sampai dengan kelas interaktif yang secara langsung dalam memungkinkan mahasiswa belajar dengan pengajar dalam satu grup kelas (sinkron).

Ukuran kelas sinkron berkisar antara grup kecil yang terdiri atas 6-30 mahasiswa untuk mempelajari ratusan pelajaran dengan interaksi pribadi. Sedangkan pembelajaran jarak jauh dapat diikuti oleh beberapa murid atau mungkin lebih banyak.

Asumsi kurangnya komunikasi dan interaksi sosial pada sekolah virtual menjadi perhatian terutama pada mahasiswa yang masih muda. Satu-satunya interaksi antar manusia dalam model pembelajaran jarak jauh adalah antara mahasiswa dengan pengajar, tetapi, sebenarnya pelajaran sekolah virtual dibangun secara sosial.

Para siswa atau mahasiswa dan pengajar berada dalam satu kontak bersama, seperti dalam aplikasi yang disediakan oleh sekolah virtual, melalui surel (email), maupun dalam pelajaran atau di luar pelajaran mereka. Jika diizinkan, siswa juga dapat berkomunikasi melalui telepon. Melalui berbagai macam kontak sosial, pembelajaran virtual dapat membuat pribadi berkembang. Beberapa sekolah virtual secara khusus menangani pelatihan dalam keterampilan sosial para siswa muda, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk pelajaran yang lebih efektif.

Sekarang ini komputer telah berkembang, baik dari perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Perubahan ini disebabkan oleh faktor brainware (pengguna komputer) yang terus berubah. Demikian pesatnya perkembangan ini sehingga mampu menciptakan dunia maya atau virtual yang sudah banyak digemari oleh anak-anak, orang dewasa bahkan orang tua sehingga masyarakat tertarik mengikuti sekolah virtual. Komputer adalah alat penghitung khusus hingga mendapatkan hasil yang mutlak. (Gordon, 1973) Komputer juga adalah bagian dari teknologi yang mampu membawa perubahan besar pada kehidupan manusia. Komputer yang sering digunakan siswa dalam menyusun jadwal kelas adalah suatu mesin elektronik yang menerima dan mengolah data sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi dalam bentuk digital yang bisa disimpan dalam memori. Komputer dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu komputer digital dan komputer analog. Perangkat keras merupakan peralatan di dalam suatu pengolahan data di komputer digunakan sebagai instalasi pengolahan data individual. Perangkat keras kurang sempurna dipakai jika tidak ada perangkat lunak di dalamnya. Perangkat lunak merupakan petunjuk-petunjuk yang ditulis oleh manusia untuk mengaktifkan fungsi dari perangkat keras pada komputer. (Dermawan, 2012)

Sejarah

Sekolah virtual muncul di pertengahan 1990-an.[2] Saat ini banyak sekolah virtual yang merupakan sekolah penyesuaian. Pada awalnya sekolah virtual dimulai dari Australia, Selandia baru, Amerika utara dan Amerika serikat. Secara umum sekolah virtual terdapat di area yang kepadatan penduduknya rendah dengan kondisi sekolah konvensional sulit didapat dan mahal. [2][3] Tahun 2008 menjadi tahun dengan angka tertinggi anak yang putus sekolah. Seperti zaman komputerisasi, sejak maraknya metode baru berkurang yang menandakan keterampilan manusia padahal penting untuk menentukan keberhasilan, dalam hal ini mengajar dan kesejahteraan. Di mana retensi ini diakui baik, yaitu disinkronkan, model terstruktur secara sosial; dan dalam program MOOC masalah isolasi dan pembelajaran secara koresponden ditemukan. Kadang-kadang yang disebut dengan pembelajaran jarak jauh, sekolah dengan koresponden menawarkan murid sebuah alternatif tradisional dan pertemuan dalam gedung sekolah. Gedung ini dimanfaatkan untuk menjadi pos layanan bagi interaksi murid dan guru, atau menggunakan dua jalur transmisi radio, atau kadang melalui penyiaran di televisi. Siswa diharapkan untuk dapat mempelajari pembelajaran secara mandiri, dan dalam beberapa kasus, bertemu dengan pengawas untuk diujikan. Sekolah virtual sekarang sudah ada di seluruh dunia. Dalam satu dekade terakhir, instruksi secara virtual mengalami peningkatan di Kanada dan Amerika Serikat.[4] Beberapa sekolah virtual mempunyai hubungan dengan sekolah lainnya (terutama di Amerika serikat), dimana siswa dapat duduk di lab komputer dan dapat mengerjakan tugas mereka secara virtual. Siswa dapat menyelesaikan sekolah di rumah atau mereka dapat memilih belajar secara bermasyarakat, khusus di rumah dan kelas virtual.[5] Sekolah virtual kembali banyak diterapkan pada akhir 2019 karena dampak virus covid-19.

Biaya dan Lokasi

Metode virtual sudah terintegrasi dengan ketentuan negara, dengan biaya mengikuti standar sekolah negeri. Dengan kata lain, biaya harus dipenuhi oleh siswa atau orang tua. Banyak sekolah di Amerika serikat menciptakan layanan virtual sendiri untuk menghindari membayar penyedia dari luar. Sebagai contoh siswa dapat lulus dari daerah mereka sendiri tanpa harus meninggalkan daerah mereka. Dalam kebanyakan kasus, siswa diberikan buku elektronik, dan bahkan layanan internet untuk menyelesaikan sekolah di rumah. Dengan sumber daya dari internet sebagai perpustakaan, dan kemudahan dalam membuat bahan pembelajaran secara virtual, biasanya sedikit menggunakan tulisan dari buku manual. Kebanyakan program menggunakan material yang tidak menggunakan biaya, atau sudah termasuk dalam biaya sekolah. Buku teks biasanya digunakan untuk ujian.

Kelebihan dan Kekurangan

Advokasi sekolah virtual dan pembelajaran secara online mempunyai kelebihan antara lain: 1. Berkurangnya biaya dan juga perjalanan yang dibutuhkan; dengan ketergantungan terhadap pelajaran yang lebih besar. Cuaca yang dapat mengganggu perjalanan tidak relevan meskipun arah tertentu sering terjadi gangguan. Demikian dengan gangguan kesehatan baik itu penyakit ringan ataupun cedera, tidak akan menghentikan belajar, karena tuntutan untuk bertemu secara fisik tidak dibutuhkan. Transkrip pelajaran bisa dipasang dengan absen.

2. Banyak murid yang mempunyai kondisi atau kesehatan pribadi untuk bertemu secara langsung di sekolah tidak memungkinkan, sehingga bisa menggunakan sekolah virtual.

3. Pengaturan terhadap perlakuan intimidasi menjadi mudah, seperti akses ke kelompok dapat langsung disesuaikan ketika masalah dinaikkan misalnya intimidasi dapat dinonaktifkan seperti dibuat hanya bisa sebagai pengamat, tanpa aktif di grup. Mereka juga dapat dinonaktifkan secara langsung berdasarkan penyelidikan. Rekaman dapat digunakan sebagai bantuan investigasi, meskipun hal ini mempunyai sisi privasinya.

4. Individu dan keluarga yang membutuhkan pengaturan yang fleksibel untuk pindah, dapat mencari sekolah virtual sesuai yang dibutuhkan. Bagaimanapun, sinkronisasi pelajaran secara langsung tidak memberi batasan pada zona waktu, yang mana sekolah virtual cenderung mengikuti sekolah virtual seperti di Eropa dan di Amerika.

5. Integrasi dari internet yang digunakan dapat menyediakan konten data yang diperlukan, dan murid atau siswa dapat mahir melalui riset secara online. Dengan begitu, siswa dapat mengasah kemampuan dan ambisi, yang mana dapat mengembangkan yang mereka sukai dengan menggunakan sumber daya internet.

6. Sekolah virtual bisa menjadi alat untuk usia, penampilan, dan latar belakang yang tidak jelas. Grup ini bisa di kategorikan ke dalam kemampuan pribadi.

7. Siswa atau murid mendapatkan keuntungan dari pemaparan pada budaya lain yang ada di dunia, di mana mempunyai sejarah, geografi, kepercayaan dan politik, dan mengembangkan kemampuan sosial.

8. Pekerjaan paruh waktu yang dimiliki siswa, merupakan keuntungan dari jadwal fleksibilitas sekolah virtual, meskipun banyak yang tidak dapat mengerti secara langsung dengan menggunakan pembelajaran virtual. Tidak seperti sekolah pada umumnya, murid di sekolah virtual tidak selalu berinteraksi dengan pengajar, sementara di lain waktu di sekolah pada umumnya dan menggunakan cara yang berbeda.

Oleh karena itu, sekolah virtual tidak dianggap sebagai program pembelajaran secara langsung. Karena murid tidak berinteraksi dengan guru dengan tatap muka secara langsung, dan para pengkritik sering menyindir kurangnya sosialisasi sebagai sebuah kekurangan dari pembelajaran secara virtual. Beberapa sekolah virtual termasuk grup pembelajaran di internet yang mana interaksi dilakukan secara online. Murid dapat bertemu di grup menggunakan chat atau cara lain secara online. Bukti baru-baru ini diberikan oleh salah satu sekolah virtual yang menggunakan pembelajaran virtual dimana sosialisasi menjadi berbeda, yang merupakan salah satu kekurangan. Sehingga hal ini dianjurkan untuk murid yang terdaftar di sekolah virtual terlibat kegiatan sosial di luar sekolah, terutama untuk anak-anak yang sekolah di rumah. Anggapan lain kekurangan dari pembelajaran jarak jauh menjadi tambahan untuk siswa untuk tetap fokus di rumah, dan banyak siswa melaporkan ketinggalan pada tugas yang merupakan aspek sulit di pembelajaran secara virtual. Banyak siswa tertarik untuk sekolah secara virtual karena berbagai alasan, khususnya orang yang selalu berpergian ke berbagai lokasi, yang mana dapat dilakukan pada sekolah virtual. Kritikus berpendapat bahwa sekolah virtual harus dianggap serius, karena program virtual harus mematuhi hukum yang yang berlaku. Salah satu cara yang dilakukan sekolah virtual agar dapat efektif adalah dengan cara mengimplementasi standar yang berlaku di sekolah pada umumnya kepada murid-muridnya. Untuk mengatasi kritik ini, Asosiasi K-12 Pembelajaran Virtual International (iNACOL) mengembangkan standar yang dikeluarkan pada September 2007, dan diubah pada 12 oktober 2011. Beberapa orang percaya bahwa ini adalah salah satu langkah penting untuk memantau program virtual, tetapi di mana setiap sekolah virtual harus terakreditasi, kualitas akreditasi bervariasi secara signifikan. Misalnya, AACSB merupakan lembaga akreditasi untuk sekolah bisnis dan tidak ada sekolah virtual menerima akreditasi dari agensi. Berkenaan dengan sekolah itu sendiri, mereka juga melihat keuntungan untuk menawarkan sekolah virtual. Ketika sebuah sekolah kecil atau pedesaan tidak memiliki staf pengajar yang tersedia atau kemampuan untuk mengajar kursus, mereka akan dinyatakan tidak dapat mengajar, sekolah virtual melihat kesempatan ini.

Kerugian untuk sekolah virtual termasuk biaya pembangunan, perbedaan dalam akses karena kesenjangan secara digital, serta isu-isu mengenai akreditasi. Tidak semua orang memiliki akses ke teknologi digital yang akan memungkinkan mereka untuk menghadiri sekolah virtual,[2][6] meskipun dalam beberapa kasus, perpustakaan lokal atau program komunitas mungkin menawarkan akses ke komputer dan bahan penelitian. Juga, dalam hal kekurangan, karena fakta bahwa sekolah virtual masih relatif baru, jarang ada metode yang mengevaluasi efektivitas sekolah virtual.[6] Pada tahun 2011, sebuah laporan dirilis oleh Universitas Stanford melalui penelitian pada hasil pendidikan (CREDO) yang dibandingkan dengan kinerja siswa di Sekolah Pennsylvania terhadap kinerja mereka di masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa murid di sekolah Pennsylvania bisa “dikatakan lebih buruk” daripada sekolah pada umumnya pada mata pelajaran membaca dan matematika, meskipun memiliki keuntungan seperti keluarga yang makmur. Penelitian ini menunjukkan beberapa faktor kunci, termasuk rasio guru kepada murid, akuntabilitas rendah terhadap absensi murid, dan tinggi angka dropout murid karena kurangnya keberhasilan kontribusi sekolah.

Lihat juga

Referensi