Aji Muhammad Parikesit

Sultan Kutai Kartanegara ke-19

Aji Muhammad Parikesit (dilahirkan dengan nama Aji Kaget) adalah Sultan Kutai Kartanegara ke-20, memerintah dari tahun 1920 sampai 1960 yang juga merupakan sultan terakhir yang memimpin kesultanan sebelum wilayah Kesultanan Kutai resmi masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia dan menjadi "Daerah Istimewa Kutai".

Aji Muhammad Parikesit
Sultan Aji Muhammad Parikesit bersama Aji Pangeran Ratoe.
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Berkuasa14 November 1920 - 21 Juni 1960
Penobatan14 November 1920
PendahuluAji Muhammad Alimuddin
PenerusAji Muhammad Salehuddin II
Kelahiran(1895-11-21)21 November 1895
Tenggarong
Kematian22 November 1981
Tenggarong
AgamaIslam

Biografi

Lahir dengan nama Aji Kaget , dari kecil ia dididik oleh ninindanya Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai. Ia masuk sekolah Belanda di Samarinda tahun 1905. Tahun 1909 ia mendapat gelar Adji Endje Renik. Tahun itu jugalah ia masuk sekolah Instituut Bos di Betawi. Tahun 1910 ayahnya wafat, tetapi karena umur ia ketika itu belum dewasa, maka Pemerintahan Kutai dipegang oleh Dewan Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran Mangkunegoro.

Tahun 1911 ia menempuh ujian P.H.S. Dua Tahun sesudah itu ia pindah ke sekolah Osvia di Serang. Pada tahun 1917 ia kembali ke Kutai, sebab Pangeran Mangkunegoro ingin mendidik ia untuk memegang pemerintahan dan untuk mengenali adat lembaga negeri. Tahun 1918 ia diberi gelar Pangeran Adipati Praboe Anoem Soeria Adi Ningrat. Tanggal 14 November 1920 ia dinobatkan menjadi sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit. Untuk melanjutkan sekolah dan menambah luas pengetahuannya, pada tahun 1928 belliau dengan permaisuri pergi ke negeri Belanda. Dan ketika itulah Aji Muhammad Parikesit dihadiahi gelar Officier der Orde van Oranje Nassau dari Kerajaan Belanda.

Keluarga

Sultan Adji Muhammad Parikesit mempunyai 2 orang Permaisuri serta 10 orang Selir dan 21 Putra-Putri serta 1 Putri Angkat dari Selir diantaranya :

  1. KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Adji Ratu Bahariah gelar Adji Ratu Praboeningrat Binti Adji Pangeran Mangkunegara Bin Sultan Adji Muhammad Sulaiman berputra-putri :
    1. YM Adji Putri Sapiah Gelar Adji Putri Piong
    2. YM Adji Muhammad Idris
    3. YM Adji Pangeran Muslihuddin Gelar Adji Pangeran Adipati Praboen Anum Surya Adiningrat gelar Sultan Adji Muhammad Salehuddin II
    4. YM Adji Putri Mathilda Gelar Adji Putri Indrasari
    5. YM Adji Putri Magdalena Gelar Adji Putri Indrawati
  2. KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Adji Ratu Natung Gelar Adji Ratu Purboningrat berputra-putri :
    1. YM Adji Pangeran Syarifuddin Gelar Adji Pangeran Hario Kusumo Yudo
    2. YM Adji Putri Jamilah Gelar Aji Putri Mahadewi
  3. YM Selir Sang Nata Raden Cubong : Tidak Ada Keturunan
  4. YM Selir Sang Nata Raden Djoewito : Tidak Ada Keturunan
  5. Paduka YM Selir Sang Nata Raden Ayu Hasanah Gelar YM Adji Raden Khazanah. Berasal dari Kesultanan Banten dan Bangsawan Madoera. Berputri :
    1. YM Adji Putri Ainun Zariah Gelar Adji Putri Anggorosari menikah dengan Adji Raden Saleh Gelar Adji Raden Donorodjoputro Bin Adji Raden Dungkang Bin Adji Pangeran Mangkunegara Bin Sultan Adji Muhammad Sulaiman Berputra-putri 13 orang diantaranya :
      1. Adji Magdalena
      2. Adji Esmiralda
      3. Adji Machmud
      4. Adji Nordjannah
      5. Adji Bachrul Zaman
      6. Adji Usman
      7. Adji Iddy Suryati
      8. Adji Viradina
      9. Adji Mariam
      10. Adji Maimunnah
      11. H. Adji Syaiful Bachrie
      12. Adji Brahim
      13. Adji Muhammad Tony
  6. YM Selir Sang Nata Raden Hariah berputra :
    1. YM Adji Pangeran Anwar Gelar Adji Pangeran Hario Kusumo Puger
    2. YM Adji Muhammad Salehuddin
  7. YM Selir Sang Nata Raden Kencoro berputra :
    1. YM Adji Putri Sarah Gelar Adji Putri Parti Wati
    2. YM Adji Pangeran Abdul Hamid
  8. YM Selir Sang Nata Raden Suwito : Tidak Ada Keturunan
  9. YM Selir Sang Nata Dayang Djahari mengangkat seorang anak yakni :
    1. YM Putri Adji Magdalena (Putri dari Adji Putri Ainun Zariah)
  10. YM Selir Sang Nata Raden Masdjah berputra-putri :
    1. YM Adji Achmad Gelar Adji Pangeran Hario Adiningrat
    2. YM Adji Mardiah
  11. YM Selir Sang Nata Raden Marry Gelar Raden Seri Nilo Putro berputra-putri :
    1. YM Adji Yohanna
    2. YM Adji Nelly
    3. YM Adji D. Miznah
    4. YM Adji Jamhar
  12. YM Selir Sang Nata Dayang Hadi berputra-putri :
    1. YM Adji Imaluddin
    2. YM Adji Arpah
    3. YM Adji Hanafiah atau Adji Mbam

Pemerintahan Kutai

Sultan Adji Muhammad Parikesit dibantu oleh tiga orang menteri yang memegang Pemerintahan kesultanan. Adapun seluruh daerah kesultanan Kutai itu terbagi atas tiga onderafdeling, yaitu Kutai Barat, Kutai Timur dan Balikpapan. Ibu negeri yang pertama ialah Tenggarong, yang kedua Samarinda dan yang ketiga Balikpapan. Lalu ketiga onderafdeling itu terbagi lagi atas 17 buah district. Menurut cacah jiwa tahun 1934, banyaknya penduduk kesultanan Kutai sekitar 106.559 jiwa, kecuali orang yang bekerja pada Maatschappij.

Selama Sultan Aji Muhammad Parikesit memerintah, banyak sekali perubahan susunan Pemerintahan, sehingga pemerintahan pada zamannya hampir tidak ada bedanya lagi dengan susunan Pemerintahan Daerah Goebernemen. Pada tahun 1931 telah diadakan sebuah persidangan yang bernama Hoofdenvergadering. Sekalian para kepala onderafdeling, district dan onderdistrict yang diundang untuk menghadiri rapat itu akan membicarakan soal-soal yang penting. Yang memimpin rapat itu adalah Sultan Kutai dengan Asisten-Residen. Rapat itu diadakan setiap 4 bulan sekali. Untuk mengadakan rapat itu telah didirikan sebuah gedung yang besar dengan perabotan yang modern dan disana jugalah tempat Sultan bekerja. Lalu, mulai pada tahun 1926 diadakan dua macam pengadilan, yaitu: Kerapatan Besar dan Kerapatan Kecil. Kerapatan Besar terdapat di Tenggarong dan Kerapatan Kecil terdapat di tiap-tiap district dan onderdistrict.[1]

Turun tahta

 
Gambar Sultan Aji Muhammad Parikesit dalam perangko yang diterbitkan tahun 2006.

Dua tahun setelah Indonesia merdeka tepatnya pada tahun 1947, Kesultanan Kutai beralih status menjadi Daerah Swapraja Kutai dan masuk ke dalam Federasi Kalimantan Timur/Daerah Siak Besar bersama-sama daerah Kesultanan lainnya seperti Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir dengan membentuk Dewan Kalimantan Timur yang diketuai oleh Sultan Aji Muhammad Parikesit. Sampai pada tanggal 27 desember 1949, Federasi Kalimantan Timur bergabung dengan Republik Indonesia Serikat.

Pada 21 Januari 1960 pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dipimpin Sultan Aji Muhammad Parikesit, diserahkan kepada pemerintah daerah melalui Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai, yang diselenggarakan di Balairung Keraton Sultan Kutai, Tenggarong. Sejak itu Sultan Aji Muhammad Parikesit dan keluarganya hidup sebagai rakyat biasa.[2]

Referensi

  1. ^ "Pandji Postaka, Vol. III 1934, p.1659". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-24. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-11. Diakses tanggal 2010-06-15. 

Pranala luar

Didahului oleh:
Sultan Aji Muhammad Alimuddin
Sultan Kutai Kartanegara
1920-1960
Diteruskan oleh:
Sultan Aji Muhammad Salehuddin II