Histosol
Histosol salah satu lapisan tanah dari 12 ordo tanah dalam sistem taksonomi tanah USDA 1975.[1][2] Histosol atau yang sering diketahui sebagai tanah gambut adalah jenis lapisan tanah yang di dalamnya lebih banyak terkandung bahan organik dengan keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Histosol terbentuk dalam kondisi seperti di lahan basah. Sehingga jenis tanah ini sangat cocok untuk ditanami sayur-sayuran, buah-buahan, produksi pertanian, dan bahan bakar.[3][4]
Histosol memiliki nama lain, seperti gambut (peat) atau muck. Dalam taksonomi tanah Australia, Histosol disebut sebagai Organosol. Histosol banyak ditemukan di Kanada, Skandinavia, Dataran Siberia Barat, Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Histosol jarang digunakan untuk kebutuhan konstruksi karena struktur berat cenderung mereda di tanah basah. Histosol tidak memiliki horizon. dan berwarna kroma (derajat kejenuhan suatu warna) atau meningkat sesuai dengan bertambahnya kedalaman[5]
Histosol/tanah gambut merupakan tanah yang bersifat hidrofilik, yaitu tanah yang mudah melarut, menyerap/bercampur dengan air. Namun, histosol juga memiliki sifat tanah yang hidrofobik (mengering tidak balik), yaitu terjadi ketika gambut mengering dengan kadar air kurang dari 100%, maka tidak dapat menyerap air lagi jika dibasahi sama halnya dengan kayu kering dan tidak dapat berfungsi lagi tanahnya. Jika gambut sudah mengering, maka mudah hanyut terbawa aliran air dan mudah terbakar. Sehingga ada potensi kebakaran hutan atau lahan disebabkan gambut yang terbakar karena menghasilkan energi panas yang lebih besar dari kayu. [6] Secara ekologis, histosol berperan penting karena kandungan karbonnya cukup besar.
Histosol/tanah gambut terbentuk dari tumpukan bahan organik, maka dari itu, kandungan karbonnya cukup besar. Tanah gambut umumnya mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan pH 3--4. Di Indonesia, sebagian besar tanah gambutnya bereaksi masam hingga sangat masam dengan pH kurang dari 4,0 yang berhubungan erat dengan asam-asam organik, yaitu asam humat dan asam vulvat. Pada umumnya, pH gambut yang berada di pantai (gambut topogen) lebih tinggi dan tanahnya lebih subur dibandingkan dengan gambut yang berada di pedalaman (gambut ombrogen) karena adanya pengayaan basa-basa (gambut oligotropik) dari air pasang surut. Gambut ombrogen sering ditemukan di Indonesia.[6]
Tingkat kesuburan histosol tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
- Ketebalan lapisan tanahnya dan tingkat penguraian.
- Komposisi tanaman penyusunan gambut.
- Tanah mineral yang berada di lapisan bawahnya.
Subordo Histosol
Histosol memiliki 4 subordo, yaitu:
- Folist, histosol yang mengalami jenuh air untuk jangka waktu yang lama sepanjang tahun. Folist mudah dijumpai pada iklim yang lembab di daerah tropis, subtropis, dan daerah ketinggian. Folist dibagi menjadi 4, yaitu Cryofolist, Torrifolist, Ustifolist, dan Udifolist.
- Fibrist, histosol yang selalu tergenang air, bahan organik yang terkandung di dalamnya baru mulai melapuk, masih banyak mengandung serabut, dan dekomposisi rendah. Fibrist mudah dijumpai pada daerah yang mengalami depresi dan daerah datar yang luas sekitar pantai. Folist dibagi menjadi 3, yaitu Cryofibrist, Sphagnofibrist, dan Haplofibrists.
- Saprist, histosol yang memiliki kadar air cukup rendah, dekomposisi tinggi dan sempurna, dan kurang mengandung serabut. Saprist mudah ditemukan pada daerah yang mempunyai muka air tanah cenderung naik-turun. Saprist dibagi menjadi 4, yaitu Sulfosaprist, Sulfisaprist, Cryosaprist, dan Haplosaprists.
- Hemist, histosol yang memiliki kadar air banyak, dekomposisi sedang, dan masih banyak mengandung serabut. Hemist mudah dijumpai pada daerah RKT tanah lebih panas daripada cyrik dan tidak memliki horison sulfurik. Hemist dibagi menjadi 5, yaitu Sulfohemist, Sulfihemist, Luvihemist, Cryohemist, dan Haplohemist.
Referensi
- ^ "Dasar Dasar Ilmu Tanah". Diakses tanggal 2021-09-09.
- ^ "Histosol | soil". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-09-09.
- ^ Lukman Hakim, Dani (2019). Ensiklopedia Jenis Tanah di Dunia. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 30. ISBN 978-623-7035-19-0.
- ^ Fiantis, Dian. Morfologi dan Klasifikasi Tanah (PDF). Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Andalas. hlm. 78––89.
- ^ P, Pinter; ai (2019-01-27). "Tanah Histosol - Penjelasan, Karakteristik dan Contoh". PINTERPandai. Diakses tanggal 2021-09-09.
- ^ a b Hartatik, Wiwik, dkk.. (2011). "Sifat Kimia dan Fisik Tanah Gambut" (PDF). Balai Penelitian Tanah. Diakses tanggal 08-09-2021.