Baiat merupakan istilah untuk upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin.[1] Baiat bisa berupa pengangkatan seorang imam atau kepala agama. Selain itu bisa juga digunakan untuk pelantikan kepala negara.[2] Upacara ini ditandai dengan pengucapan janji atau sumpah.[2] Janji ini diucapkan baik oleh yang mengangkat atau melantik juga oleh yang dilantik atau diangkat.[2] Pihak yang melantik akan bersumpah bahwa mereka akan menaati peraturan yang dibuat oleh pemimpin yang mereka angkat.[2] Demikian pula pemimpin yang dilantik, dia berjanji untuk juga menaati peraturan yang dia buat dan akan dipakai dalam masyarakat.[2] Janji atau sumpah ini tidak berlaku ketika pemimpin ternyata melakukan perbuatan yang melanggar hukum Allah berlandaskan Kitabillah wa Sunnah.[2]

Istilah ini secara khusus berasal dari syariat Agama Islam.[2] Syariat ini berasal dari apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.[2] Abu Bakar adalah sahabat Nabi pertama yang dibaiat sebagai Khalifah.[2] Dia memimpin kekhalifahan dan kaum Muslim sebagai Amirul Mukminin setelah Nabi Muhammad wafat.[2]

Praktek baiat

  • Sahih al-Bukhari

Kitab : Berpegang teguh terhadap kitab dan sunnah Bab : Bab Nomor : 6730

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَتَبَ إِلَى عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ يُبَايِعُهُ وَأُقِرُّ لَكَ بِذَلِكَ بِالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ عَلَى سُنَّةِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ فِيمَا اسْتَطَعْتُ

Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdullah bin Dinar, bahwa Abdullah bin Umar berkirim surat kepada Abdul Malik bin Marwan sebagai pernyataan baiat terhadapnya, isinya, 'Aku berikrar terhadapmu atas yang demikian dengan mendengar dan taat, di atas sunnah Allah dan sunnah rasul-Nya semaksimal kemampuanku'."


  • sahih_Muslim

Kitab : Kepemimpinan Bab : Sunahnya berbaiat kepada pemimpin pasukan saat akan mulai peperangan Nomor : 3449

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ أَلْفًا وَأَرْبَعَ مِائَةً فَبَايَعْنَاهُ وَعُمَرُ آخِذٌ بِيَدِهِ تَحْتَ الشَّجَرَةِ وَهِيَ سَمُرَةٌ وَقَالَ بَايَعْنَاهُ عَلَى أَنْ لَا نَفِرَّ وَلَمْ نُبَايِعْهُ عَلَى الْمَوْتِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'd. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami Al Laits dari Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata, "Di hari Hudaibiyyah kami berjumlah seribu empat ratus orang, kami berbaiat kepada beliau. Umar memegang tangan beliau di bawah pohon Samurah sambil berkata, "Kami berbai'at kepada beliau bahwa kami tidak akan lari (dari peperangan) dan kami tidak berbai'at atas kematian."




  • Sahih_Muslim

Kitab : Kepemimpinan Bab : Baiat untuk siap mendengar dan taat semampunya Nomor : 3472

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ أَيُّوبَ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُا كُنَّا نُبَايِعُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ يَقُولُ لَنَا فِيمَا اسْتَطَعْتَ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr dan ini adalah lafadz Ibnu Ayyub, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Dinar bahwa dia mendengar Abdullah bin Umar berkata, "Kami berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk selalu mendengar dan taat, beliau bersabda: "Sesuai dengan kemampuan kamu."




  • Sahih_Muslim

Kitab : Kepemimpinan Bab : Bagaimana baiatnya wanita Nomor : 3471

و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَأَبُو الطَّاهِرِ قَالَ أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا و قَالَ هَارُونُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْ مَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةً قَطُّ إِلَّا أَنْ يَأْخُذَ عَلَيْهَا فَإِذَا أَخَذَ عَلَيْهَا فَأَعْطَتْهُ قَالَ اذْهَبِي فَقَدْ بَايَعْتُكِ

Dan telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al Aili dan Abu At Thahir, Abu At Thahir berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan Harun berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah menceritakan kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari 'Urwah, bahwa 'Aisyah telah mengabarkan kepadanya mengenai proses pembai'atan terhadap kaum wanita, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita manapun, beliau hanya mengambil baiat dari mereka. Ketika mereka telah memberikan baiatnya kepada beliau, maka beliau bersabda: "Pergilah, sungguh aku telah membaiat kamu."




  • Sahih_Muslim

Kitab : Kepemimpinan Bab : Pembaiatan untuk Islam dan jihad setelah penaklukan Makkah Nomor : 3466

و حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ قَالَ أَخْبَرَنِي مُجَاشِعُ بْنُ مَسْعُودٍ السُّلَمِيُّ قَالَ جِئْتُ بِأَخِي أَبِي مَعْبَدٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الْفَتْحِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَايِعْهُ عَلَى الْهِجْرَةِ قَالَ قَدْ مَضَتْ الْهِجْرَةُ بِأَهْلِهَا قُلْتُ فَبِأَيِّ شَيْءٍ تُبَايِعُهُ قَالَ عَلَى الْإِسْلَامِ وَالْجِهَادِ وَالْخَيْرِ قَالَ أَبُو عُثْمَانَ فَلَقِيتُ أَبَا مَعْبَدٍ فَأَخْبَرْتُهُ بِقَوْلِ مُجَاشِعٍ فَقَالَ صَدَقَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَاصِمٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ فَلَقِيتُ أَخَاهُ فَقَالَ صَدَقَ مُجَاشِعٌ وَلَمْ يَذْكُرْ أَبَا مَعْبَدٍ

Dan telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushir dari 'Ashim dari Abu Utsman dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Mujasyi' bin Masy'ud As Sulami dia berkata, "Aku datang bersama saudaraku, Abu Ma'bad, kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam setelah penaklukan Makkah. Aku berkata kepada beliau, "Ya Rasulullah! Bai'atlah dia untuk hijrah." Beliau lalu menjawab: "Hijrah telah selesai bagi penduduknya." Aku lalu bertanya, "Lalu atas apa ia harus berbai'at?" Beliau menjawab: "Untuk Islam, Jihad, dan Kebajikan." Abu Utsman berkata, "Kemudian aku menemui Abu Ma'bad dan memberitahukan kepadanya apa yang dikatakan Mujasyi'. Maka ia pun berkata, "Dia benar." Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari 'Ashim dengan isnad, dia menyebutkan, 'Kemudian saya menemui saudaranya, saudaranya pun menjawab, 'Majasyi' benar.' Namun ia tidak menyebutkan Abu Ma'bad."




  • Sahih_Muslim

Kitab : Kepemimpinan Bab : Jika dua khalifat dibaiat Nomor : 3444

و حَدَّثَنِي وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا

Dan telah menceritakan kepadaku Wahb bin Baqiyah Al Wasithi telah menceritakan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Al Jurairi dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila ada dua khalifah yang dibaiat, maka bunuhlah yang paling terakhir dari keduanya."

Dalil-Dalil

Perhatikan dalil tentang wajibnya Baiat berikut, ini menunjukkan saking serius dan pentingnya sampai ada ancaman bagi orang yang tidak melaksanakan Baiat.

مَن ماتَ بِغَيرِ إمامٍ ماتَ ميتَةً جاهِلِيَّةً

Artinya: "Barangsiapa mati tidak punya Imam, jika mati, matinya keadaan Jahiliyyah". (HR. Ibni Hiban).

وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة. (رواه مسلم)

Artinya: "Barangsiapa mati tidak punya ikatan baiat dilehernya, maka mati Jahiliyyah". (HR. Muslim).

Seorang Muslim yang membaiat seorang Imam dengan dasar Kitabullah wa Sunnah itu berarti memilih Jalan Keselamatan daripada terkena ancaman dalil tadi.

Karena praktek baiat di zaman Rasulullah SAW dengan cara berjabat tangan, dengan diwakili, ataupun kirim surat. Berdasarkan dalil:

قال رسول الله: مَنْ بايَعَ إِمامًا فَأعطاهُ صَفْقَةَ يمينِهِ وثَمَرَةَ قلبِهِ فَلْيُطِعْهُ ما استطاعَ..

Artinya: "Barangsiapa membaiat Imam dengan memberikan jabat tangannya dan buah hatinya, supaya taat". (HR Muslim)

Sedangkan ancaman bagi orang yang tidak mempunyai ikatan baiat adalah:

وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِى عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

Artinya: "Barangsiapa yang mati tanpa ada tali baiat di lehernya, maka matinya (dihukumi) mati Jahiliyyah". ( HR MUSLIM)

Padahal Allah memerintahkan kita untuk mati dalam keadaan Islam.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. Ali Imran : 102).

أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Artinya: "Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (QS. Al Maidah ayat 50).


إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Bahwa orang-orang yang berjanji baiat setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji baiat setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barang siapa melanggar janjinya, sesungguhnya dia melanggar janjinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar” (QS. Al Fath: 10).

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya (no. 1851), dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu anhuma, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barangsiapa melepas tangannya (baiatnya) dalam mentaati pemimpin, ia akan bertemu dengan Allah di hari kiamat dengan tanpa memiliki hujjah, dan barangsiapa meninggal dalam keadaan tiada baiat di pundaknya maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR Muslim)

Rujukan

  1. ^ "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Diakses tanggal 11 Juni 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j Hassan Sadhily. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. hlm. 362.