Bendera dan lambang Majapahit

Revisi sejak 24 September 2021 00.54 oleh Sastrawan (bicara | kontrib) (Menambahkan acuan Brandes untuk kutipan dari prasasti Kudadu, juga mengganti sebutan "prasasti Butak" dengan "prasasti Kudadu" supaya lebih jelas)

Sang Saka Getih-Getah Samudra (Aksara Jawa: ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦒꦼꦠꦶꦃ​ꦒꦼꦠꦃ​ꦱꦩꦸꦢꦿ), Sang Saka Abang-Putih (Aksara Jawa: ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦲꦧꦁ​ꦥꦸꦠꦶꦃ), atau Sang Saka Gula Kelapa (Aksara Jawa: ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦒꦸꦭ​ꦏꦺꦭꦥ) adalah sebutan bagi bendera kemaharajaan Majapahit. Bendera ini bercorak 5 garis merah dan 4 putih horizontal yang sama lebar, bermula dengan garis merah dan berakhir dengan garis merah yang melambangkan wilayah Nusantara dalam Sumpah Amukti Palapa.


Kemaharajaan Majapahit
Nama ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦒꦼꦠꦶꦃ​ꦒꦼꦠꦃ​ꦱꦩꦸꦢꦿ (terj. Sang Såkå Gêtih-Gêtah Samudrå),
Nama alternatif lain:
  • ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦲꦧꦁ​ꦥꦸꦠꦶꦃ (terj. Sang Såkå Abang-Putih)
  • ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦒꦸꦭ​ꦏꦺꦭꦥ (terj. Sang Såkå Gulå Kelåpå)
  • ꦱꦁ​ꦱꦏ​ꦗꦶꦔ꧀ꦒ​ꦥꦺꦛꦏ꧀ (terj. Sang Såkå Jingga-Péthak)
Pemakaian Lainnya Simbol vexillologis kecil atau piktogram berwarna hitam putih yang menunjukkan perbedaan penggunaan bendera
Perbandingan 3:5
Rancangan 5 garis mendatar berwarna merah (paling atas dan paling bawah) bertukar dengan 4 garis mendatar berwarna putih
Bendera kemaharajaan Majapahit masih dipakai sebagai bendera TNI-AL dalam Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai bendera maritim, dengan nama panji "Ular-Ular Perang"

Sayangnya, tidak ada cukup bukti untuk mengetahui bahwa Majapahit memang memiliki bendera merah putih. Dalam prasasti Kudadu disebutkan bahwa Raden Wijaya (Vijaya) justru sedang dikejar oleh pasukan Jayakatyeng ketika tiba-tiba "panji-panji musuh terlihat di sebelah timur Hanyiruh, warnanya merah dan putih" (hana ta tuṅgulniṁ atru layū-layū katon· vetani hañiru[h], bāṁ lāvan putiḥ varṇnanya) prasasti Kudadu 4v baris ke-3.[1][2]

Sampai sekarang bendera ini dikibarkan oleh TNI-AL dalam Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai bendera maritim, dengan nama panji "Ular-Ular Perang".

Sejarah

Sang Saka Getih-Getah atau Sang Saka Gula Kelapa dikibarkan sebagai panji kemenangan pasukan Raden Wijaya (raja pertama Majapahit) dalam pertempuran pertama melawan pasukan Dinasti Yuan dari Tiongkok. Bendera Sang Saka Getih-Getah atau Sang Saka Gula Kelapa pertama kali berkibar, tercatat dalam prasasti Kudadu dengan angka tahun 1292M. Piagam Merah Putih adalah sebutan nama lain dari prasasti Butak.

Pada pertempuran pertama, pasukan Raden Wijaya berhasil mengalahkan dan memukul mundur 3000 pasukan Dinasti Yuan. Ike Mese pimpinan pasukan Mongol (Tartar) tewas di tangan Raden Wijaya dalam pertempuran ini. Dalam perang kedua 1293 M, pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir pergi pasukan Mongol (tartar) keluar dari pulau Jawa. Kekalahan pasukan Mongol (Tartar) oleh pasukan Jawa tercatat dan terus dikenang dalam sejarah Tiongkok."Sura Ing Bhaya" yang berarti "keberanian menghadapi bahaya," adalah "sesanti" (doa) yang menandai kemenangan pasukan Raden Wijaya mengalahkan pasukan Mongol (Tartar) dalam pertempuran kedua.[3]

Majapahit kerajaan besar Nusantara didirikan tahun 1293 M. Penyatuan wilayah Nusantara sampai sebagian Asia di bawah panji Surya Majapahit, sudah dimulai dari awal berdirinya kerajaan Majapahit. Mulai dari masa Gayatri - Raden Wijaya, Jayanegara (Kalagemet), Tribuanawijaya Tungga Dewi, sampai Hayam Wuruk, wilayah Nusantara dibawah panji Majapahit bisa terwujud. Sumpah Hamukti Palapa yang diucapkan Mahapatih Amungkubumi Gajah Mada adalah salah satu bukti peristiwa sejarah Majapahit dalam menyatukan Nusantara. Kerajaan Majapahit adalah penyatu wilayah Nusantara jauh sebelum Indonesia ada.

Bendera lainnya

Bendera hasil turunan dari bendera kemaharajaan Majapahit:

Referensi

  1. ^ "Twitter Wayan Jarrah Sastrawan". Twitter. Diakses tanggal 2021-09-23. 
  2. ^ Brandes, J.L.A. (1896). Pararaton (Ken Angrok), of Het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit. Batavia: Albrecht & Co. hlm. 79. 
  3. ^ "Melihat Kibar Bendera Merah Putih dan Nusantara Sebelum Indonesia". Diakses tanggal 12-03-2018. 

Catatan