Rinéka sora

Gejala fonologis pada bahasa Sunda
Revisi sejak 25 September 2021 12.46 oleh Haikal FK 1705 (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Rinéka sora adalah suatu gejala fonologis dalam bahasa Sunda yang berkaitan dengan perubahan bahasa dalam pengucapan suatu kata, baik itu vokal maupun konsonan.[1] Biasanya perubahan bahasa yang dimaksud adalah dengan hilangnya fonem, bertambahnya fonem, berpindahnya tempat fonem, ataupun bergantinya suatu fonem dengan fonem yang lain.[1]

Jenis-jenis

Berdasarkan cara pembentukannya, rinéka sora bisa digolongkan sebagai berikut.[2]

Sirnaan

Sirnaan adalah rinéka sora yang terbentuk dengan cara menghilangkan beberapa fonem dari suatu kata, baik itu di awal, di tengah maupun di akhir kata.[2] oleh karena itu, sirnaan bisa berupa sirnapurwa, sirnamadya, dan sirnawekas. Sirnapurwa contohnya:[2]

  • umilumilu, ikut
  • kstariasatria, ksatria
  • banderolbandrol, banderol
  • kolonélkornél, kolonel
  • présidéntprésidén, presiden.

Swarabakti

Swarabakti adalah rinéka sora yang dibentuk dengan penambahan fonem ke dalam suatu kata, baik di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Oleh karena itu, swarabakti bisa berupa swarabakti awal, swarabakti tengah, dan swarabakti ahir. Contohnya:[2]

  • striistri, istri/perempuan
  • stalistal, kandang kuda
  • blokbélok, belok
  • bankbangku, meja.

Bagentén

Bagenten atau alternal adalah bergantinya suara yang dibentuk dengan pergantian suatu fonem dengan fonem lainnya, baik vokal dengan vokal maupun konsonan dengan konsonan. Contohnya:[2]

  • surungsorong, dorong
  • pungkurpengker, belakang
  • utamautami, utama
  • begangbegeng, kurus
  • itungétang, hitung
  • ceukcek, ucap.

Métatésis

Métatesis adalah rinéka sora yang dibentuk dengan cara menukarkan tempat fonem dalam suatu kata. Contohnya: aduy menjadi ayud, dalu menjadi ladu, léor menjadi réol, présidén menjadi persiden (presiden), rontal menjadi lontar.[2]

Asimilasi

Asimilasi adalah rinéka sora yang dibentuk dengan cara menyamakan suatu fonem yang berbeda dengan fonem yang berada di belakang fonem tersebut, biasanya di antara fonem ada pada interval ucapan yang sama seperti b dengan m, d dengan n, g dengan ng, (n)j dengan ny. Contohnya: gambar menjadi gamar (gambar), gablung menjadi gambung, kaderon menjadi kaneron, kendag menjadi kenang, sanggeuk menjadi sangeuk, sanggup menjadi sangup (sanggup), balanja menjadi balanya (belanja).[2]

Rujukan

  1. ^ a b Sudaryat, Yayat spk (2007). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya. hlm. 43. 
  2. ^ a b c d e f g "Kluster Ciri Ciri Supraségméntal Rinéka Sora | 123dok". Diakses tanggal 2018-04-25.