Interaksi sosial

Revisi sejak 28 September 2021 23.31 oleh Tukang Patrol (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh Irfan indo (bicara) ke revisi terakhir oleh Tukang Patrol (TW))

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi sosial terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.[1] Interaksi sosial dapat terjadi jika ada kontak sosial dan komunikasi.[2]

Persyaratan

Interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok. Sedangkan komunikasi merupakan kegiatan memahami pesan orang lain dan memberikan reaksi atas pesan tersebut.[2]

Kontak Sosial

Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tsango yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh.[3] Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu ciri fisik dan penampilan. Ciri fisik adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana. Interaksi sosial merupakan salah satu wujud dan sifat manusia yang hidup bermasyarakat mempunyai aturan tertentu.

Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut:

  1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
  2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi, yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan.[4] Ada lima unsur pokok dalam komunikasi, yaitu

  1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
  2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
  3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
  4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
  5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.

Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:

Encoding

Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.

Penyampaian

Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.

Decoding

Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.

Faktor pembentuk

Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.

Imitasi

Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan, antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.

Identifikasi

Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam antara lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang akan naik kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik agar nanti mengenalinya mudah.

Sugesti

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.

Motivasi

Motivasi yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.

Simpati

Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan perasaan orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkena musibah tersebut.

Empati

Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam. Hubungan antara suatu individu masyarakat dengan relasi - relasi sosial lainnya, menentukan struktur dari masyarakatnya yang di mana hubungan antar manusia dengan relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang dapat terjadi di antara keduanya.[5] Hubungan antar manusia atau relasi – relasi sosial, suatu individu dengan sekumpulan kelompok masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok – kelompok dan antar kelompok masyarakat itu sendiri, menciptakan segi dinamika dari sisi perubahan dan perkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai suatu bentuk konkret, komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai – nilai sosial di dalam suatu masyarakat, telah mengalami suatu proses terlebih dahulu yang di mana proses – proses ini merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.

Bentuk-bentuk

Interaksi sosial bentuk asosiasi

Bentuk interaksi sosial yang terjadi akibat adanya proses asosiasi meliputi kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha antarindividu atau antarkelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Akomodasi merupakan suatu keadaan interaksi antarindividu atau antarkelompok yang menyeimbangkan peran nilai sosial dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan asimilasi merupakan suatu proses integrasi kelompok sosial dengan cara mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Interaksi sosial dalam bentuk asosiasi bertujuan untuk memperoleh kelompok sosial yang stabil.[6]

Interaksi sosial bentuk diasosiasi

Bentuk interaksi sosial yang terjadi akibat adanya proses diasosiasi meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial yang terjadi antarindividu atau antarkelompok manusia yang salin bersaing untuk memperoleh keuntungan di dalam kehidupan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di antarindividu atau antarkelompok yang saling melawan dan memberi ancaman dan kekerasan untuk memenuhi tujuannya. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan.[7]

Jenis

Interaksi antar individu dan individu

Interaksi jenis ini bisa sangat konkret atau jelas, akan tetapi bisa juga sebaliknya. Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial sudah mulai. Walaupun kedua individu tersebut tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing.[8]

Interaksi antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial juga bisa terjadi antara kelompok dan kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan.[8]

Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi sosial bisa juga terjadi antara individu dan kelompok. Bentuk interaksi di sini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.[8]

Dampak

Interaksi sosial yang berbentuk asosiasi akan menghasilkan keteraturan sosial. Proses yang ditempuh dapat melalui kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.[9] Sebaliknya, Interaksi sosial yang mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna akan menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Proses penyesuaian diri oleh individu dengan penyerapan nilai sosial dan norma sosial yang tidak sesuai akan membentuk kepribadian yang menyimpang.[10]

Pengembangan komunitas

Komunitas terbentuk dari hubungan sosial antara individu-individu yang saling mempengaruhi satu sama lain di dalam lingkungan sosial. Suatu komunitas hanya dapat terbentuk jika ada interaksi sosial yang positif maupun negatif di antara perilaku dan tindakan para individunya. Perilaku dan tindakan para individu di dalam komunitas akan mempengaruhi proses pengembangan dari komunitas. Semakin banyak interaksi sosial yang terjadi di dalam komunitas, maka pengembangan komunitas akan semakin cepat terjadi. Komunitas yang mengalami banyak interaksi sosial akan memperoleh kemajuan secara sosial, yaitu terbentuknya kerja sama, persaingan yang sehat, asimilasi, amalgamasi, dan akuturasi.[11]

Referensi

  1. ^ Media, Kompas Cyber. "Interaksi Sosial: Pengertian, Syarat, Ciri, Jenis, dan Faktornya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-11-03. 
  2. ^ a b Veplun, dkk. 2013, hlm. 6.
  3. ^ Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA (PDF). Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 49. ISBN 978-979-068-219-1. 
  4. ^ Rahman, M. T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. hlm. 35. ISBN 978-602-99802-0-2. 
  5. ^ Budiningsih, 2004, 46
  6. ^ Veplun, dkk. 2013, hlm. 19-20.
  7. ^ Veplun, dkk. 2013, hlm. 20.
  8. ^ a b c Ambar Kusumastuti (2014). "Peran Komunitas Dalam Interaksi Sosial Remaja di Komunitas Angklung Yogyakarta".
  9. ^ Widianti, Wida (2009). Sosiologi 1 : untuk SMA dan MA Kelas X (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 37. ISBN 978-979-068-745-5. 
  10. ^ Waluya, Bagja (2009). Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 88. ISBN 978-979-068-738-7. 
  11. ^ Veplun, dkk. 2013, hlm. 12.

Daftar pustaka

Bibliografi

Bacaan lanjutan

  • Max Weber The Nature of Social Action in Runciman, W.G. 'Weber: Selections in Translation' Cambridge University Press, 1991.
  • Soerjono Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar edisi revisi, Jakarta: RajaGrafindo, 2014.