Muhammad Jalaluddinsyah III
Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III (bin Daeng Mas Kuncir Datu Lolo Daëng Manasa bin Sultan Lalu Muhammad Amaroe'llah) adalah Sultan Sumbawa ke-16 memerintah 1883-1931.[1][2][3] Datu Raja Muda Daeng Maskuncir atau Maskuncir Datu Lolo Daeng Manassa yang telah dikukuhkan untuk mengganti sang ayah Sultan Amrullah akhirnya batal. Peritiwa kebakaran hebat Istana Gunung Setia menjadi penyebab terjadinya depresi mental dimana beliau lebih memilih kehidupan spiritual daripada menjadi seorang sultan. Sehingga hal ini tidak memungkinkan untuk tetap dipertahankan guna dimahkotai sebagai sultan sumbawa. Sehingga pada saat Sultan Amaroe'llah mangkat pada tanggal 20 Agustus 1883, hasil mufakat pangantong limaolas memutuskan untuk memilih putra tertua dari Datu Raja Muda Daeng Maskuncir yakni Mas Madina Daeng Raja Dewa untuk dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa. Mas Madina Daeng Raja Dewa saat dinobatkan bergelar Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III. Pada masa Pemerintahan Beliau, didirikan Istana Dalam Loka yang hingga kini masih dapat kita saksikan hingga dewasa ini dan menjadi kebanggaan masyarakat Sumbawa. Penataan bidang pemerintahan mendapat perhatian khusus dari Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III. Beberapa kali sistem pemerintahan mengalami perubahan. Pada tahun 1920 terjadi perubahan besar dalam sistem perintahan Kesultanan Sumbawa dimana penghapusan district menjadi onderdistrict dan kemudian beralih nama menjadi Kademungan. Dengan perubahan struktur ini maka Kedatuan dalam Kamutar Telu, Seran, Taliwang dan Jereweh dihapus pula dan berubah status menjadi Kademungan. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III inilah meletus beberapa peperangan melawan Belanda antara lain Perang Sapugara yang dipimpin oleh La Unru Sinrang Dea Mas Manurung ( 1906 – 1908 ) dan Perang Baham dipimpin oleh Baham ( 1906 dan 1921 ) [4][5][6][7][8][9][10][11]
Membangun Istana Dalam Loka
Dua tahun sesudah penobatan Mas Madinah Daeng Raja Dewa menjadi Sultan Sumbawa tepatnya pada tahun 1885 M dibangunlah Istana Dalam Loka menggantikan Istana Bala Sawo. Istana yang dibangun dalam kurun waktu sembilan bulan sepuluh hari tersebut (usia bayi dalam kandungan) ditopang 98 (sembilan puluh delapan) tiang dengan satu “tiang ngantung” sehingga menjadi 99 batang (symbol asmaul husna dalam ajaran syariat Islam). Dalam Loka merupakan sebuah lokasi yang dirancang khusus sebagai pusat pemerintahan yang lengkap yang terdiri dari:
- Bala Rea
Bangunan induk sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal sultan beserta keluarganya.
- Bala Bulo
Merupakan bangunan khusus yang biasa digunakan oleh putra-putra sultan maupun putra bangsawan lainnya berkumpul.
- Bala Datu Raja Muda / Datu Lolo
Adalah Istana yang diperuntukkan bagi Putra Mahkota yang merupakan calon pengganti Sultan yang tengah berkuasa.
- Bale Bawa.
Adalah rumah yang diperuntukkan bagi para Abdi Dalam dan Petugas Istana, termasuk didalamnya sebagai tempat tinggal bagi Istri ( Bukan Permaisuri ) Sultan. Bale Bawa ini berada di luar halaman Istana dan jumlahnya juga cukup banyak mengingat petugas dan Abdi Dalam yang cukup banyak.
- Lawang Rare (gerbang)
Terletak di halaman antara Masjid Kesultanan dan Istana Dalam Loka sebagai batas antara Rumah Allah dan kekuasaan-Nya sebagai Al-Khalik serta Istana Sultan dan kekuasaannya sebagai makhluk.
- Sarapo Kamutar
Bangunan khusus sebagai tempat pelaksanaan upacara adat istana.
- Alang Aji / Alang Kamutar
Adalah lumbung padi sebagai tempat menyimpan perbekalan utama.
- Jambang Sasir
Bangunan khusus yang berhubungan dengan kegiatan di dapur.
- Bale Pamaning
Tempat mandi khusus bagi Sultan/permaisuri dan putra-putri sultan.
- Sarumung Belo / Karubung
Sumur dan MCK bagi penghuni istana yang lain maupun tamu istana.
- Pakatik Kamutar
Kandang kuda tempat pemeliharaan dan perawatan kuda sultan beserta petinggi Kesultanan Sumbawa.
Pembangunan Istana Dalam Loka dipimpin dan dikoordinasi langsung oleh Imam H. Hasyim, Imam Masjid Kedatuan Taliwang. Bahan utama bangunan Istana Dalam Loka menggunakan kayu jati pilihan dari Olat Timung pegunungan Ropang. Bangunan Bala Rea yang beratap kembar dan berlantai dua, dewasa ini disebut sebagai Dalam Loka terdiri dari bagian bangunan sebagai berikut:
- Tete Gasa
Merupakan tangga naik yang mengambil konsep pendakian (Samawa: paruak) sebagai simbol bahwa setiap orang yang naik ke istana selalu membungkukkan badan sebagai wujud penghormatan kepada sultan.
- Paladang
Teras khusus yang memiliki fungsi antara lain: tempat duduk di sebelah timur yang disebut parangin merupakan tempat menunggu jika hendak bertemu sultan. Sedangkan pada bagian sebelah barat (tangke) digunakan untuk menempatkan senjata tajam dan barang-barang lainnya yang tidak diperbolehkan dibawa masuk ke dalam ruang Lunyuk Agung.
- Lunyuk Agung
Merupakan ruang utama tempat pertemuan dan perjamuan serta tempat pelaksanaan upacara-upacara kebesaran Kesultanan Sumbawa.
Pada bagian timur terdapat empat buah kamar terdiri dari: Dua buah kamar diperuntukkan bagi putra sultan yang sudah menikah. Satu buah kamar diperuntukkan bagi istri-istri sultan (bukan permaisuri) Satu buah kamar khusus sebagai tempat tidur Bone (inang pengasuh), serta tempat penyimpanan perbekalan khusus yang akan digunakan pada malam hari jika istana kedatangan tamu.
Memanjang pada bagian barat beberapa ruangan/kamar, antara lain:
- Repan Shalat
Merupakan tempat khusus melakukan ibadah shalat.
- Repan Kacapuri
Yakni peraduan raja dan permaisuri. Pada ujung utara ruangan ini merupakan tempat permaisuri menerima tamu baik istri-istri pembesar kesultanan maupun keluarga sultan dan permaisuri (wanita).
- Ruang Keputrian
Adalah ruangan khusus bagi putri-putri sultan yang belum menikah, ruangan ini terbagi dua bagian yakni kamar tidur dan tempat berkumpul/menerima tamu.
- Lunyuk Emas
Ruangan besar yang berada di antara kamar-kamar bagian timur dan bagian barat merupakan ruang tempat pertemuan permaisuri dan istri pembesar kesultanan dalam peristiwa upacara besar istana, serta menjadi tempat tidur di malam hari bagi pelayan istana (wanita) sedangkan pada bagian ujung utara ruangan menjadi tempat menata hidangan bila ada upacara istana.
- Sanapir
Yakni dapur yang biasa digunakan sebagai tempat kegiatan masak memasak. Antara Sanapir dan Jambang Sasir dihubungkan dengan pintu khusus yang sekaligus menjadi pintu belakang Istana Dalam Loka.
- Gudang
Terdapat pada bagian barat Lunyuk Emas, di samping tangga menuju lantai dua sebelah barat.
- Lantai dua sebelah barat dan lantai dua sebelah timur
Merupakan ruangan memanjang yang dihubungkan dengan tangga dari lantai satu. Pada masing-masing lantai dua ada lantai yang ditinggikan sebagai tempat menenun di samping tempat putri sultan dan putri bangsawan lainnya menonton keramaian di lapangan Lenang Lunyuk (bagian barat istana). Sebagai istana kesultanan yang menjadi pusat pemerintahan, Istana Dalam Loka selain memiliki konsep arsitektur yang digarap khusus juga memiliki konsep ornamentik untuk memperindah bangunan istana, seperti ukiran pada tiang, ukiran pada pintu serta pada beberapa bagian dinding yang kesemuanya berlandas pada konsepsi nilai yang menjadi anutan Tau Samawa.
Silsilah kekerabatan dengan Ruma Bicara (Mangkubumi) Bima
Tahun pemerintahan Sultan Bima.[12][13][6][7]
https://pl.wiki-indonesia.club/wiki/W%C5%82adcy_Sumbawy#Su%C5%82tani_Bimy
http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bima Diarsipkan 2018-01-11 di Wayback Machine.
MANGKUBUMI BIMA (RAJA BICARA) Ruma-ta Tureli Nggampo | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA I Tureli Nggampo Manggampo Donggo ♂ Ruma-ta Ma Wa'a Bilmana | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA II ♂ Ruma-ta Makapiri Solo (Yang Dipertuan Yang Menjelajahi Solor) Abdul Rahim | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA III ♂ Mambora ba Cihuru Bahi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA IV ♂ Bumi Renda Manuru Suntu | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA V ♂ Mantau Dana Turi (Yang punya tanah berpetak-petak) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA VI ♂ Bumi Luma Ka'e Mambora ese Buton (Yang mangkat di Buton) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA VII Jeneli Bolo ♂ Mantau Dana Timo (Yang punya tanah timur) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA VIII Ruma Bicara Janeli Rasana'e ♂ Abdul Ali | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Datu Siti Aisyah | MANGKUBUMI BIMA XII Ruma Bicara Tureli Donggo Mawa'a Kadi ♂ Muhammad Anwar (Abdul Nabi) | MANGKUBUMI BIMA XI Ruma Bicara ♂ Mambora ese Reo (Yang mangkat di Reo) | MANGKUBUMI BIMA X Ruma Bicara ♂ Nanga Lere (Kali yang diarahkan) | MANGKUBUMI BIMA IX Ruma Bicara ♂ Mangge Maci (Asem Manis) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MANGKUBUMI BIMA XIII Ruma Bicara ♂ Muhammad Yakub (anumerta: Ruma Ma Kapenta Wadu) | Bumi Partiga ♀ Siti Khadijah al Kubra (anak Datu Siti Aisyah) | SULTAN BIMA X m. 1818-1854 ♂ Sultan Ismail Muhammad Syah Zillullah fi al-'Alam Rumata Mawa’a Alus Mantau Dana Sigi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Lala Rante Patolah | SULTAN SUMBAWA XV m. 1837-1883 ♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Muhammad Amaroe'llah | Bumi Jara Mbojo ♂ Muhammad Khidir La Bangkalan | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Datu Taliwang ♂ Daeng Mesir | DATU MARAJA MUDA SUMBAWA ♂ Datu Raja Muda Daeng Maskuncir Maskuncir Datu Lolo Daeng Manassa
♀ Datu Balasari | ♂ Daeng Padusung | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ ....... | SULTAN SUMBAWA XVI m. 1882-1931 Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III Nama lengkap Sultan: Mas Madina Daeng Raja Dewa Nama panggilan: Dewa Marhum
Gelar: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Nama panggilan: Datu Ritimu binti Daeng Padusung bin Sultan Amrullah Sultan Sumbawa XIV m. 1837-1883 | ♀ Gelar: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Nama panggilan: Datu Ritimu binti Daeng Padusung bin Sultan Amrullah Sultan Sumbawa XIV m. 1837-1883 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
DATU MARAJA MUDA SUMBAWA ♂ Datu Raja Muda Daeng Rilangi | SULTAN SUMBAWA XVII m. 1931-1975) Gelar abhiseka: ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III Nama lengkap Sultan: Kaharuddin Daeng Raja Dewa Nama panggilan: Daeng Manurung
| ♀ ....... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Nindo Siti Rahayu Daeng Risompa | SULTAN SUMBAWA XVIII m. 2011-sekarang
Gelar Permaisuri: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Andi Bau Tenri Djadjah Nama panggilan: Datu Tenri (b. 23 Oktober 1946) binti Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[14] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum | ♀ Daeng Sarrojini Naidu
♂ Sentot Agus Priyanto | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto | ♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto | ♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lihat pula
Rujukan
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ Mantja, Lalu (1984). Sumbawa pada masa dulu: suatu tinjauan sejarah. Indonesia: Rinta. hlm. 154.
- ^ Sejarah daerah Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. hlm. 146.
- ^ https://docs.google.com/document/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/edit
- ^ https://drive.google.com/file/d/1UNfFvEMRH85RkynYkZdeaNotA6TssRse/view?pli=1
- ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ Ben Cahoon. "Indonesian Traditional States II". WORLD STATESMEN.org. Diakses tanggal 3 Juni 2019.
- ^ "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia (dalam bahasa Inggris). hlm. 57. Diakses tanggal 2019-01-05.
- ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06.
- ^ Wacana, Lalu (1 Januari 1991). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 50.
- ^ Chambert-Loir, Henri (Juli 2004). Henri Chambert-Loir, ed. Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah (edisi ke-2). Jl. Palmerah Selatan No. 21, Jakarta 10270, Indonesia: (KPG) Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 121. ISBN 9799100119. ISBN 978-979-9100-11-5
- ^ Susanto Zuhdi, Triana Wulandari (1 Januari 1997). Tawalinuddin Haris, ed. Kerajaan Tradisional di Indonesia : BIMA. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 55.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Lahirnya Kesultanan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
Pranala luar
- http://id.rodovid.org/wk/Orang:305086 Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II (Gusti Mesir Abdurrahman)
- http://laporancuaca.blogspot.co.id/2015/09/bangsa-dari-awan.html
- http://aryheritage.blogspot.co.id/2016/11/makam-makam-tua-di-pulausumbawa-nusa.html