Pendawa, Lebaksiu, Tegal
Pendawa merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Pendawa pernah menjadi salah satu desa otonomi yang berada di Tegal Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, dari 4 (empat) Desa otonomi Tegal.Pada masa itu Hindia Belanda dibentuk sebagai hasil dari nasionalisasi koloni-koloni Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
|peta= |nama=Pendawa |provinsi=Jawa Tengah |dati2=Kabupaten |nama dati2=Tegal |kecamatan=Lebaksiu |kode pos =52461 |luas= |penduduk= |kepadatan= }}
Berikut ini adalah Informasi Arsip Desa Otonomi Tegal Pada Masa Hindia Belanda Tahun 1927.Dari REGENT TEGAL.
Penyelidikan otonomi dilakukan dengan berkonsultasi dengan pemerintah daerah Pejabat administrasi diadakan di empat desa berikut yang berbeda jenis, yang bisa dianggap memberi gambaran lebih atau kurang mengembangkan masyarakat desa di kabupaten ini. Pilihan desa untuk itu penelitian otonomi.
I. "Slawikoelon", BAGIAN dari ibu kota kadipaten Slawi,pusat populasi penting dengan pasar regional, dalam waktu dekat,dekat dengan Pabrik Gula Kemanglen dan Doekoehwringin. Desa ini, pada tahun 1917 dengan lingkungan Desa Slawi wetan dan Pakembaran bersatu, memiliki kemerdekaan lamanya sendiri pada tahun 1927 dengan membelahnya pulih. Ini menghitung 3367 jiwa dimemiliki 66 sawahs komunal yang dibangun bagian permanen dan pengguna tetap, perbesar 60 membangun taman dan pekarangan dalam kepemilikan individu secara turun-temurun. Ada sekolah desa, yang juga miliknya ke dua desa tetangga yang disebutkan di atas.
ll. "Tegalsari", desa kota (sebagian nelayan, sebagian desa pertanian) di ibu kota Tegal (dalam kabupaten tersebut teraad), yang terdiri dari bawahan (desas lama), terutama Pangan- djaran, Pasengkongan, Todan, Bong dan Keteraberan. Desa ini berada di ' 1917 dengan desas Pendjalan, Mangoendipoeran, Kratonlor dan Asemtiga disatukan menjadi satu desa kota besar, yaitu Redjosari, tetapi pada tahun 1926 dipulihkan dengan membelah kemerdekaan sebelumnya. Ini memiliki 4.545 jiwa dan memiliki 75 pembangunan sawah komunal dengan saham tetap dan penggunaan permanen ceri selain 51 gedung taman dan pekarangan. Sawah disewa oleh Pabrik Gula Pagongan. Kecuali lembaga kredit desa (loembung dan desa bank) ada sekolah desa lain.
lll. "Kedjambon", sebagian kota desa dalam batas-batas wilayah komune dan sebagian lagi dusun (desa lama) Karangdowo-wètan menyangku t pertanian desa, memiliki nomor 2642 jiwa dan yang dimilikinya dari 39 konstruksi sawah dalam kepemilikan komunal dengan saham tetap sebagai tambahan 44 membangun kebun dan pekarangan. Sawah disewa oleh gula Perusahaan Pagongan. Ada sekolah desa, yang juga merupakan bagian dari lingkungan desa milik. Setelah bersekutu dengan Desas Karang pada tahun 1917 dawawetan, Slerok Langon dan Kemeduran ke kota besar desa Ka- moeljan,Kedjabmon mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1926, dengan tambahan Karangdawawètan.
IV. "Pendawa", sebuah desa pertanian di kabupaten Slawi dekat sarang jalan bagus dari Tegal kPa Banjoemas, sebanyak 2.395 jiwa, dan memil iki 128 jiwa sawahs konstruksi milik bersama dengan bagian tetap dan 63 kebun konstruksibdan mewarisi. Desa ini terdiri dari dusun (desas tua) Pendawa' dan Saimbang. Dia menjalankan pasar dan memiliki sekolah desa, bunga desa bung dan desabank.Dalam penyelidikan itu juga ada anggota dewan dan beberapa anggota Rukun Tetangga hadir,sehingga informasi yang didapat bisa diverifikasi dan ditambah.
Sejarah
Riwayat Asal-Usul Pemimpin Pendawa
Pada era sebelumnya,Dalam salah satu arsip laporan Pabrik Gula Dukuhwringin tahun 1857 disebutkan bahwa Pendawa mempunyai Bekel Bernama Wangsa prana/Wangsa Truna,arsip tersebut menjelaskan tentang laporan perkebunan tebu untuk SF. Doekoehwringin). (Delpher)
Dalam Catatan Urutan Kepala desa dan sejarah Desa Pendawa, Wangsa prana/Wangsa Truna Adalah seorang Bekel yang mempimpin Desa Pendawa,Beliau adalah Putra Dari Salah satu Pasukan Mataram Raden Wirasari.
Berikut adalah Nama Pemimpin Pendawa dari masa ke masa.
Sumber Referensi
Didalam catatan The Kartasura Dynasty GENEALO,menyebutkan Wangsa prana/Wangsa Truna adalah Ayah dari Raden Ayu Gedhong,Istri Kelima dari Sampeyan Dalam Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhanan Prabhu Sri Paku Buwana II,Sampeyan Dalam Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhanan Prabhu Sri Paku Buwana II Senapati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid Ud-Din Panatam.
1726-1742 and 1743-1749 H.H. Sampeyan Dalam ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhanan Prabhu Sri Paku Buwana II Senapati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid ud-din Panatagama [Sunan Ngalavijana], Susuhanan of Mataram. b. at Kraton Kartasura, 8th December 1711, as Radin Mas Gusti Prabhu Suyasa, educ. privately. Appointed as Heir Apparent with the title of Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anum Amangku Negara Sudivya Rajaputra Narendra Mataram. Succeeded on the death of his father, 20th April 1726. Installed 2nd June 1726. Fled to Panaraga 30th June 1742. Restored with Dutch help after the taking of the Kraton of Kartasura, 24th December 1742. Moved his capital to Surakarta, 9th February 1746. Ceded his kingdom to the VOC, 11th December 1749. m. (first) at Kartasura, 10th June 1726, Radin Ayu Sukiya/Subiya/Kanjeng Ratu Mas/Kanjeng Ratu Kinchana (b. 1712; d. at Kartasura, 14th April 1738, bur. Imagiri), daughter of his uncle, Radin Mas Gusti Sasangka/Pangeran Adipati Purbaya/Gusti Panembaha Purbaya. m. (second) August 1726, Ratu Mas Virasmara (k. for infidelity, 15th January 1728), former wife of his father, H.H. Susuhanan Prabhu Amangku Rat IV, a lady of peranakan stock from Semarang. m. (third) a daughter of his uncle, Radin Mas Papak/Radin Natavira/Radin Dipataruna/Pangeran Arya Adipati Dipa Negara/Panembahan Eru Chakra Senapati Panatagama. m. (fourth) February 1732 (div. 1736) Radin Ayu Tambelek (m. second, 15th October 1736, Pangeran Arya Bumi Nata, who d. 1739, and m. third, November 1739, Pangeran Arya Tepasana), daughter of his uncle, Radin Mas Sudhama/Pangeran Arya Blitar. m. (fifth) Radin Ayu Gedhong, daughter of Wangsa Prana/Wangsa Truna.
No | Kepala Desa | Masa Jabatan | Keterangan | |
---|---|---|---|---|
1 | Raden Wirasari | 1676 - 1721 | prajurit Kesultanan mataram. | |
2 | Raden Wangsa Prana/Wangsa Truna. | 1731 - 1859 | Bekel | |
3 | Sujrat/Ranyu | 1859 - 1950 | Bekel | |
4 | Bajuri | 1950 - 1956 | Bekel. | |
5 | Saryat | 1956 - 1962 | Bekel | |
6 | Siryad | 1963 - 1974 | Bekel | |
7 | Suwardjo | 1975 - 1989 | Lurah. | |
8 | Sartono | 1999 - 2007 | Lurah. | |
9 | Suwarmo | 1956 - 1962 | Lurah | |
10 | Sartono | 2097 - 2011 | Lurah | |
11 | Darto | 12012 - 2018 | Lurah | |
12 | Suwito | 2019 - 2025 | Lurah | |
Artikel bertopik kelurahan atau desa di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |