Perempoean Bergerak
Perempoean Bergerak merupakan koran yang terbit pertama pada 15 Mei 1919 di Deli, Sumatera Timur. Koran yang dicetak penerbit Setia Bangsa ini ditujukan untuk penyokong pergerakan kaum perempuan di Hindia Belanda pada zaman itu. Awal debutnya, koran ini terbit sekali sebulan, lalu menjadi sebulan dua kali.[1]
Meski kental dengan nuansa feminisme, Perempoean Bergerak tak hanya dimotori oleh sebarisan srikandi, tetapi juga para lelaki. Di sana ada Parada Harahap yang menjadi pemimpin redaksi. Sebelumnya Parada Harahap duduk sebagai redaktur di Crani dan Benih Merdeka. Ada juga Abdul Rachman sebagai administrateur.[1]
Dalam kata pembuka edisi proefnummer (nomor percobaan), Perempoean Bergerak sudah tandaskan bahwa surat kabar ini bagi perempuan dan juga lelaki. Karena menurut mereka kemajuan yang akan dicapai tanah air Hindia hanya bisa diusahakan dengan kerja sama dan saling pengertian antargender.[1]
Wartawan perempuan yang tercantum di boks redaksi adalah Boetet Satidjah yang tinggal di Medan duduk sebagai redactrice (redaktur wanita). Ada Anong S. Hamidah (Medan), Ch. Baridjah (Indra Boengsoe, Pangkalan Brandan), dan Siti Sahara (Onderwijszeres Matang Gloempang Doea). Ketiganya duduk sebagai medewerksters (staf redaksi). Directrice Perempoean Bergerak dipegang oleh T. A Safariah.[1]
Selain mengangkat isu-isu emansipasi wanita, rubrik-rubrik yang ditampilkan Perempoean Bergerak juga beragam, yakni ada rumah tangga, sopan santun, kehidupan suami istri, merawat anak-anak, pergaulan sehari-hari, memasak, dan hal-hal lain.[1]
Intinya Perempoean Bergerak mewartakan hal apa saja yang berguna bagi perempuan yang memiliki keinginan untuk mencapai kemajuan bangsa.[1]
Sejak edisi Juni 1919 Perempoean Bergerak didukung Europesche Vrouwen en Juffvroum (Forum Istri-istri dan Wanita lajang Eropa) untuk memberitakan tentang kabar dan arus pergerakan feminisme di Eropa.[1]
Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan: 1907-2007, ini menjadi catatan penting bagaimana kawat pergerakan perempuan semasa menjalar begitu dinamis. Setidaknya apa yang terjadi di Eropa bisa menjadi bahan cambukan sekaligus refleksi bahwa perempuan bisa maju bersama dan derajatnya sama dalam menjalani aktivitas hidup.[1]
Namun, Perempoean Bergerak mengambil jalan lebih halus dalam memperjuangkan kesamaan hak itu. Sebab mereka yakin bahwa kemajuan kaum wanita bisa dicapai melalui dukungan kaum pria.[1]