Surau Bulian

masjid di Indonesia
Revisi sejak 9 Oktober 2021 16.50 oleh Rahmatdenas (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Surau Bulian''' terletak di Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Surau ini merupakan bekas stasiun radio Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang menjadi penghubung Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan dunia internasional. Stasiun radio ini merupakan satu-satunya alat perhubungan radio yang secara terus-...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Surau Bulian terletak di Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Surau ini merupakan bekas stasiun radio Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang menjadi penghubung Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan dunia internasional. Stasiun radio ini merupakan satu-satunya alat perhubungan radio yang secara terus-menerus mengikuti rombongan PDRI yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara selama perjalanan gerilya di Sumatera Barat.[1]

Sejarah

Dari 7 Januari 1949 sampai 25 April 1949, Nagari Bidar Alam menjadi basis kedudukan PDRI. Di sini, Ketua PDRI Syafruddin Prawiranegara menjalankan roda pemerintahannya. Bersamanya, ikut rombongan yang membawa stasiun radio dari Bukittinggi untuk ditempatkan dan dioperasikan di Surau Bulian. Alat pemancar yang dipergunakan adalah tipe MK III19 Set Helicraft Wireless berukuran 30 x 60 cm dan tingginya 20 cm. Tenaga penggerak listriknya diperoleh dari dua buah baterai accu masing-masing berkekuatan 12 volt yang dapat diisi dengan sebuah handy generator. Stasiun radio tersebut selalu mejadi tumpuan dan harapan bagi kelangsungan PDRI.

Sewaktu menjadi stasiun radio, Surau Bulian ditempati oleh kira-kira 15 orang petugas sender radio. Dekat surau ini tumbuh sebatang beringin yang cukup tinggi dan rindang yang dimanfaatkan oleh petugas sender radio untuk menggantungkan kabel-kabel .Para kru pemancar radio di Surau Bulian adalah Dick Tamimi, Kusnadi, R. Oedoyo. Mengingat frekuensi pemberitaan di Bidar Alam sebagai pusat pemerintahan PDRI sangat dibutuhkan tenaga-tenaga yang ahli khususnya di bidang sandi, maka KSAU Opsir Udara I H. Soejono dan OU. II Iskandar menunjuk dua orang tenaga tambahan dari Pangkalan Udara Jambi yaitu OMU. Umar Said Noor (perwira sandi)[2] dan Zainal Abidin (telegrafis).  Mereka tiba di Bidar Alam awal bulan Maret 1949 dengan membawa satu dirigen pelumas/oli untuk generator PHB.[3]

Signifikansi

Untuk menjaga rahasia, maka stasiun radio ini lebih sering beroperasi pada malam hari, yang dimulai pada pukul 21.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB pagi. Berkat perjuangan mereka inilah komunikasi dengan Panglima Besar Soedirman, Kolonel A.H Nasution dan Kolonel T.B. Simatupang di Jawa dapat terselenggara, sehingga perkembangan situasi perjuangan yang ada di pulau Jawa dapat diketahui dengan cepat dan melalui pemancar radio ini Mr. Sjafruddin Prawiranegara selaku ketua PDRI mengeluarkan pengumuman penting antara lain yaitu pengiriman ucapan selamat dari Mr. Sjafruddin Prawiranegara kepada Jawaharal Nehru atas pelantikannya menjadi Perdana Menteri India dan juga kepada perwakilan RI lainnya di luar negeri.

Rujukan