Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger
Tentara Kerajaan Hindia Belanda (bahasa Belanda: het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, disingkat KNIL) adalah angkatan perang kolonial Hindia Belanda. KNIL memiliki unit angkatan udaranya sendiri yang bernama Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger dan beberapa elemen Angkatan Laut Kerajaan Belanda juga ditempatkan di Hindia Belanda.
Tentara Kerajaan Hindia Belanda | |
---|---|
Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger | |
Didirikan | 28 Agustus 1814 |
Formasi terkini | 4 Desember 1830 |
Dibubarkan | 26 Juli 1950 (cadangan dibubarkan pada tahun 1951) |
Markas besar | Bandung, Hindia Belanda |
Kepemimpinan | |
Kepala Pertahanan | Hein ter Poorten Simon Hendrik Spoor |
Artikel terkait | |
Operasi militer | Perang Diponegoro Perang Padri Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem Perang Aceh Kampanye Hindia Belanda |
Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia Belanda, banyak anggotanya yang berasal dari pribumi Hindia Belanda, orang-orang Afrika dari Guinea Belanda (Belanda Hitam), dan orang-orang Indo-Belanda. Di antara mereka yang pernah menjadi anggota KNIL pada saat menjelang kemerdekaan adalah Mangkunegara VII, Sultan Hamid II, Oerip Soemohardjo, Alex Kawilarang, Abdul Haris Nasution, Gatot Soebroto, dan Tahi Bonar Simatupang yang kelak memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan di dalam Tentara Nasional Indonesia.
Sejarah
Sebelum kepemilikan VOC diambil alih oleh Kerajaan Belanda, VOC pernah menyewa Resimen Württemberg di tahun 1790-1808, yang berjumlah sekitar 2.000 tentara.[1] KNIL secara resmi berdiri pada tanggal 28 Agustus 1814,[2] tidak lama setelah kekuasaan Belanda di Hindia Belanda dikembalikan. Pada awalnya, KNIL merupakan bagian dari Tentara Kerajaan Belanda dan dibentuk untuk menumpas pemberontakan di koloni-koloninya.
Pada tanggal 4 Desember 1830, Johannes van den Bosch mengeluarkan keputusan yang dinamakan "Algemeene Orders voor het Nederlandsch-Oost-Indische leger" di mana ditetapkan pembentukan angkatan tentara tersendiri untuk Hindia Belanda, yaitu Oost-Indische Leger (Tentara India Timur). Kemudian, pada tahun 1836, Raja Willem I, memberi predikat "Koninklijk" pada angkatan perang ini.[3] Tentara-tentara KNIL kadang dijuluki secara kolektif "Jan Fuselier" dan istri-istrinya dijuluki "Sarinah".[4]
Namun dalam penggunaan sehari-hari, kata ini tidak pernah digunakan selama sekitar satu abad. Baru pada tahun 1933, Hendrik Colijn, Perdana Menteri Belanda saat itu, diam-diam memberitahu Gubernur Jenderal Hindia Belanda bahwa ia akan menghargai kalau nama angkatan tentaranya diganti dengan Koninklijk Nederlands-Indisch Leger.[5]
Undang-Undang Belanda tidak mengizinkan para wajib militer untuk ditempatkan di wilayah jajahan, sehingga tentara di Hindia Belanda hanya terdiri dari prajurit bayaran atau sewaan. Kebanyakan mereka berasal dari Prancis, Jerman, Belgia dan Swiss. Tidak sedikit dari mereka yang adalah desertir dari pasukan-pasukannya untuk menghindari hukuman. Namun juga tentara Belanda yang melanggar peraturan di Belanda diberikan pilihan, menjalani hukuman penjara atau bertugas di Hindia Belanda. Mereka mendapat gaji bulanan yang besar. Tahun 1870 misalnya, seorang serdadu menerima 300 Gulden atau setara dengan penghasilan seorang buruh selama satu tahun.
Perang Dunia II
Pasukan Belanda di Hindia Belanda sangat dilemahkan oleh kekalahan dan pendudukan Belanda itu sendiri, oleh Jerman Nazi, pada tahun 1940. Bantuan luar dari Belanda terhadap KNIL secara otomatis terputus, kecuali oleh satuan Angkatan Laut Kerajaan Belanda. Pasukan KNIL, yang tergesa-gesa dan tidak memadai, berusaha untuk berubah menjadi kekuatan militer modern yang mampu melindungi Hindia Belanda dari invasi asing. Pada bulan Desember 1941, pasukan Belanda di Indonesia berjumlah sekitar 85.000 personel: pasukan reguler terdiri dari sekitar 1.000 perwira dan 34.000 tentara yang terdaftar, 28.000 orang di antaranya adalah pribumi. Sisanya terdiri dari milisi lokal, satuan penjaga teritorial dan pembantu sipil.
Angkatan Udara Tentara Kerajaan Hindia Belanda (Militaire Luchtvaart van het KNIL, ML-KNIL) berjumlah 389 pesawat dari semua jenis, tetapi sebagian besar dikalahkan oleh pesawat-pesawat Jepang yang lebih superior. Pasukan Udara Angkatan Laut Kerajaan, atau MLD, juga memiliki kekuatan yang cukup signifikan di Hindia Belanda.[6]
Selama kampanye Hindia Belanda yang berlangsung pada tahun 1941 hingga 1942, sebagian besar satuan KNIL dan pasukan Sekutu lainnya dikalahkan dengan cepat.[7][8] Sebagian besar tentara Eropa, yang dalam praktiknya mencakup semua pria Indo-Eropa bertubuh sehat, diasingkan oleh pihak Jepang sebagai tawanan perang. 25% tawanan perang tidak bertahan dalam masa pengasingan mereka.
Sejumlah tentara, yang kebanyakan terdiri dari anggota pribumi, melakukan perang gerilya melawan Jepang. Peristiwa ini biasanya tidak diketahui dan tanpa dibantu oleh Sekutu sampai akhir perang.
Pada awal 1942, beberapa anggota KNIL melarikan diri ke Australia. Beberapa anggota pribumi diasingkan di Australia karena dicurigai bersimpati dengan Jepang. Sisanya memulai proses pengelompokan ulang yang panjang. Pada akhir tahun 1942, sebuah usaha yang gagal untuk mendarat di Timor Leste, untuk memperkuat pasukan komando Australia yang melakukan perang gerilya, berakhir dengan hilangnya 60 personel Belanda. Empat skuadron "Hindia Belanda" (skuadron RAAF-NEI) dibentuk dari personel ML-KNIL, di bawah naungan Angkatan Udara Kerajaan Australia, dengan staf lapangan Australia.
Pasukan infanteri KNIL (mirip dengan rekan-rekan mereka di Britania Raya), diperkuat oleh perekrutan yang dilakukan di antara kaum ekspatriat Belanda di seluruh dunia dan oleh pasukan kolonial dari tempat yang jauh seperti Hindia Barat Belanda. Selama tahun 1944 hingga 1945, beberapa satuan kecil terlibat aksi dalam kampanye Nugini dan kampanye Borneo.
Kekuatan
Ketika Perang Diponegoro meletus, jumlah tentaranya mencapai 6.148 tentara Belanda dan 5.734 tentara pribumi. Perwiranya juga mencapai 369 orang.[1] Dua tahun setelah dipisah dari angkatan perang utamanya, KNIL memiliki 21.486 tentara dan 640 perwira. Jumlah tentaranya hampir naik menjadi 30.000 pada tahun 1882 dan 37.000 pada tahun 1930.[9]
Pada tahun 1940, menjelang perang pasifik dan invasi Jepang, kekuatan KNIL yang dimobilisasi mencapai 40.000 tentara terlatih dan 20.000 cadangan darat serta wajib militer. Di tahun yang sama pula KNIL mencoba memesan 500 pesawat terbang yang terdiri dari pengebom, pengembom tukik, dan pesawat tempur.[10]
Keterlibatan pribumi
Salah satu aspek dari taktik rekrutmen KNIL di koloni-koloni Belanda adalah klasifikasi orang-orang tertentu yang, entah bagaimana, lebih cocok untuk menjadi tentara. Di Hindia Belanda, orang Ambon dan orang Manado, dengan tambahan dari beberapa orang Alifuru dan orang Timor, dianggap cocok untuk menjadi tentara. Bersama-sama, mereka sering disebut dengan Amboinezen. Pemilihan orang Ambon dan Manado ini dilatarbelakangi dari pengetahuan VOC terhadap mereka, sehingga VOC menjadikan mereka sebagai tentara privatnya.[11]
Tahun 1936, jumlah pribumi Hindia Belanda yang bergabung di KNIL mencapai 33.000 tentara, atau sekitar 71% dari keseluruhan tentara KNIL, di antaranya terdapat sekitar 4.000 orang Ambon, 5.000 orang Manado dan 13.000 orang Jawa.
Meskipun KNIL banyak menyerap pribumi Hindia Belanda, Belanda juga merekrut mantan budak Ghana dari Pantai Emas Belanda untuk melengkapi kembali jumlah tentara yang hilang saat Perang Diponegoro. Mereka kemudian dikenal sebagai Belanda Hitam. Terhitung sekitar 3000 orang Ghana yang melayani KNIL antara tahun 1830-1881.[12]
Pribumi yang mencapai pangkat tertinggi di KNIL adalah Abdulkadir Widjojoatmodjo, yang tahun 1947 memimpin delegasi Belanda dalam perundingan di atas kapal USS Renville. Sultan Hamid II dari Pontianak, yang dididik oleh dua perwira Inggris, mencapai pangkat Mayor Jenderal dalam posisi Asisten Politik Ratu Juliana.
Organisasi
Panglima KNIL (Tahun 1941 - 1942) Letnan Jenderal Hein Ter Poorten
Group Militer Bandung dibawah pimpinan Mayor Jenderal JJ. Pesman.
Komando Tinggi Sumatra dipimpin Mayor Jenderal R.T. Overraker.
Komando Teritorial Kalimantan Barat dipimpin oleh Letnan Kolonel D.P.F. Mars
Komando Teritorial Kalimantan Selatan dan Timur dipimpin oleh Letnan Kolonel H.T. Halkema
Komando Lokal Balikpapan dipimpin oleh Letnan Kolonel C. Van den Hoogenband
Komando Lokal Tarakan dipimpin oleh Letnan Kolonel S. De Waal
Komando Lokal Samarinda dipimpin Kapten G.A.C. Monteiro
Komando Teritorial Sulawesi dipimpin oleh Kolonel M. Vooren
Komando Teritorial Timor dipimpin oleh Letnan Kolonel W.E.C. Detiger.
Komando Teritorial Maluku dipimpin oleh Letnan Kolonel J.L.R. Kapitz
Dinas Penerbangan Militer KNIL Surabaya dipimpin oleh Letnan Jenderal Ludolph Hendrik van Oyen.
Pembubaran
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950, KNIL dibubarkan. Berdasarkan keputusan kerajaan tanggal 20 Juli 1950, pada 26 Juli 1950 pukul 00.00, setelah berumur sekitar 120 tahun, KNIL dinyatakan dibubarkan.
Berdasarkan hasil keputusan Konferensi Meja Bundar, mantan tentara KNIL yang jumlahnya diperkirakan sekitar 65.000 anggota 26.000 diantaranya masuk ke "Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat" (APRIS) dan harus diterima dengan pangkat yang sama. Beberapa dari mereka kemudian pada tahun 70-an mencapai pangkat Mayor Jenderal TNI. Sisa tentara KNIL yang mayoritas berasal dari Ambon diperkirakan sekitar sebanyak 39.000 orang, mengambil opsi pensiun atau masuk ke dalam Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda dan bertugas di Papua ataupun Suriname. Beberapa diantara mereka terlibat dalam kontingen Belanda pada Perang Korea (1950 - 1953).
Daftar Komandan
Referensi
- ^ a b Matanasi 2012, hlm. 2,3.
- ^ "Staatsblad 2016 No. 258" (PDF). Overheid.nl. 2 Juni 2016. Diakses tanggal 2020-12-05.
- ^ Matanasi 2012, hlm. 9.
- ^ "KNIL - Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger". Historiek (dalam bahasa Belanda). 2018-07-13. Diakses tanggal 2020-12-04.
- ^ "Stichting Vrienden van Bronbeek". www.vriendenvanbronbeek.nl. Diakses tanggal 2020-12-04.
- ^ "Armed Forces of World War II" Andrew Mollo ISBN 0-85613-296-9
- ^ Klemen, L (1999–2000). "Dutch East Indies 1941–1942". Dutch East Indies Campaign website.
- ^ "Bubarnya Angkatan Perang Hindia Belanda: KNIL". tirto.id. Diakses tanggal 2020-12-04.
- ^ "KNIL - Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger". Historiek (dalam bahasa Belanda). 2018-07-13. Diakses tanggal 2020-12-04.
- ^ "Het Koninklijk Nederlands Oost-Indisch Leger KNIL: Some remarks about inception, organization and feats of arms of the Royal Dutch East-Indian Army" (PDF). indonesia-dutchcolonialheritage.nl. 2008. Diakses tanggal 2020-12-05.
- ^ Meijerman 2019, hlm. 20.
- ^ Meijerman 2019, hlm. 23.
Daftar pustaka
- Bosma, Ulbe (2011). "Emigration: Colonial circuits between Europe and Asia in the 19th and early 20th century". Institute of European Histor.
- Matanasi, Petrik (2012). Pribumi Jadi Letnan KNIL. Yogyakarta: Trompet Books. ISBN 9786029913101.
- Meijerman, A. J. K. (2019). Controlling the colony. Wageningen: Wageningen University.