Taktik perang
Taktik perang adalah cabang ilmu militer berurusan dengan manuver rinci untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh strategi. Taktik juga merupakan rencana untuk mencapai tujuan tertentu.[1] Taktik perang adalah penggunaan kekuatan bersenjata untuk menjalankan pertempuran. Taktik perang sebagai ilmu dan seni tentang pelaksanaan manuver pasukan dan penggunaan alat senjata untuk memenangkan pertempuran.[2]
Strategi medan tempur, terkenal dengan istilah taktik. Merumuskan dan melaksanakan taktik adalah sangat penting dalam sebuah pertempuran karena sebuah negara pun masih bisa kalah dalam medan pertempuran meskipun strategi perang yang sudah terkoordinasi baik, strategi militer yang tepat, dan strategi operasi yang terancang baik.
Konsep
Sebelum abad ke-19, banyak taktik yang terbatas pada medan perang, seperti bagaimana manuver terbaik selama pertempuran di medan terbuka. Dalam pemikiran militer saat ini, taktik adalah tingkat terendah perencanaan, melibatkan unit-unit kecil mulai dari beberapa puluh hingga beberapa ratus orang.
Unit tersebut disusun dalam formasi, terdiri dari tiga tingkat perencanaan yaitu
- Strategi, yang berkenaan dengan keseluruhan sarana dan rencana untuk mencapai kemenangan perang
- Operasi perang untuk mengubah strategi menjadi taktik.
- Taktik, yang berkenaan dengan kemenangan pertempuran.
Ketiganya mempunyai hubungan timbal balik.
Ada taktik khusus untuk berbagai situasi, mulai dari mengamankan ruangan atau bangunan, untuk operasi skala besar seperti membangun superioritas udara di atas suatu wilayah. Taktik militer bekerja pada semua tingkat komando, dari individu dan kelompok, sampai seluruh angkatan bersenjata.
Jenis Taktik
Serangan dan pertahanan merupakan dua kegiatan utama dalam perang.
Serangan
Serangan adalah sebuah operasi militer yang berusaha melalui agresif angkatan bersenjata untuk menduduki wilayah, memperoleh atau mencapai tujuan strategis yang lebih besar, operasional atau tujuan taktis. Istilah lain untuk sebuah serangan yang sering dipakai oleh media adalah invasi. Pada dasarnya serangan dilakukan dengan kekuatan fisik. Serangan dapat dilakukan dengan kekuatan lain seperti kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, kekuatan politik dan kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Serangan itu dianggap sebagai sarana unggulan untuk menghasilkan kemenangan dan dapat dilancarkan di darat, di laut atau di udara.
Kekuatan Darat
Serangan angkatan darat, sebagai kekuatan darat, seperti kavaleri(pasukan berkuda) Mongol yang bergerak dari markasnya di Asia Tengah dan berhasil merebut dan menguasai banyak bagian di Eropa dan Asia. Begitu pula dengan Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 memiliki kemampuan untuk menyusun kekuatan darat yang menguasai hampir seluruh Eropa dan kandas ketika menyerang Rusia. Pengembangan serangan Napoleon pada tingkat strategi bahwa operasi serangan dapat dilakukan dengan operasi garis dalam yaitu mengkonsentrasikan serangan terhadap bagian lemah dari musuh sambil memberikan perlawanan seperlunya terhadap kekuatan utama serangan musuh. Kecepatan gerak dan daya pukul yang tinggi merupakan kunci sukses operasi garis dalam. Cara berperang Napoleon seperti ini yang menjadi bahan dan dasar bagi penyusun teori ilmu perang.[3] Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
- Serangan Frontal, pasukan penyerang menyerang dari depan dan berusaha menghancurkan dengan kekuatan bagaikan ombak. Serangan ini seperti serangan pasukan Korea Utara terhadap Korea Selatan pada tahun 1950;
- Serangan Satu lambung, musuh ditahan dari depan dengan kekuatan minimal, sdangkan kekuatan utama digerakkan menyerang satu lambung musuh dan menghancurkannya. Serangan Letjen Erwin Rommel ketika merebut kota Tobruk di Afrika bagian utara pada tahun 1941 menggunakan serangan ini;
- Serangan Dua Lambung, dilakukan serupa dengan serangan satu lambung tetapi kekuatan utama dibagi dua untuk menyerang lambung kanan dan lambung kiri;
- Serangan melingkar, dilakukan dengan menggerakkan kekuatan utama pasukan penyerang ke belakang pertahanan musuh dan menyerang serta menghancurkannya dari belakang. Serangan Jerman terhadap Prancis pada perang dunia I;
- Serangan Penetrasi, dilakukan dengan menggerakkan kekuatan utama untuk menembus garis pertahanan musuh dengan cepat. Yang pertama menggunakan serangan ini adalah Jerman pada perang dunia II;
- Serangan Perembesan, dilakukan dengan menerobos melalui lubang-lubang pertahanan musuh dalam kelompok-kelompok relatif kecil yang kemudian bergabung di tempat yang telah ditentukan. Pasukan China menggunakan serangan ini untuk menghadapi pasukan Amerika Serikat dalam perang Korea;
- Serangan Lintas Udara, dilakukan dengan menerjunkan pasukan di daerah belakang atau lambung pertahanan musuh. Serangan ini telah dilakukan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya dalam perang dunia II dan dinamakan Operation Market Garden pada tahun 1944;
- Serangan Pendaratan Amphibi, dilakukan dengan mendaratkan pasukan di pantai wilayah musuh seperti pendaratan amfibi Sekutu Barat di Pantai Normandi Prancis Barat yag dinamakan Overlord Operation pada tahun 1944 dibawah pimpinan Jenderal Dwight Eisenhower; dan
- Serangan Dalam, merupakan serangan gabungan. Konsep serangan ini lahir untuk menghadapi kemungkinan serangan Uni Soviet di Eropa Barat. Serangan AS ke Irak pada tahun 2003 merupakan contoh pertama dalam sejarah yang mempraktikkan konsep serangan dalam.
Kekuatan Laut
Serangan angkatan laut, sebagai kekuatan maritim, seperti Jepang menyerang Pearl Harbor, dapat memiliki implikasi luas bagi strategi nasional, dan memerlukan komitmen logistik yang signifikan untuk menghancurkan musuh kemampuan angkatan laut. Juga dapat digunakan untuk melarang pengiriman musuh, seperti Pertempuran Atlantik kedua (1939-1945). Serangan angkatan laut juga dapat taktis di alam seperti Operasi Coronado IX yang dilakukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat Mobile Riverine Force selama Perang Vietnam. Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
- Penguasaan Laut, dilakukan dengan membangun armada yang besar dan kuat karena setiap negara berusaha menguasai lautan, seperti Pertempuran Ain Jalut;
- Interdiksi, merupakan gerakan untuk mengganggu keleluasaan musuh dalam penggunaan lautan. Pada perang dunia I, kapal jelajah Jerman, Emden membuat lalu lintas di Samudra Hindia tidak aman bagi Inggris; dan
- Blokade, dilakukan dengan menggunakan kapal perang yang berjaga di depan pelabuhan atau dipasang daerah ranjau yang menimbulkan kekhawatiran kapal angkut musuh yang mau masuk atau keluar pelabuhan. Sebelum menyerang Irak, AS melakukan blokade terhadap Irak agar tidak dapat mengekspor minyaknya dan tidak dapat mengimpor bahan keperluannya.
Kekuatan Udara
Serangan udara, sebagai kekuatan udara, merupakan sebuah operasi yang menggambarkan sejumlah jenis operasi, biasanya terbatas pada jenis pesawat. Penyerangan dilakukan dengan menggunakan pesawat tempur, sebagian besar, berkaitan dengan membangun superioritas udara dalam suatu ruang udara, atau atas suatu wilayah tertentu. Sebuah serangan bom dikenal sebagai serangan strategis pengeboman, dan digunakan oleh Sekutu selama Perang Dunia II dalam skala besar. Penggunaan pesawat serangan darat untuk mendukung serangan tanah dapat dikatakan serangan udara, seperti yang dilakukan pada tahap pembukaan Tentara Merah Operasi Kutuzov dan Rumyantsev ketika ratusan pesawat digunakan secara massal untuk mengalahkan pasukan darat Wehrmacht.
Saat perang dunia II, taktik awal Amerika Serikat untuk pengeboman Jerman pada siang hari dengan menggunakan pesawat-pesawat pembom tanpa pengawalan. Namun, sesuatu tidak diharapkan saat itu, bahwa banyak pesawat AS yang hilang karena dihadang pesawat penyergap Jerman, terutama pada operasi udara Scheinfurt tahun 1943, memaksa para penerbang AS menunda operasi sampai mereka mampu memproduksi dan mengatur dengan baik pengerahan pesawat-pesawat pengawal jarak jauh. AS beruntung karena masih memiliki waktu dan sarana untuk memperbaiki taktik ini dan mengevaluasi kembali strategi yang menyebabkan kesalahan tersebut.
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
- Penguasaan Udara, dilakukan dengan membangun kekuatan udara seampuh mungkin. Kekuatan udara menyerang semua pangkalan kekuatan udara musuh, pusat komando, fasilitas logistik, sebanyak mungkin dihancurkan;
- Interdiksi; dan
- Serangan bantuan Dekat, dilakukan untuk mendukung operasi darat dan laut, seperti pada Pertempuran Midway.
Pertahanan
Pertahanan merupakan kondisi yang temporal untuk melawan usaha penyerang dengan menghentikan momentum serangannya. Pertahanan memiliki beberapa kegunaan dalam bidang aplikasi militer. Ketika diterapkan pada unit militer, pertahanan menyiratkan penggunaan taktik bertahan. Pada perencanaan operasi militer, strategi pertahanan adalah kebijakan mencegah serangan, atau meminimalkan kerusakan serangan, oleh kekuatan-kekuatan strategis.
Pertahanan merupakan kondisi untuk menyiapkan diri agar dapat melakukan serangan terhadap penyerang. Untuk memperkuat posisi pertahanan, pertahanan disusun untuk menguasai medan yang dapat mempersulit penyerang seperti di lereng, di bukit dan di belakang sungai atau dibentuk perbentengan. Untuk mencegah keberhasilan penyerang melakukan serangan lambung atau melingkar, maka pertahanan disusun mendalam yaitu kekuatan pertahanan tidak ditempatkan di garis depan saja. Ketika belum ada senjata api, posisi pasukan panah ditempatkan di belakang pasukan infanteri (pejalan kaki) untuk menembaki pasukan penyerang yang mendekat. Jika penyerang berhasil maju terus maka pasukan infanteri bangkit menyerbu pasukan penyerang untuk saling berkelahi dan membunuh. Jika penyerang menggerakkan pasukan kavaleri (pasukan berkuda) untuk menyerang lambung maka pihak pertahanan menyambut serangan tersebut dengan menggerakkan pasukan kavaleri (pasukan berkuda). Setelah ada senjata api, pasukan artileri menempatkan meriamnya di belakang posisi pertahanan pasukan infanteri yang berada di garis depan. Kondisi seperti ditentukan oleh kemampuan Panglima Perang, sebagai seniman perang, untuk menggerakkan pasukan dengan jumlah dan waktu yang tepat, seperti Napoleon.
Kekuatan Darat
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
- Pertahanan Linier, dilakukan untuk memanfaatkan kondisi medan, seperti sungai yang dalam dan cukup lebar yang melintasi wilayah yang akan dimasuki penyerang. Pertahanan linier dapat berupa pertahanan depan sebagaimana rencana NATO dalam menghadapi serangan Uni Soviet dalam Perang Dingin;
- Pertahanan Elastis, kebalikan ekstrem dari pertahanan linier karena tidak dipersiapkan garis pertahanan. Bentuk ini memerlukan kondisi geografis yang sesuai. Negara Rusia dan China dapat melakukan bentuk pertahanan seperti ini;
- Pertahanan Berlapis, dilakukan untuk mencegah serangan penetrasi. Pertahanan berlapis dibuat secara bersusun garis pertahanan. Pertama kali dikembangkan oleh tentara Uni Soviet ketika terjadi serangan Jerman pada tahun 1941;
- Pertahanan Mobil, merupakan versi lain dari pertahanan berlapis karena pertahanan ini tidak disusun berdasarkan garis-garis pertahanan, melainkan berupa "pulau-pulau perlawanan" yang menghadapi poros gerak maju musuh; dan
- Pertahanan Wilayah, dilakukan dengan memanfaatkan kondisi wilayah. Taktik gerilya memiliki peran penting dalam pertahanan ini.
Kekuatan Laut
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
- Penguasaan Laut, baik pihak penyerang atau pihak pertahanan berusaha menguasai lautan; dan
- Pertahanan Selat, dilakukan dengan mengarahkan pergerakan armada penyerang untuk memasuki atau melintasi selat agar mudah dihancurkan, seperti Pertempuran Selat Denmark.
Kekuatan Udara
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
- Pertahanan Udara, baik pihak penyerang maupu pihak pertahanan berkepentingan merebut penguasaan udara; dan
- Pembangunan Perlindungan, dilakukan untuk membatasi akibat negatif serangan udara, terutama untuk fasilitas yang bersifat strategis, seperti yang dilakukan oleh Swedia dengan membangun kompleks di bawah tanah di kota Stockholm. Pertahan ini telah terbukti di Inggris ketika diserang Jerman pada tahun 1940, demikian pula di Jerman dan Jepang yang mengalami pengeboman AS pada tahun 1943 sampai akhir perang dunia II, juga di Vietnam pada tahun 1960.
Pertahanan ke Serangan Balasan
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa cara:
Pertahanan harus diakhiri Serangan Balasan
Pertahanan tidak hanya bertujuan menahan penyerang, melainkan juga untuk memenangkan perang atau pertempuran. Setiap pertahanan harus mampu melakukan serangan balasan. Pertahanan mengalahkan serangan kalau dapat melakukan serangan balasan terhadap penyerang dan mengalahkannya . Hanya dengan demikian sumber ancaman baik ancaman militer maupun ancaman nonmiliter dapat ditiadakan. Bila pertahanan tak mampu melakukan serangan balasan maka terjadi perang statis, tidak ada yang menang dan yang kalah seperti perang di Eropa Barat menjadi perang parit (perang Jerman - Prancis) dalam perang dunia I. Perang ini berakhir setelah Inggris membantu Prancis dengan menggunakan tank untuk menembus pertahanan musuh.
Kehebatan dominasi serangan tentara Jerman melalui tim tank-infanteri-zeni ditambah bantuan udara (blitzkrieg) dapat diatasi secara memuaskan oleh pertahanan Uni Soviet melalui serangan balasan, meskipun setelah Uni Soviet mengalami banyak kegagalan dan kekalahan sebelumnya. Kemenangan tersebut akibat dari inovasi taktik Uni Soviet yaitu menggunakan lapangan ranjau untuk mengurangi kebebasan gerak tank; memperbanyak senjata antitank pada pasukan infanteri; pasukan arteleri menembaki daerah belakang dan garis komunikasi penyerang untuk mempersulit pelaksanaan logistik yang diperlukan gerak maju tank.; dan menyiapkan pasukan tank untuk menghancurkan pasukan tank penyerang yang tertahan gerak majunya. Sejak inovasi taktik Uni Soviet, Serangan tidak unggul lagi atas pertahanan.
Menggagalkan usaha Konsolidasi Penyerang
Jika serangan balasan tidak menyelesaikan konflik dengan kemenangan di pihak pertahanan, maka harus menggagalkan usaha penyerang mengadakan konsolidasi. Penggagalan konsolidasi dilakukan dengan gangguan militer, berupa pertahanan wilayah, dan melakukan usaha diplomasi dan memobilisasi dukungan negara-negara lain yang membantu kepentingan pihak pertahanan. Serangan Jerman terhadap Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa mulai tanggal 22 Juni 1941 merupakan contoh perang darat dan keberhasilan pihak pertahanan mengalahkan penyerang dengan melakukan serangan balasan.
Lihat pula
Referensi
- ^ Definisi Taktik
- ^ Google buku: Si Vi Pacem Para Bellum
- ^ Letjen TNI (purn) Sayidiman Suryohadiprojo: Pengantar Ilmu Perang, Pustaka Intermasa, 2008, ISBN 978-979-3791-33-3