Banda Bakali adalah istilah dalam bahasa Minang untuk menyebut sungai buatan atau kanal yang terdapat di Kota Padang, Sumatra Barat, Indonesia. Kanal banjir ini membagi aliran Batang Arau ke arah utara sepanjang 6,8 km dan lebar 20 m yang bermuara di dekat Pantai Purus. Banda Bakali dibangun untuk mengatasi banjir di Kota Padang sekaligus menopang sistem drainase tata ruang kota (muara sungai-sungai kecil, pengeringan rawa-rawa, saluran pembuangan), untuk selanjutnya dialirkan terus ke Samudra Hindia).[1]

Jembatan kereta api melintas di atas Banda Kali

Sejarah

Banda Bakali dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda dari tahun 1911 sampai 1918 sebagai sarana pengendalian banjir yang sering dihadapi Kota Padang.[2] Upacara awal penggalian kanal dilakukan di Lubuk Begalung pada 29 Oktober 1911.[3] Sebelum pembangunan, banjir besar telah terjadi pada 28 dan 29 September 1907. Sementara itu, banjir juga terjadi selama proses pembangunan, seperti pada tahun 1914 dan 1915.[4] Sejarawan Rusli Amran mencatat, banjir di Padang pada zaman Hindia Belanda jauh berkurang sejak kanal ini selesai dibangun.

Dari sudut pemerintah kolonial Belanda, pembangunan kanal bukan hanya sebagai langkah untuk mengatasi banjir di Kota Padang, tetapi juga untuk pemisah antara orang-orang Eropa dengan penduduk pribumi. Selain itu, keberadaan kanal dapat dipandang sebagai barier, semacam garis pertahanan kota.[4]

Normalisasi

Dari tahun 1991 sampai 1996, Dinas Pekerjaan Umum Sumatra Barat[5] melakukan normalisasi Banda Bakali sepanjang 6,8 km dengan total biaya Rp88 miliar. Kapasitas kanal ditingkatkan dari 240 m³ per detik menjadi 500 m³ per detik untuk periode ulang 25 tahun.[1]

Kondisi saat ini

Dalam perkembangannya, terjadi pendangkalan kanal atau saluran akibat adanya pengendapan sedimen di sepanjang saluran dan di muara yang menyebabkan kelancaran aliran, terutama saat terjadi banjir, terganggu.

Referensi

  1. ^ a b "Ketika Banjir Padang Makin Berkurang". Harian Semangat. 24 Agustus 1995. 
  2. ^ Fachrul Rasyid (2008). Dari Pagaruyung sampai Semenanjung: refleksi sejarah Minangkabau. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat, Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya, UPTD Museum "Aditiyawarman". 
  3. ^ Rusli Amran (1988). Padang Riwayatmu Dulu. Yasaguna. 
  4. ^ a b "Banjir Besar dan Pembangunan Kanal di Padang 1911". Padangkita.com. 2017-10-12. Diakses tanggal 2021-10-14. 
  5. ^ Profil 200 tokoh aktivis & pemuka masyarakat Minang. Permo Promotion. 1995. ISBN 978-979-8931-00-0.