Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A. (lahir 27 April 1976) merupakan seorang peneliti di bidang ilmu sosial, budaya dan kajian agama. Dia terkenal karena melakukan pembelaan terhadap kaum minoritas dan melakukan studi tentang Ahmadiyah yang ada di Indonesia.[1] Saat ini dia menjabat sebagai Profesor riset di Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dia memenangkan penghargaan Internasional seperti Professor Charles Wendell Memorial Award dan dianugerahkan sebagai Ikon Berprestasi Pancasila pada tahun 2020.

Kehidupan pribadi dan Pendidikan

Burhani lahir di Blitar pada tanggal 27 April 1976 sebagai anak kedua dari pasangan Umar Hasan dan Muthmainnah Yusuf. Pendidikan awalnya dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim II Gandekan Wonodadi Blitar dan lulus pada tahun 1988 sebelum melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Kunir Sengat Blitar pada tahun 1991. Dia melanjutkan sekolah SMA-nya di Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus di Jember dan lulus pada tahun 1994.[2] Selama bersekolah, dia juga belajar di Pesantren Mahaijatul Qurra’ Blitar saat SMP dan Pesantren Darul Hikmah Blitar saat SD dari tahun 1984–1988.[3] Setelah lulus, dia kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Fakultas Ushuludin di Jurusan jurusan Akidah dan Filsafat Islam. Selama kuliah dia aktif di Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang membuatnya bertemu dengan Din Syamsudin yang saat itu menjabat sebagai ketua Muhammadiyah selama dua periode.[4] Akhirnya dia lulus pada tahun 1999.

Dia melanjutkan studi magisternya di dua tempat berbeda secara berturut-turut. Studi magister pertamanya dilakukan di Universitas Leiden dan lulus pada tahun 2004 untuk Gelar Master of Arts di bidang Kajian Islam. Gelar magister keduanya diraih di Universitas Manchester dengan Gelar Master of Science di bidang Statistika dan Metode Penelitian Sosial pada tahun 2007.[2] Gelar Ph.D di Bidang Kajian Agama diraih pada tahun 2013 dengan disertasinya yang berjudul " Muslims are not Muslims: The Ahmadiyya Community and the Discourse on Heresy in Indonesia" di Universitas California-Santa Barbara.[5]

Dia menikah dengan Tuti Alawiyah yang merupakan adik tingkatnya ketika dia berkuliah di UIN Syarif HIdayatullah dan memiliki anak bernama Hamia Sophia Fatima, Faira Nahla Ophelia dan Athifa Zara Izzati.[4]

Karier

Dia pernah menjadi Dosen di UIN Syarif Hidayatullah dari tahun 2004 sampai tahun 2014 sekaligus sebagai peneliti senior di LIPI dari tahun 2004.[6] Pada periode 2015 sampai tahun 2020, Burhani menjabat sebagai Wakil Ketua Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.[7] Pada tanggal 27 Agustus 2020, Burhani dikukuhkan sebagai Profesor Riset di bidang Agama dan Tradisi Keagamaan di LIPI dengan menyampaikan orasi pengukuhannya yang berjudul "Agama, Kultur (In)Toleransi, dan Dilema Minoritas di Indonesia" [8] yang memberikan empat rekomendasi untuk mengatasi masalah minoritas di Indonesia.[9][10]

Fellowship

Burhani pernah menjadi fellow di International Center for Islam and Pluralism (ICIP) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jakarta tahun 2005; International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM) Leiden, Belanda tahun 2007; International Institute of Islamic Thought (IIIT) Virginia, Amerika Serikat tahun 2013; Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto, Jepang tahun 2016; dan Center on Religion, Culture and Conflict (CRCC) Drew University, New Jersey, Amerika Serikat tahun 2016. Sejak Juni 2017 – Desember 2020, ia menjadi visiting senior fellow di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura.[butuh rujukan]

Penghargaan

Setelah lulus meraih gelar doktoral, disertasinya mendapat penghargaan The Professor Charles Wendell Memorial Award pada tahun 2013 dari almamaternya.[11] Pada tahun 2020, Burhani mendapatkan tiga penghargaan, yaitu sebagai 100 tokoh terkemuka UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan penghargaan kolaborasi antara Kementerian Agama dan UIN Syarif Hidayatullah.[12] Penghargaan kedua, yaitu menjadi salah satu dari 75 Ikon Prestasi Pancasila di bidang Sains dan Inovasi atas penelitian-penelitiannya yang memuat isu tentang masalah-masalah yang terjadi pada kelompok minoritas.[13] Penghargaan ketiga, yaitu sebagai Peneliti Terbaik di Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora. Penghargaan ini diberikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan diserahkan oleh Menristek-Dikti, Bambang Brodjonegoro, pada HUT LIPI di Bogor pada 26 Agustus 2020.[butuh rujukan]

Bibliografi

  • 2001: Sufisme kota: berpikir jernih menemukan tasawuf positif. diterbitkan oleh Serambi
  • 2001: Islam dinamis: menggugat peran agama membongkar doktrin yang membatu diterbitkan oleh Kompas
  • 2002: “Tarekat” tanpa tarekat: jalan baru menjadi Sufi. diterbitkan oleh Serambi
  • 2016: Muhammadiyah Jawa diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah
  • 2017: Muhammadiyah Berkemajuan diterbitkan oleh Mizan Bandung
  • 2018: Islam Nusantara as a Promising Response to Religious Intolerance and Radicalism diterbitkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute
  • 2019: Between social services and tolerance: explaining religious dynamics in Muhammadiyah diterbitkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute
  • 2019: Menemani minoritas: paradigma Islam tentang keberpihakan dan pembelaan kepada yang lemah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
  • 2020: Dilema minoritas di Indonesia: ragam, dinamika, dan kontroversi diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
  • 2020: Agama dan Tradisi Keagamaan Agama, Kultur (In)Toleransi, dan Dilema Minoritas di Indonesia diterbitkan oleh LIPI
  • 2020:Heresy and politics: how Indonesian Islam deals with extremism, pluralism, and populism. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Daftar pustaka

  1. ^ "Di Sidang MK, Peneliti LIPI Nilai Ahmadiyah Tak Bisa Dianggap Sesat Halaman all". KOMPAS.com. 7 November 2017. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  2. ^ a b "Ahmad Najib Burhani". JIB Post - Mencerahkan Semesta. 27 Agustus 2020. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  3. ^ "Wawancara Ahmad Najib Burhani Muhammadiyah Perlu Ijtihad Baru". Matan (edisi ke-78). 2013. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  4. ^ a b Muslim, Muhamad Bukhari (24 Desember 2020). "Ahmad Najib Burhani: Akademisi Pembela Kebebasan Berkeyakinan". IBTimes.ID. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  5. ^ Ramli, Moh (27 Agustus 2020). "Lebih Dekat dengan Ahmad Najib Burhani, Sang Profesor Pembela Minoritas | TIMES Indonesia". www.timesindonesia.co.id. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  6. ^ Faiq, Mohammad Hilmi (3 Juni 2017). "Tes Kebangsaan". kompas.id. Diakses tanggal 14 April 2021. (Perlu mendaftar (help)). 
  7. ^ "Personalia - Majelis Pustaka dan Informasi | Muhammadiyah". mpi.muhammadiyah.or.id. Diakses tanggal 2021-04-14. 
  8. ^ Burhani, Ahmad Najib (2020). Agama, kultur (in)toleransi, dan dilema minoritas di Indonesia : orasi pengukuhan profesor riset bidang agama dan tradisi keagamaan. Jakarta. ISBN 978-602-496-148-0. OCLC 1240264085. 
  9. ^ Murdaningsih, Dwi (27 Agustus 2020). "LIPI Kukuhkan 4 Profesor Riset Baru". Republika Online. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  10. ^ "Najib Burhani Sampaikan Orasi Pengukuhan Guru Besar Tentang Kultur Intoleransi Dan Dilema Minoritas | Suara Muhammadiyah". suaramuhammadiyah.id. 27 Agustus 2020. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  11. ^ Siregal, Zulhidayat (1 Agustus 2013). "Mantap, Najib Burhani Terima Penghargaan The Professor Charles Wendell Memorial Award dari UCSB". Rmol.id. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  12. ^ "Najib Burhani, Profesor Riset LIPI yang Getol Membela Minoritas". Kalimahsawa.ID. 27 Agustus 2020. Diakses tanggal 14 April 2021. 
  13. ^ "Tiga peneliti LIPI terpilih sebagai bagian 75 Ikon Prestasi Pancasila". Antara News. 30 Agustus 2020. Diakses tanggal 14 April 2021.