Maras taun

Revisi sejak 19 Oktober 2021 12.24 oleh Bersamaku (bicara | kontrib) (Paragraf)

Maras taun adalah salah satu adat istiadat yang di praktikan secara turun temurun oleh masyarakat Belitung. "Maras" berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman. Yang di maksud dengan memberseihkan duri adalah kegiatan membersihkan atau menyelesaikan semua masalah. Sedangkan "Taun" berarti tahun. Secara sederhana, maras taun berarti pergantian tahun, dari tahun lama ke tahun baru. Ritual ini nantinya akan dipimpin oleh dukun (pemangku adat) bersama masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa arti dari penamaan ini adalah kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai individu untuk mengungkapan rasa syukur atas karunia Sang Pencipta

Asal MuLa Maras Taun

Asal mula kapan pelaksanaan maras taun atau disebut juga maras taon tidak diketahui dengan pasti. Muncul dan berkembangnya prosesi itu seiring dengan pola pikir masyarakat tradisional Belitung. Pada mulanya, masyarakat Belitung yang menempati bagian pesisir atau pedalaman daratan hidup berkelompok menempati wilayah pemukiman yang disebut kubok dan parong. Penghuni kubok merupakan komunitas kecil berasal dari sebuah keluarga yang kemudian berkembang menjadi beberapa keluarga hingga membentuk perkampungan kecil yang disebut kubok, dan yang dipimpin seseorang yang dituakan disebut kepala kubok.

Sementara itu penghuni parong merupakan komunitas keluarga yang tidak berasal dari satu keluarga tapi dari beberapa keluarga dan jumlahnya lebih banyak sehingga membentuk sebuah perkampungan. Baik parong atau pun kubok dipimpin seorang ketua adat yang dituakan, yang disebut kepala parong atau kepala kubok. “Dituakan” artinya memiliki kepiawaian, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok itu juga otomatis merangkap menjadi dukun yang melindungi warganya.

Kemudian parong atau kubok makin lama bertambah populasinya. Ketika sudah menjadi sebuah perkampungan, maka dukun tersebut tetap menjadi dukun sekaligus merangkap kepala kampungnya. Kini, dalam masyarakat Belitung dikenal adanya dukun kampong. Pola ini terus mentradisi hingga zaman ini, bahwa di tiap kampung harus ada seorang dukun kampong, di samping adanya lurah atau kepala desa sebagai pimpinan adminisratifnya.

Pembukaan kubok atau parong bermula dari membuka hutan untuk berladang padi tegalan; sebagai sumber makanan utama penduduk Belitong. Sebagai rasa syukur atas panen inilah kemudian diadakan perhelatan ritual maras taun pada setiap tahunnya. Dalam ungkapan rasa syukur ini dimintakan pada yang Maha Kuasa untuk keselamatan warga dan keberhasilan panen di tahun mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya disebut memaras atau berselamatan tahun yang kemudian disebut dengan maras taon atau maras taun.

Tradisi maras taun ini bertujuan untuk mencari keselamatan kampung. Dalam tradisi yang diadakan setiap tahun ini seluruh warga berkumpul di rumah seorang tokoh atau biasa disebut sebagai dukun kampung yang dihormati di seluruh kampung untuk didoakan bersama-sama. Inilah tradisi maras taun yang masih dianggap sakral di negeri laskar pelangi.

Makna Simbol Dalam Tradisi Upacara Adat Maras Taun

Makna simbol yang terdapat dalam upacara adat maras taun di pulau Belitung adalah bahwa sebagai manusia diwajibkan untuk selalu menjaga keseimbangan alam, saling menghormati, terlebih pada leluhur dan ketika kita meminta sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Esa jangan lupa untuk senantiasa mengucap syukur atas apa yang sudah diberikan-Nya.

Rangkaian perayaan maras taun di pulau Belitung mengandung berbagai macam simbol dengan makna tertentu. Upacara adat maras taun sendiri biasanya berlangsung selama tiga sampai tujuh hari, dengan hari terakhir sebagai puncak perayaan. Sebelum puncak perayaan, masyarakat yang hadir disuguhi dengan beragam pertunjukan kesenian tradisional khas Belitung. Selain kesenian tradisional, pentas musik modern seperti organ tunggal juga turut menambah kemeriahan pesta rakyat ini.

Referensi

[1] Pemaknaan dan Nilai dalam Upacara Adat Maras Taun di Kabupaten Belitung

Lihat Pula

Pulau Belitung