Kiai

Orang jawa pakar di islam

Kiai atau Kyai (kadang-kadang juga ejaan arkaisnya Kijahi/Kyahi), dapat diartikan sebagai seseorang atau benda yang sangat dihormati dan disakralkan.

Jawa

Kiai atau Kyai bagi pemahaman Jawa adalah sebutan untuk "yang dituakan ataupun dihormati" baik berupa orang, ataupun barang. Selain Kiai, bisa juga digunakan sebutan Nyai untuk yang perempuan. Kiai bisa digunakan untuk menyebut:

  1. Ulama atau tokoh, contoh: Kiai Haji Hasyim Muzadi, Kyai Tapa, Kyai Sadrach
  2. Pusaka, contoh: keris Kiai Joko Piturun, gamelan Kiai Gunturmadu
  3. Hewan, contoh: kerbau Kiai Slamet, kuda Kyai Gagak Rimang
  4. Makhluk halus, contoh: Kiai Sapujagad (penunggu Gunung Merapi)
  5. Orang yang sudah meninggal (meskipun berusia muda).[butuh rujukan] Bisa dilihat di nisan pada kompleks makam masyarakat Jawa.

Banjar/Kalimantan

Kiai bagi masyarakat Banjar dan Kalimantan adalah gelar bagi kepala distrik[1] (di Jawa disebut wedana), bukan ulama. Adapun untuk ulama disebut Tuan misalnya Tuan Guru, Tuan Penghulu, Tuan Khatib.[2] Gelar ini berasal dari nama jabatan menteri pada Kerajaan Banjar. Pemerintah Hindia Belanda lalu mengalihkan nama ini untuk nama jabatan kepala distrik untuk wilayah Kalimantan. Contohnya ialah Kiai Masdhulhak, seorang kiai yang meninggal dalam pemberontakan Hariang, Banua Lawas, Tabalong, tahun 1937.

Baca Juga


Pranala luar

  1. ^ "Constitutional division of the Netherlands Indies, 1909". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-12. Diakses tanggal 2011-07-24. 
  2. ^ Hamka (2020-04-24). 1001 Soal Kehidupan (dalam bahasa Melayu). Gema Insani. ISBN 978-602-250-729-1.