Moral

Revisi sejak 2 November 2021 12.25 oleh RusieArya (bicara | kontrib) (menambahkan subjudul)

Moral, akhlak, etika, atau susila (Latin: Moralitas; Arab: أخلاق, akhlāq) adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya . [1] Moral adalah standar perilaku yang berlaku yang memungkinkan orang untuk hidup secara kooperatif dalam kelompok. Moral mengacu pada sanksi masyarakat apa yang benar dan dapat diterima. Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Moral adalah rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara berfikir. Moralitas menggambarkan nilai-nilai tertentu dari kelompok tertentu pada titik waktu tertentu. Kebanyakan moral tidak tetap. Mereka biasanya bergeser dan berubah seiring waktu.

Istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif dalam pandangan manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai kemutlakan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan, tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.

Komponen

Konsistensi

Konsistensi karakter diri merupakan bagian utama dari moral. Penilaian konsistensi di dalam moral meliputi kesesuaian dan keberlanjutan yang sama secara terus-menerus antara ucapan, tindakan. Individu yang memiliki moral harus memiliki perkataan dan perbuatan yang konsisten. Sifat konsistensi di dalam moral dapat diuji melalui berbagai permasalahan yang menghubungkan antara perkataan dan perbuatan. Pengamatan mengenai konsistensi ini salah satunya dapat teramati pada para politikus ketika mulai menjabat serta dalam pengambilan keputusan dan menggunakan kekuasaan.[2]

Pengertian Moral menurut Para ahli

Al-Ghazali

Menurut Al-Ghazali, moral adalah perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.

Helden dan Richards

Moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan.

Baron, dkk

Moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.

Chaplin

Moral adalah segala akhlak yang cocok dengan ketentuan sosial, atau mencantol hukum atau adat kelaziman yang menata tingkah laku.

Hurlock

Moral merupakan suatu tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau ketentuan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan untuk anggota sebuah budaya.

Immanuel Kant

Moral adalah sesuatu urusan kenyakinan serta sikap batin dan tidak saja hal sebatas penyesuaian dengan sejumlah aturan dari luar, entah tersebut aturan berupa hukum negara, hukum agama atau hukum adat-istiadat.

Ciri-ciri Moral

Menurut Bertens K, ciri-ciri nilai moral adalah:

Berkaitan dengan tanggung jawab

Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia, namun lebih spesifik lagi berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai moral mengakibatkan seseorang bersalah atau tidak bersalah, karena dia bertanggung jawab.

Berkaitan dengan hati nurani

Ciri khas nilai moral adalah hanya nilai inilah yang menimbulkan suara dari hati nurani, baik yang menuduh, karena orang meremehkan atau menentang nilai – nilai moral atau memuji bila orang mewujudkan nilai – nilai moralnya.

Mewajibkan

Nilai moral mewajibkan secara absolut dan tak bisa ditawar-tawar.Sebagai contoh adalah bila seseorang memiliki nilai estetis, makadia akan menghargai lukisan yang bermutu, sebaliknya orang lainboleh saja tidak menghargai lukisan tersebut. Namun pada nilaimoral, orang harus mengakui dan harus merealisasikan. Kewajiban absolute melekat pada nilai-nilai moral, karena nilainilai ini berlaku bagi manusia sebagai manusia.

Bersifat formal

Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai moral membonceng pada nilai-nilai lain. Hal ini berarti dalam merealisasikan nilai-nilai moral seseorang mengikut sertakan nilai-nilai lain dalam suatu tingkah laku moral

Jenis-jenis Moral

Moralitas objektif

Moralitas objektif adalah moralitas yang memandang perbuatansebagai suatu perbuatan yang telah dikerjakan, bebas dari pengaruh-pengaruh pihak pelaku.

Moralitas subyektif

Moralitas subyektif adalah moralitas yang memandang perbuatansebagai perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu, dalam hal ini dipengaruhi latar belakang,kondisi pendidikan dan sifat pribadi.

Moralitas intrinsik

Moralitas intrinsik adalah moralitas yang memandang perbuatanmenurut hakikatnya bebas dari setiap bentuk hukum positif.

Moralitas ekstrinsik

Moralitas ekstrinsik adalah moralitas yang memandang perbuatansebagai sesuatu yang diperintahkan atau dilarang oleh seseorangyang berkuasa atau hukum positif, baik dari manusia atau dariTuhan.

Referensi

  1. ^ "Arti kata moral - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2021-11-02. 
  2. ^ Syukur, Yanuardi (2017). Menulis di Jalan Tuhan. Sleman: Deepublish. hlm. 55. ISBN 978-602-401-711-8. 

Lihat pula