Efek termoelektrik

Revisi sejak 7 November 2021 02.16 oleh UcokMN (bicara | kontrib) (Menambahkan teks)

Efek termoelektrik adalah suatu fenomena fisika dalam bentuk perubahan energi listrik menjadi energi kalor atau sebaliknya. Pemanfataan dari termoelektrik adalah sebagai prinsip utama dalam pembuatan modul pembangkit listrik atau modul pada alat pendinginan maupun pemanas. Berdasarkan fenomena yang dihasilkan, kegunaan efek termoelektrik dibagi menjadi generator termoelektrik dan pendingin termoelektrik. Bentuk modul termoelektrik berbentuk segi empat dengan ketebalan tertentu. Efek termoelektrik mengubah tegangan listrik arus searah untuk menghasilkan perbedaan temperatur. Sebaliknya, perbedaan temperatur akibat efek termoelektrik dapat digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik arus searah. Keluaran modul termoelektrik terbagi menjadi dua sisi yang temperatur yang tinggi (panas) dan temperatur yang rendah (dingin).[1]

Kekuatan

Umumnya, suatu partikel dapat memiliki efek termoelektrik yang lebih kuat ketika berada dalam skala nanometer dibandingkan dengan skala mikrometer. Efek termoelektrik lebih kuat lagi pada partike-partikel nano dengan bahan logam atau semikonduktor. Kuatnya efek termoelektrik pada logam dan semikonduktor diamati pada perbedaan warna emisi. Dalam perbandingannya, semikonduktor memiliki efek termoelektrik yang lebih kuat ketika ketika berdekatan dengan molekul cairan atau gas.[2]

Jenis bahan

Polimer

Polimer menjadi salah satu bahan yang mampu menghasilkan efek termoelektrik. Kemampuannya cukup tinggi karena polimer memiliki sifat kondukitivitas termal yang sangat rendah. Polimer sangat jarang digunakan dalam peralatan listrik yang memanfaatkan efek termoelektrik karena memiliki konduktivitas listrik dan koefisien Seebeck yang rendah.[3]

Pemanfaaatan

Sistem hibrida

Panas yang dihasilkan oleh motor bakar hanya menjadi limbah energi ketika sistem hibrida tidak mampu menyerapnya. Berkembangnya teknologi termoelektrik khususnya efek Seebeck telah menciptakan teknologi generator termoelektrik yang dapat memanfaatkan panas tersebut. Bahan semikonduktor yang memiliki dua sumber suhu dengan nilai yang berbeda dapat menghantarkan arus listrik.[4] Gaya gerak listrik akan timbul karena suhu emisi gas buang yang dihasilkan oleh motor bakar pada kendaraan bermotor berada dalam rentang 200-300oC dengan suhu dalam rentang 30-35oC. Motor listrik akan berfungsi selama perbedaan suhu tetap ada atau energi listrik disimpan di dalam baterai listrik. Penghematan konsumsi bahan bakar pada kendaraan hibrida dapat dilakukan dengan mekanisme ini. Keuntungan lain dari penerapan teknologi termoelektrik adalah memperkecil ukuran motor sehingga membuatnya menjadi lebih ringan. Pengurangan emisi gas buang ke lingkungan membuat pemakaian generator termoelektrik pada kendaraan hibrida menjadi lebih ramah lingkungan.[5]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Mirmanto, Syahrul dan Wirawan 2021, hlm. 2.
  2. ^ Floriidha, F., dan Pristya, A. U. (2016). Nanoteknologi di Bidang Kesehatan. Malang: UB Press. ISBN 978-602-203-969-3. 
  3. ^ Mirmanto, Syahrul dan Wirawan 2021, hlm. 48.
  4. ^ Mirmanto, Syahrul dan Wirawan 2021, hlm. 19.
  5. ^ Mirmanto, Syahrul dan Wirawan 2021, hlm. 20.

Daftar pustaka