Keuangan pribadi

Merencanakan dan pengaturannya, seperti mendapatkan penghasilan, mebelanjakannya, menyimpannya, menginvestasikannya dan melindunginya. Keuangan pribadi berbeda dengan keuangan korporat yang mempelajari manajamen keuangan korporasi.

Keuangan pribadi atau disebut juga personal finance merupakan cabang ilmu finansial yang berhubungan dengan manajemen keuangan pribadi, keluarga dan perusahaan kecil. Keuangan pribadi berbeda dengan corporate finance yang mempelajari manajamen keuangan korporasi. Topik-topik utama yang dipelajari dalam keuangan pribadi antara lain matematika keuangan, strategi pengelolaan uang, perencanaan keuangan, berutang dengan cerdas, asuransi dan warisan. Meskipun keuangan pribadi penting dipelajari, ilmu ini belum banyak dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dan lebih sering diperoleh lewat kursus-kursus perencanaan keuangan. [1]

Definisi

Keuangan pribadi atau personal finance adalah istilah yang mencakup pengelolaan uang serta tabungan dan investasi. Hal ini termasuk juga penganggaran (budgeting), perbankan, asuransi, hipotek, investasi, perencanaan pensiun, pajak dan rencana memiliki rumah atau properti. Istilah ini juga sering merujuk pada seluruh industri yang menyediakan layanan konsultasi keuangan kepada individu dan rumah tangga, seperti memberi saran tentang peluang dan risiko keuangan dan investasi.[2]

Keuangan pribadi adalah tentang mencapai tujuan keuangan pribadi, seperti memenuhi kebutuhan jangka pendek, perencanaan pensiun atau menabung untuk persiapan dana pendidikan anak.

Untuk dapat mencapai tujuan keuangan, seseorang harus memiliki rencana keuangan yang matang dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti pendapatan, pengeluaran, kebutuhan hidup dan tujuan serta keinginan individu—dan membuat rencana untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam batasan-batasan keuangan.

Seseorang juga harus melek finansial agar dapat memaksimalkan pendapatan dan tabungan serta mampu membedakan antara saran yang buruk dan baik agar dapat membuat keputusan keuangan yang tepat.[2]

Prinsip Keuangan Pribadi

Kunci agar pengelolaan keuangan pribadi tetap berada di jalur yang benar adalah dengan memahami prinsip-prinsip pengelolaan keuangan itu sendiri, yaitu prioritas, penghematan dan pengendalian.[2]

  • Prioritas (Prioritization)—berkaitan dengan kemampuan memahami kondisi keuangan, mengetahui apa saja yang menjadi sumber penghasilan, mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan dan tetap fokus pada tujuan serta rencana keuangan. Adapun yang menjadi prioritas pengeluaran antara lain sedekah atau dana sosial, tabungan, cicilan utang dan belanja kebutuhan rumah tangga.
  • Penaksiran (Assessment)—orang-orang ambisius selalu memiliki daftar ide tentang cara lain mencapai kesuksesan besar, seperti memiliki bisnis sampingan atau ide investasi. Mengelola keuangan pribadi, sama halnya dengan menjalankan bisnis, juga harus menilai potensi biaya dan manfaat dari setiap usaha baru.[2] Misalnya, pertimbangan untuk mempersiapkan dana pensiun sejak dini dengan mempertimbangkan target pencapaian dana, jangka waktu yang dibutuhkan hingga target dana tercapai, tingkat pengembalian (rate of return) per tahun, risiko investasi bahkan perbandingan matematis jika kita menunda persiapan dana pensiun.[3]
  • Pengendalian diri (Restraint)—merupakan instrumen paling penting dalam keuangan pribadi. Menerapkan prinsip pengendalian diri artinya kita menggunakan uang secara bijak agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pendapatan.

Pentingnya Perencanaan Keuangan Pribadi

Tingginya kebutuhan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga menuntut setiap orang memiliki perencanaan keuangan pribadi yang cermat dan matang agar pendapatan dan pengeluaran lebih stabil.

Perencanaan keuangan yang sesuai kebutuhan diperlukan agar tercipta proses berkelanjutan yang akan mengurangi tekanan finansial, mendukung kebutuhan saat ini dan mempersiapkan kebutuhan di masa depan.

Berikut adalah beberapa alasan pentingnya perencanaan keuangan pribadi.[4]

  1. Meningkatkan cash flow (arus kas) Perencanaan keuangan membantu kita dalam meningkatkan arus kas dengan memantau pola dan sifat pengeluaran. Untuk menjaga agar lebih banyak uang yang disimpan, kita perlu melakukan penganggaran yang cermat dan pengeluaran yang bijaksana serta memonitornya secara berkala.
  2. Membantu mengidentifikasi kesalahan Dengan memonitor pengeluaran dan perencanaan keuangan secara keseluruhan membuat kita dapat menyadari adanya kesalahan penggunaan dana yang selama ini dilakukan sehingga dapat membantu kita memperbaiki kesalahan tersebut.
  3. Mewujudkan tujuan hidup Setiap orang pasti memiliki tujuan hidup, seperti membeli kendaraan, membeli rumah, menikah dan sebagainya. Memiliki perencanaan keuangan yang tepat, seperti rencana penghematan dan menabung, dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya.
  4. Memiliki dana darurat Tidak seorang pun yang dapat memprediksi masa depan. Dengan perencanaan keuangan yang baik, kita dapat memiliki dana darurat yang cukup sehingga kita lebih siap jika ada kebutuhan mendesak, seperti biaya pengobatan ketika kita atau anggota keluarga jatuh sakit, kehilangan pekerjaan dan masih harus memenuhi kebutuhan sehari-hari sambil mencari pekerjaan baru dan lain-lain.
  5. Masa pensiun yang nyaman Menyiapkan dana pensiun sedini mungkin dapat dilakukan dengan berinvestasi atau memiliki tabungan pensiun jika ingin menjalani masa pensiun dengan nyaman.

Tantangan dalam Perencanaan Keuangan Pribadi

Salah satu kunci keberhasilan perencanaan keuangan pribadi yang sering diungkapkan para perencana keuangan adalah disiplin dan konsisten dalam menjalankan rencana keuangan yang telah dibuat sebelumnya. Namun dalam pelaksanaannya kita juga dihadapkan dengan beberapa kesulitan atau tantangan sebagai berikut.[5]

  1. Kehidupan tidak dapat diprediksi Seseorang mungkin telah bekerja keras untuk mengumpulkan sejumlah uang dan menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk ditabung. Tabungan tersebut nantinya akan digunakan untuk membeli suatu barang atau jasa yang diinginkan. Namun karena suatu hal yang tidak terduga dan membutuhkan biaya cukup besar, rencana tersebut harus dibatalkan sehingga uang tabungan dialihkan untuk keperluan lain yang lebih penting dan mendesak.
  2. Keluarga membentuk cara pandang kita terhadap uang, bisa baik atau buruk Anak-anak yang sejak kecil dididik dengan kebiasaan hidup hemat dan menabung cenderung lebih cermat dan bijak dalam menggunakan uangnya ketika dewasa. Mereka yang memiliki hubungan kurang baik dengan orangtuanya, orangtua yang memiliki kebiasaan buruk (misalnya, pecandu alkohol atau obat-obatan, judi dan sebagainya) dan mengalami kesulitan finansial, seringkali harus menjalani beberapa pekerjaan untuk menyokong kebutuhan dirinya maupun keluarganya. Hal ini akan membuatnya lebih mampu menghargai uang karena tahu bahwa mencari uang itu tidak mudah.
  3. Setiap orang memiliki keinginan yang berbeda Berbeda keinginan, berbeda pula cara yang ditempuh untuk memperolehnya. Ada yang melakukannya dengan memiliki pekerjaan sampingan, menabung atau investasi dan berutang. Kartu kredit adalah salah satu jalan pintas untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan tanpa harus memiliki cukup uang terlebih dulu. Namun ada pula orang-orang yang lebih memilih menabung hingga dana yang dibutuhkan terkumpul dibanding berutang atau menggunakan kartu kredit. Hal ini juga berlaku pada preferensi seseorang dalam membeli barang, di mana ada orang yang lebih mengutamakan harga yang terjangkau dan ada yang lebih mengutamakan kemewahan. Namun apapun pilihannya, jika seseorang tidak mengendalikan keinginan, ia akan terjerat utang.
  4. Perbedaan penghasilan dan jumlah uang yang dimiliki Kesenjangan upah menyebabkan orang-orang yang bekerja di suatu industri dan mengerjakan pekerjaan yang sama mendapat upah yang berbeda. Perbedaan tersebut seringkali begitu jauh dan cenderung tidak adil. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti ketidaksetaraan gender, diskriminasi rasial dan disabilitas yang masih sering terjadi di tempat kerja, Penganggaran yang cermat memang menjadi salah satu faktor keberhasilan seseorang dalam menyimpan lebih banyak uang sebagai dana darurat. Namun menabung akan lebih mudah dilakukan jika kita memiliki lebih banyak pendapatan.

Strategi Pengelolaan Keuangan Pribadi

Semakin awal kita mulai merencanakan keuangan, tentu semakin baik. Namun tidak ada kata terlambat untuk menetapkan tujuan keuangan demi terwujudnya keamanan dan kebebasan finansial. Berikut adalah tips pengelolaan keuangan pribadi yang dapat dilakukan.[2]

  1. Menyusun anggaran Anggaran adalah hal yang esensial dalam keuangan pribadi. Anggaran disusun sebagai panduan agar kita hidup sesuai kemampuan dan memiliki tabungan yang cukup untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Ada beberapa metode penganggaran yang dapat digunakan. Salah satu yang populer adalah metode penganggaran 50:30:20.
    • 50% dari pendapatan bersih (setelah dikurangi pajak) per bulan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti bayar sewa, bayar tagihan listrik, belanja bahan makanan dan biaya transportasi.
    • 30% dialokasikan untuk biaya diskresioner (Inggris: discretionary expenses), seperti makan di luar dan belanja pakaian. Pengeluaran untuk sosial (misal: sedekah) juga dapat dimasukkan ke kelompok ini.
    • 20% dialokasikan untuk kebutuhan di masa depan, seperti melunasi utang, dana pensiun dan dana darurat.
  2. Memiliki dana darurat Sesuai namanya, dana darurat digunakan sebagai dana cadangan jika ada pengeluaran tidak terduga, seperti biaya pengobatan, perbaikan mobil, ketika kehilangan pekerjaan sedangkan harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Besarnya dana darurat idealnya adalah tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Untuk pasangan suami-istri yang memiliki anak, jumlahnya bisa lebih besar lagi. Para perencana keuangan menyarankan untuk menyisihkan 20% dari pendapatan bulanan untuk ditabung sebagai dana darurat.
  3. Batasi utang Untuk mencegah agar jangan sampai terjerat utang, sebaiknya pengeluaran tidak lebih besar daripada pendapatan. Sebagian besar orang memang harus berutang, namun berutang tidak selalu buruk jika digunakan untuk memperoleh aset yang dapat menambah kekayaan. Misalnya, utang untuk membeli rumah (KPR) atau kendaraan. Kemudian rumah atau kendaraan tersebut disewakan sehingga menambah passive income. Jika memang butuh berutang, pastikan total utang maksimal 50% dari total aset dan besaran cicilan per bulan tidak lebih dari 30% pendapatan bersih bulanan.
  4. Gunakan kartu kredit dengan bijaksana Kartu kredit bisa menjadi jebakan. Pemakaiannya harus dikelola dengan benar. Membayar cicilan tepat waktu, menjaga agar jumlah cicilan utang per bulan tidak lebih dari 30% dan menghindari pemakaian maksimum adalah langkah-langkah bijak dalam menggunakan kartu kredit.
  5. Memonitor riwayat dan skor kredit Sebelum memberikan kredit, bank atau lembaga keuangan akan mengecek riwayat kredit (dulu dikenal dengan nama BI checking) si nasabah. BI checking adalah Informasi Debitur Individual (IDI) Historis yang mencatat lancar atau macetnya pembayaran kredit. Nasabah yang memiliki riwayat kredit buruk akan mengalami hambatan untuk mendapatkan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya. Sekarang BI checking sudah digantikan dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di dalam SLIK inilah terdapat informasi skor kredit SID yang digunakan oleh bank atau lembaga keuangan untuk menilai calon debiturnya. Penentuan skor kredit akan dilihat dari catatan kolektibilitas calon debitur. Skor kredit SID memiliki rentang 1-5 dengan rincian sebagai berikut.[6]
    • Skor 1: kredit lancar, artinya debitur selalu memenuhi kewajibannya membayar cicilan beserta bunganya setiap bulan hingga lunas secara tepat waktu
    • Skor 2: kredit DPK atau kredit dalam perhatian khusus, artinya debitur tercatat menunggak cicilan selama 1-90 hari
    • Skor 3: kredit tidak lancar, artinya debitur tercatat menunggak cicilan 91-120 hari
    • Skor 4: kredit diragukan, artinya debitur tercatat menunggak cicilan 121-180 hari
    • Skor 5: kredit macet, artinya debitur tercatat menunggak cicilan lebih dari 180 hari Bank akan menolak debitur yang memiliki skor kredit 3, 4 dan 5.
  6. Mempertimbangka perlindungan dan kebutuhan keluarga Memiliki asuransi (kendaraan, rumah, asuransi jiwa dan sebagainya) akan melindungi aset dan menjamin kebutuhan keluarga dari berbagai risiko, termasuk risiko kematian pencari nafkah, yang menyebabkan pendapatan macet. Jika Anda punya anak yang masih kecil, ajarkan padanya tentang nilai uang dan cara menabung, berinvestasi serta menggunakan uang secara bijak.
  7. Merencanakan (dan menabung) dana pensiun Masa pensiun bisa datang lebih dini dari yang Anda perkirakan. Masa pensiun bisa direncanakan sedari muda dengan berinvestasi, mengikuti program tabungan pensiun dan memiliki asuransi jiwa.
  8. Memberikan waktu dan kesempatan bagi diri sendiri untuk bersenang-senang Membuat anggaran dan perencanaan keuangan bukan berarti tidak boleh bersenang-senang. Anda boleh menghadiahi diri dengan liburan, berbelanja, makan di luar dan sebagainya untuk merayakan kerja keras dan keberhasilan dalam mengelola keuangan. Yang penting pengeluaran tidak berlebihan.

Pranala luar

Situs Financial Planning Standard Board (FPSB) Indonesia

Situs MyMoneyCoach

Situs Warta Ekonomi

Situs Investopedia

Referensi

  1. ^ Frensidy, Budi (18 Januari 2015). "Personal Finance dan Behavioral Finance". Sindonews. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  2. ^ a b c d e Kenton, Will (30 Maret 2021). "Personal Finance". Investopedia. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  3. ^ Zuhri, Nikmatullah; Akbar, Rahmatullah (November 2015). Ibu, Menteri Keuangan Keluarga. Solo: Tiga Serangkai. hlm. 26. ISBN 9786027321526. 
  4. ^ Prima, Benedicta (11 Maret 2020). "Simak lima alasan kenapa penting mengatur keuangan Anda". Kontan. Diakses tanggal 3 November 2021. 
  5. ^ DeMatteo, Megan (16 April 2021). "Stop saying personal finance is simple-it isn't". CNBC. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  6. ^ Pratama, Akhdi Martin (26 Juni 2021). "Ini Cara Mengecek dan Membersihkan Riwayat Kredit Kamu". Kompas. Diakses tanggal 5 November 2021.