Surat Ulu

Rumpun aksara Brahmi yang berkembang di pulau Sumatra bagian selatan
Revisi sejak 10 November 2021 23.38 oleh Natsukusha (bicara | kontrib)

Surat Ulu, juga dikenal sebagai aksara Rencong,[1] aksara Kaganga,[2] atau aksara Ulu, adalah sebutan untuk sejumlah aksara serumpun yang terutama digunakan di pulau Sumatra bagian selatan. Istilah ini paling umum digunakan untuk merujuk pada aksara Incung, aksara Lampung, dan aksara Rejang, tetapi juga digunakan untuk merujuk pada aksara sejenis yang pernah digunakan oleh masyarakat Rawas, Lintang, Ogan, Lakitan (di Sumatera Selatan), Pasemah, Lembak (di Sumatera Selatan dan Bengkulu), Serawai (di Bengkulu), serta Krui (di Lampung).[3]

Surat Ulu
Aksara Rencong
Aksara Kaganga
Contoh rumpun aksara Ulu: Incung (atas), Lampung (tengah), dan Rejang (bawah)
Jenis aksara
BahasaLampung, Melayu Tengah, Rejang, Kerinci
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
Pengkodean Unicode
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Asal nama

Nama Surat Ulu berasal dari kata surat dan ulu. surat bermakna aksara dan ulu bermakna daerah dataran tinggi tempat berhulunya sungai-sungai di Sumatra Selatan dan Bengkulu (dalam hal ini Pegunungan Bukit Barisan). Surat Ulu merupakan istilah asli yang dipakai oleh masyarakat penggunanya untuk menamai rumpun aksara ini.[4][5]

Penamaan lain yang terkenal adalah aksara Rencong (bahasa Belanda: Rèntjong-schrift). Kata Rencong diperkirakan berasal dari bahasa Melayu Kuno mèncong yang bermakna serong/tidak lurus.[6][7] Bisa juga berasal dari kata runcing karena mulanya rumpun aksara ini ditulis menggunakan ujung pisau yang runcing.[8] Terlepas dari pemaknaannya, istilah ini sering digunakan oleh para sarjana Barat untuk menamai rumpun aksara ini.[1][a]

Istilah lain yang juga terkenal adalah aksara Kaganga. Istilah ini diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), seorang antropolog di Universitas Hull, untuk merujuk kepada surat Ulu.[1] Istilah Kaganga berasal dari tiga huruf pertama dalam deret tradisional surat Ulu.[9][5] Hal ini setara dengan kata "hanacaraka" yang berasal dari lima huruf pertama dalam aksara Jawa (ꦲ-ꦤ-ꦕ-ꦫ-ꦏ, ha-na-ca-ra-ka), kata "alfabet" yang berasal dari nama dua huruf pertama dalam alfabet Yunani (A-B, alfa-beta), serta kata "abjad" yang berasal dari empat huruf pertama dalam abjad Arab (ا-ب-ج-د, alif-ba-jim-dal).

Selain tiga penamaan di atas, beberapa daerah juga memiliki penamaan tersendiri. Di alam Pasemah misalnya, rumpun aksara ini disebut surat ʁincung.[10]

Aksara Incung

Aksara Lampung

Aksara Rejang

Galeri

Aksara Incung

Aksara Lampung

Aksara Rejang

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Mengenai penamaan aksara Rencong dan Surat Ulu, L C Westenenk menulis sebagaimana berikut:

Rujukan

  1. ^ a b c Sarwono 2014, hlm. 1.
  2. ^ Sarwono 2014, hlm. 2.
  3. ^ Sarwono 2014, hlm. 5.
  4. ^ a b Sarwono 2014, hlm. 4.
  5. ^ a b "Aksara Kaganga Bengkulu – Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu". Diakses tanggal 2021-11-10. 
  6. ^ "Carian Umum". prpm.dbp.gov.my. Diakses tanggal 2021-11-10. 
  7. ^ "Hasil Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-11-10. 
  8. ^ Pitri, Nandia (Desember 2019). "Batik Incung dan Islam di Kerinci". Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman. 19 (2): 27 – 39. 
  9. ^ M. A. Jaspan (1964). Folk literature of South Sumatra: Redjang Ka-Ga-Nga Texts (dalam bahasa English). Internet Archive. 
  10. ^ Mahdi, Sutiono (2014). Aksara base besemah : pelajaghan mbace nga nulis urup ulu (surat ghincung). Dewi Saputri. Bandung. ISBN 978-602-9238-64-8. OCLC 906670726. 

Daftar pustaka