La Mappasessu To Appatunru
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
La Mappatunru To Appasessu adalah Raja Bone ke-24 yang memerintah dari tahun 1812 sampai tahun 1823.
La Mappatunru To Appasessu | |
---|---|
Sultan Ismail Muhtajuddin Matinroe Ri Laleng Bata | |
Sultan Bone ke-24 | |
Berkuasa | 1812-1823 |
Penobatan | 1814 |
Pendahulu | La Tenri Tappu |
Pengganti | We Manningratu |
Pasangan | We Bau Arung Kaju Besse Langello Arung Bulo-Bulo I Bagusu I Mera I Besse |
Anak Detail |
|
Ayah | La Tenri Tappu To Appaliweng Matinroe Rirompegading |
Ibu | We Padauleng Arung Timurung MatinroE ri Sao Denrana |
Biografi
La Mappatunru To Appasessu Lahir pada tanggal 16 Desember 1777 atau 15 Zulkaedah 1191 H, dan pada Tahun 1823, Arungpone mangkat dan dimakamkan di Laleng Bata sehingga digelari MatinroE ri Laleng Bata. Lahir dari pasangan Raja Bone XXIII, La Tenri Tappu To Appaliweng MatinroE ri Rompegading (1749-1775) dan We Padauleng Arung Timurung MatinroE ri Sao Daeranna.
Riwayat Pemerintahan
La Mappatunru adalah Raja Kesultanan Bone XXIV2 yang naik tahta menggantikan ayah nya pada tahun 1812 sampai tahun 1823. Baginda raja juga dikenal dengan nama Islam yaitu Sultan Ismail Muhtajuddin, dan mewarisi gelar Arung Palakka. . Pada masa pemerintahannya, Inggris datang menggantikan Belanda untuk berkuasa di Sulawesi Selatan. Inggris kemudian mengutus Daeng Riboko Arung Mampu untuk meminta Sudang dan benda-benda pusaka Kerajaan Gowa lainnya yang berada di tangan Arungpone yang juga merupakan keturunan dari Raja Gowa La Pareppa Tosappewali yang dikenal dengan nama mangkatnya Matinroe ri Somba Opu. Sebelumnya Philips, Residen nggris juga sudah mengirim utusan untuk meminta kepada raja Bone sebelumnya tapi gagal yang kemudian berujung pada terjadinya perang dan berhasil meduduki istana Rompegading, sehingga Raja Bone memilih pulang ke Laleng Bata di Watampone. Sultan Ismail lalu menyerahkan kepada Datu Soppeng yang kemudian menyerahkan kepada Arung Mampu dan Arung Mampulah yang membawa kepada Inggris pada tahun awal bulan Juni tahun 1814. Panglima Inggis, Nigtingale lalu menyerahkan benda-benda pusaka Gowa ini kepada Bate Salapang sehingga Raja Gowa memiliki legitimasi karena terdapat aturan bahwa barang siapa yang ememgang benda-benda kerajaan tersebut maka dirinyalah yang sah sebagai Karaeng ri Gowa. Tidak lama setelah itu, Belanda kembali masuk berkuasa di Sulawesi Selatan pada tahun 1816.
Riwayat Keluarga
Arungpone La Mappatunru menikah pertama kali dengan We Bau Arung Kaju yang kemudian menjadi permaisurinya. We Bau melahirkan anak perempuan bernama We Baego Arung Macege yang lalu menikah dengan Sumange Rukka To Patarai Arung Berru.Lahirlah Singkeru Rukka Raja Bone XXIX dan We Pada yang juga kemudian menjadi Arung Berru. We Pada bersuami di Gowa dengan Raja Gowa, I Mallingkaan Karaeng Katangka Tumenanga ri Kalabbiranna dan melahirkan dua belas anak yaituI Makkulau Daeng Parani Karaeng Lembaparang, I Bangukung Magguliga Karaenf Popo, I To Patarai Karaeng Pabbundukkang, I To Gellangi Karaeng Silaja, We Batari Daeng Marennu Arung Berru, We Bau yang meninggal ketika masih kecil, We Biba Karaeng Bontosuji, I Buttaita Karaeng Mandalle, I Mangiru Daeng Mangemba Karaeng manjalling, We Sugiratu Andi Baloto Karaeng Tanete, Sitti Hatija Daeng Singara' Arung rijello', Sitti Rugaiya Karaeng langelo, dan terakhir, I Mangi-mangi Daeng Mattut Karaeng Bontonompo'. Anak pertama We Pada yaitu La Makkulau Daeng Parani, inilah Raja Gowa yang menikah dengan putri dari La Parenrengi Arungpone, We Tenri Paddanreng atau dikenal juga dengan nama Karaeng Baine, We Bunga Singkeru' We Cella Arung Aliita, lahirlah beberapa anak termasuk La Mappanyukki atau Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim, Raja Bone ke XXXIV. Arungpone Singkeru Rukka Matinroe ri Topaccing emnikah dengan I Kalossong Karaeng langello, lahir La Pawawoi Karaeng Segeri Raja Bone XXIII yang kemudian kawin dengan antara lain dengan I Kambo petta Mene lalu lahirlah Andi Baso Pagilingi yang dikenal dengan nama Petta Ponggawa Bone yang menikahi Andi Cenra Datu Cinnong yang kemudian lahirlah Andi Andi Pabbenteng Petta Lawa, Raja Bone XXXIII yang sekalgus adalah Arungpone terakhir (1946-1951).
Sultan Ismal kemudian menikah lagi dengan We Mataesso yang dikenal dengan nama Besse Langello Arung Bulo-bulo. Pernikahan ini terjadi sebelum naik tahta menggantikan orang tuanya, Dari Arung Bulo-Bulo ini lahir 3 orang anak yaitu La Pamulu To Paraungi, We Lebbi Daeng Tanyalla, dan La Bagenda Daeng Massolong. Dalam salinan Lontaraq Paliweng4 Sinjai, Besse Langello dikirim ke Bulo-Bulo untuk menjadi Arung Pasanre' setelah raja sebelumnya mengundurkan diri pasca perang dengan Belanda. Raja perempuan inipun melanjutkan perjuangan melawan Belanda sampai tahun 1855 sebagaimana dicatat dalam buku Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Selatan oleh Depkdipbud (Abduh, 1982)1.
Dari catatan Belanda3 tahun 1863, La Mappatunru juga mempunyai beberapa anak dari istri-istri lainnya yaitu Daeng Palawa, Daeng Mangottong. Daeng Manabba, Daeng Parenring, Daeng Pageso, Daeng Takujung, Daeng Mawaru dan Bontobatu Daeng Sitaba. Sumber lainnya dari Andi Muhammad Ridwan (1996)5 mencatat bahwa Arungpone ke-24 ini menikahi I Linrung, I Danti, To Bukaka dan lainnya.
Kembali ke anak-anak dari istri kedua La Mappatunru, Besse Langelo, yaitu La Pamulu Daeng Parau Pangulu Joa Arung Pallengoreng, Bau Lebbi' Petta Nyalla, dan Bau Bagenda Petta Solong yang juga dikenal sebagai Petta Janggo. La Pamulu menikah dengan We Dattaro, anak dari La Mappamellang Datu Salomekko & Arung Salangketo dengan istrinya We Tenri Jai Arung Bulo-bulo (Sinjai), lalu lahirlah delapan orang anak yaitu Andi Abdul Wahid Petta Bani, Andi Mallawangeng Petta Bela, Andi Kasi Petta Mase, Andi Lumba Petta Sese, Andi Paduai Petta Mala Arung Mario, Andi Patellui Petta Sau Arung Sumaling, Andi Eppa Petta Solong, dan Andi Mella Petta Wero, Sullewatang Barebbo. Bau Lebbi' menikah dengan Lannaco Dulung Awa Tangka, melahirkan Bau Buana yg kawin dengan La makkuasse Petta Inru kemudian lahirlah Bau Mapparenna Petta Kanang, Bau Mattulada Petta Tangnga dan Bau Welampe Petta Tappa. Sedangkan Bau Bagenda Petta janggo menikah dengan Besse Talle' yang melahirkan Bau Parukku. Salah satu anak La Pamulu yaitu La Patellui Petta Sau, menikah dengan We Buatimo Petta Ungga Arung Saweng yang melahirkan Andi hatile Petta jeppu. Petta Jeppu menikah dengan Petta Kanang lalu lahirlah Andi Mattotorang Petta Rau yang merupakan ayahanda dari mantan Bupati Sinjai 1983-1993, Andi Arifuddin Mattotorang yang juga ayah dari Vokalis Andi Fadly Arifuddin. La Patellui juga kawin dengan I Sabina Daeng Taminne yang melahirkan Andi Makkulau Petta Tone' yang adalah ayahanda mantan Bupati Sinjai 1971-1983, Andi Bintang Makkulau. Anak La Pamulu lainnya, La Paduai Petta Mala juga mempunyai cicit , Andi Koneng Petta Lenna yang merupakan ibunda dari Pejabat Bupari Bone 2018, Andi Bakti Haruni. Selain itu, Putra La Pamulu yaitu La Mallawangeng Daeng Mabela mempunyai cicit Andi Pamulu yang merupakan ayahanda dari Dr. Ir. Muhammad Sapri Pamulu, Direktur Utama, PT. Indah Karya (Persero), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sejak tahun 1961 bergerak di bidang konsultan teknik & manajemen, developer dan industri.
Lanjut ke anak berikutnya, La Pabbenteng Daeng Palawa. Kawin dengan i Nyonynyo Arung Gona yang melahirkan Andi Upe Arung tarasu dan Andi Yahya Petta Suro Arung Gona. Andi Upe melikah dengan dengan Petta Sali lalu lahirlah Andi Tappu Amir Arung kajuara yang kawin dengan Petta Bunga dan lahirlah Jenderal TNi (purn) M. Jusuf, Mantan Menhankam & Panglima ABRI 1987-1983, Andi Cipaung, Andi Mappomole dan Andi Iskandar, ayahanda Andi Herry Iskandar.
Selanjutnya, La Sambaloge Daeng Manabba Petta Makkadangnge Tana, anak La Mappasessu dari strinya I Besse, kawin dengan I Donno Petta Itung Arung Matuju dan lahirlah La Manenreng Arung Matuju yang menikahi We Habibah Arung Lanca yang melahirkan La Massakkirang Arung Macege bersaudara. Arung Macege ini kawin dengan Andi Aminah Arung Pallengoreng lalu lahirlah Andi Sambaloge Petta Nabba Sullewatang Palakka, dan Andi Pajoppo Petta Ottong Sullewatang Tanete Riawang.
Anak lainnya dari istrinya yang bernama I Danti, La Pajoppo Daeng Mangottong, Tomarilaleng Bone juga sebagai Ketua Dewan Adat Tujuh kawin dengan I Buddi Arung Cempa, Camba (Maros) lalu lahir La Parakkasi Arung Pasempe dan La Paduppai Arung Macege. La Paduppai kawin dengan antara lain dengan I Kumala, Wijanna Datu bengo lalu lahirlah I Danti Daeng Tasabbe bersaudara. Petta Sabbe dinikahi oleh La Rowe Arung Timusu, melahirkan Besse Kumala Petta Nisang. Petta Nisang kawin dengan La Passendeng Petta Nabba Sullewatang Timurung lalu lahirlah Andi Baso Pajalangi dan Andi Galigo petta Tompo. Andi Galigo adalah ayahanda dari Bupati Bone sebelumnya Andi idris Galigo (2008-2013) dan Andi Padjalangi adalah ayahanda Bupati Bone sekarang Andi Fahsar M. Padjalangi .
Referensi
- Abduh, M. et al. (1981) Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Selatan. Depdikbud, Jakarta.
- Hadrawi, M. et al (2020). Lontara Sakke, Attoriolong Bone. Penerbit Ininnawa, Makassar
- Milo, T. (1863).Het Leenvorstendon Boni.
- Pamulu, M. (2018) Sejarah Kerajaan & Silsilah Raja-raja Bone. Blog Pribadi, Jakarta.
- Ridwan, A. (1996). Silsilah Keturunan To Appatunru Raja Bone ke-24 Matinroe ri Laleng Bata.