Ciuman
Ciuman adalah perbuatan menekankan bibir seseorang terhadap salah satu anggota tubuh diri sendiri atau orang lain. Pandangan budaya terhadap tindakan mencium sangatlah bervariasi. Sebuah ciuman dapat digunakan untuk menyatakan banyak perasaan, antara lain cinta, gairah, kasih sayang, rasa hormat, salam, persahabatan, dan lain-lain. Dalam beberapa situasi, ciuman adalah isyarat ritual, formal, atau simbolis yang menunjukkan pengabdian, rasa hormat, atau sakramen. Saat ini, ciuman telah menjadi ungkapan umum perasaan kasih sayang pada banyak budaya di berbagai belahan dunia. Namun dalam budaya-budaya tertentu, tindakan berciuman diperkenalkan setelah melakukan kontak dengan budaya Eropa; sebelum kontak tersebut, berciuman bukan aktivitas rutin. Contoh untuk hal ini antara lain termasuk pada masyarakat adat tertentu dari Australia, Tahiti, serta pada berbagai suku di Afrika.[1]
Hubungan pribadi |
---|
Jenis hubungan |
Duda · Istri · Janda · Keluarga · Kumpul kebo · Monogami · Nikah siri · Pacar lelaki · Pacar perempuan · Perkawinan · Poligami · Saudara · Sahabat · Selir · Suami · Wanita simpanan |
Peristiwa dalam hubungan |
Cinta · Ciuman · Kasih sayang · Pacaran · Persahabatan · Pernikahan · Perselingkuhan · Perceraian · Percumbuan · Perjantanan · Persetubuhan · Perzinaan |
Ciuman banyak ditemui dalam berbagai ritual dan agama, tetapi tidak ditemui pada beberapa penduduk dunia karena alasan tertentu. Ciuman memiliki banyak efek positif, tetapi bisa menyebarkan penyakit, seperti demam kelenjar. Berciuman di publik masih tabu di banyak negara dan budaya. Beberapa hewan, seperti primata dan burung, memiliki perilaku seperti berciuman.
Sejarah
Beberapa antropolog mengatakan[kata bersayap] bahwa ciuman adalah intuitif dan instintual, yang berevolusi dari aktivitas seperti menyusui atau premastikasi. Antropolog lain mengatakan bahwa ciuman berupa evolusi dari pemeriksaan kesehatan calon pasangan dengan memeriksa air liur mereka, dan ada juga yang percaya bahwa itu adalah perilaku yang dipelajari.[2]
Menurut Vaughn Bryant, seorang antropolog di Universitas Texas A&M yang meneliti sejarah ciuman, referensi paling awal untuk perilaku seperti berciuman berasal dari Veda, yaitu kitab suci Sansekerta yang menginformasikan agama Hindu, Budha, dan Jainisme, sekitar 3.500 tahun yang lalu.[3]
Puisi Sumeria menyebutkan perilaku berciuman dengan bibir dan lidah:[4]
Bibir saya terlalu kecil, mereka tahu untuk tidak berciuman.
Manisku yang berharga, berbaring di hatiku,
satu demi satu "membuat lidah", satu demi satu.
Ketika manisku yang berharga, dan hati saya, telah berbaring juga,
masing-masing berciuman dengan lidah secara berturut-turut.[5]
Ada sebutan ciuman pada puisi cinta Mesir Kuno yang masih utuh dari Kerajaan Baru, yang ditemukan pada papyri yang digali di Deir el-Medina:
Akhirnya saya akan meminum kehidupan dari bibir Anda
dan bangun dari tidur yang abadi ini.
Hikmat bumi dalam ciuman
dan yang lain di mata Anda.
Saya menciumnya di hadapan orang
agar mereka dapat melihat cintaku.[6]
Dan jika bibir dia menekan bibir saya
Saya menjadi mabuk tanpa anggur.
Ketika kita berciuman, dan bibir dia yang hangat dan setengah buka,
Saya terbang setinggi awan tanpa anggur!
Ciuman dia pada bibir saya, payudara saya, rambut saya...
...Sini! Sini! Sini! Dan cium saya ketika saya meninggal dunia,
Untuk kehidupan, yang menarik, ada di napas engkau;
Dan pada ciuman itu, walaupun saya berada di kubur,
Saya akan bangkit dan mematahkan ikatan Kematian.[7]
Referensi ciuman paling awal pada Perjanjian Lama berada dalam Kejadian 27:26, ketika Yakub menipu ayahnya untuk memperoleh berkatnya:
Setelah itu Ishak, ayahnya, berkata kepadanya, “Ke marilah dan ciumlah aku, anakku.”
Kejadian 29:11 menampilkan ciuman antara laki-laki dan perempuan pertama di Alkitab, ketika Yakub melarikan diri dari Esau dan pergi ke rumah pamannya (Laban):
Lalu Yakub mencium Rahel dan menangis dengan suara nyaring.
Setelah waktu yang lama, ada surat yang sering dikutip, yaitu Kidung Agung 1:2:
Biarlah ia mencium aku dengan ciuman bibirnya!
Karena cintamu lebih nikmat daripada anggur.[8][9]
Di Cyropaedia (370 SM), Xenophon menulis tentang kebiasaan Persia berciuman di bibir sebelum pergi ketika menarasikan kepergian Cyrus the Great (Koresh Agung) (c. 600 SM) sebagai sebuah anak laki-laki dari kerabat Mede-nya.[10] Menurut Herodotus (abad ke-5 SM), ketika kedua orang Persia bertemu, rumus salamnya mengekspresikan statusnya. Mereka tidak berbicara, namun mereka mencium satu sama lain di mulut untuk orang dengan status yang sama, dan jika seorang sedikit lebih buruk daripada yang lain, ciumannya diberikan di pipi.[11][12]
Di zaman Klasik, ciuman kasih sayang mulut-ke-mulut pertama dideskripsikan di karya sastra Hindu Mahabharata.
Vaughn Bryant, seorang antropolog, berpendapat bahwa tradisi ciuman menyebar dari India ke Eropa setelah Alexander the Great menaklukkan beberapa bagian Punjab di India bagian utara pada 326 SM.[13]
Orang Romawi sangat menyukai ciuman, dan mereka membicarakan beberapa jenis ciuman. Ciuman tangan atau pipi disebut osculum. Ciuman di bibir dengan mulut tertutup disebut basium, yang dilakukan oleh kerabat dengan kerabat lain. Ciuman gairah disebut suavium.[14]
Ciuman tidak hanya berupa ekspresi eros, atau cinta, tetapi juga bisa menampilkan rasa hormat dan status, seperti di Eropa pada Abad Pertengahan.
Studi ciuman dimulai kira-kira di abad ke-19 dan dinamai filematologi, yang sudah distudi oleh para peneliti, seperti Cesare Lombroso, Ernest Crawley, Charles Darwin, Edward Burnett Tylor, dan oleh sarjana modern, seperti Elaine Hatfield.[15][16]
Asal usul
Asal usul ciuman dipelajari di awal abad ke-20 oleh sejarawan alam Ernest Crawley. Ia menulis bahwa ciuman adalah ekspresi universal dalam kehidupan sosial yang mewakili perasaan kasih sayang, cinta (cinta seksual, cinta orang tua, cinta anak), dan penghormatan. Menurut Crawley, sentuhan adalah "ibu dari perasaan," dan ciuman merupakan bentuk sentuhan yang menunjukkan hubungan yang intim.[17] Menurutnya, ciuman sangat jarang terjadi di masyarakat yang rendah dan setengah-beradab, dan lebih banyak dilakukan dalam masyarakat yang lebih beradab. Namun di antara peradaban-peradaban tingkat tinggi, ada suatu perbedaan: di Mesir Kuno ciuman tampaknya tidak dikenal, tetapi ciuman banyak dilakukan di Yunani, Assyria, dan India.[17]
Ciuman cinta, menurut antropolog abad ke-19, Cesare Lombroso, berasal dan berkembang dari ciuman keibuan.[18] Crawley mendukung pandangan ini dengan menyatakan bahwa masyarakat Jepang, sebelum abad ke-20 tidak melakukan ciuman kecuali ibu kepada anaknya, sedangkan di Afrika dan daerah lain sudah biasa dilakukan ciuman antara suami dan istri, atau antarkekasih.[17] Ciuman dalam masyarakat Barat digunakan dalam berbagai upacara dan acara keagamaan karena ciuman dianggap sebagai tindakan suci. Secara umum, meskipun telah ada sejak zaman primitif, ciuman mengalami banyak perkembangan dalam budaya Barat.[17]
Pada masa modern, para ilmuwan melakukan pemindaian otak pada orang-orang ketika sedang melakukan hubungan romantis. Beberapa studi menunjukan bahwa setelah "kencan pertama yang sempurna," sebuah sistem di dalam otak menjadi aktif dan itu sama dengan ketika seseorang mengonsumsi kokain. Dalam studi mengenai kasih sayang antara para kekasih, ketika peserta melihat foto pasangan mereka, otak mereka dibanjiri dopamin, bahan kimia internal yang dilepaskan ketika seseorang melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan.[19]
Jenis
Kristoffer Nyrop, menjelaskan lima jenis ciuman utama: ciuman cinta, ciuman kasih sayang, ciuman kedamaian, ciuman penghormatan, dan ciuman persahabatan. Ia mengakui, bagaimanapun, bahwa kategori ini agak dibuat-buat dan tumpang tindih, dan bahkan budaya lain memiliki lebih banyak jenis ciuman, misalnya Prancis (dua puluh), dan Jerman (tiga puluh).[20]
Ekspresi kasih sayang
Mencium bibir orang lain telah menjadi ekspresi umum kasih sayang atau salam hangat dalam banyak budaya. Namun, dalam budaya tertentu, ciuman hanya diperkenalkan melalui penjajahan Eropa, yang sebelumnya tidak sering dilakukan. Ini mencakup masyarakat adat tertentu di Australia, Tahiti, dan banyak suku di Afrika.[21]
Sebuah ciuman bisa digunakan untuk mengekspresikan perasaan tanpa elemen erotik, namun tetap saja "jauh lebih dalam dan abadi", Nyrop menulis. Dia menambahkan bahwa ciuman tersebut bisa mengekspresikan cinta "dalam arti kata yang paling luas dan komprehensif, yang membawa pesan kasih sayang yang setia, rasa terima kasih, simpati, dan kegembiraan dan kesedihan yang mendalam."[20]
Nyrop juga mengungkapkan bahwa contoh yang paling sering ditemukan adalah "perasaan intens yang mengikat orang tua dengan anaknya". Dia juga menambahkan bahwa ciuman kasih sayang tidak hanya umum antara orangtua dan anak, namun juga umum antara anggota keluarga lain, yang bisa melibatkan orang lain di luar keluarga, "segala situasi dimana kasih sayang yang mendalam menyatukan orang".[20] Tradisi ini ditulis di Alkitabː ketika Esau menjumpai Yakub, dia memeluknya, dan bersandar di lehernya, dan menciumnya (Kejadian 33ː4), Musa menyapa ayah mertuanya dan menciumnya (Keluaran 18ː7), dan Orpa mencium ibu mertuanya sebelum meninggalkannya (Rut 1:14). Ciuman keluarga berupa tradisi Roma dan ciuman kasih sayang sering disebutkan oleh orang Yunani kuno, seperti ketika Odisseus, ketika dalam perjalanan ke rumah, bertemu dengan penggembalaya yang setia.[20]
Afeksi/kasih sayang bisa menjadi penyebab ciuman "dalam segala sejarah pada momen yang menyedihkan dan serius," mencatat Nyrop, "tidak hanya antara orang yang mencintai satu sama lain, tetapi juga sebagai ekspresi kasih sayang mendalam. Ketika Paulus dari Tarsus pergi meninggalkan pemimpin jemaat di Efesos, "mereka semua menangis tersedu-sedu sambil memeluk dan mencium dia" (Kisah Para Rasul 20:37)". Ciuman juga bisa dilakukan antara orang yang tidak mengenal satu sama lain, seperti ketika ada simpati yang dalam dengan atau minat yang hangat pada orang lain.[20]
Dalam dongeng, ciuman kasih sayang kadang-kadang memainkan peran penting, contohnya untuk memasang mantra atau untuk mematahkan kutukan jahat, kadang-kadang juga untuk mengembalikan seseorang ke wujud aslinya. Kekuatan ciuman ditemukan dalam berbagai literatur di berbagai negara, misalnya dalam roman Prancis kuno (Lancelot, Guiglain, Tirant le blanc) ketika sang putri diubah oleh kekuatan jahat menjadi naga yang mengerikan dan hanya bisa kembali menjadi manusia jika ada ksatria gagah berani yang menciumnya. Dalam cerita "Si Cantik dan Si Buruk Rupa (La Belle et la Bête)," seorang pangeran yang diubah menjadi monster dicium oleh seorang gadis dan kembali menjadi manusia.[20]
Ciuman kasih sayang juga bisa terjadi setelah kematian. Pada Kejadian 50:1, dituliskan bahwa ketika Yakub mati, "Yusuf merebahkan diri pada wajah ayahnya, dan dia menangis di atasnya, dan dia menciuminya." Dalam Islam, ada hadis tentang Abu Bakar (murid, ayah mertua, sekaligus penerus Muhammad) yang menceritakan bahwa ketika sang nabi wafat, Abu Bakar pergi ke dalam kemah Muhammad, menyingkap wajahnya, dan menciumnya.[22] Nyrop menulis bahwa "ciuman adalah bukti kasih sayang terakhir yang dapat kita berikan kepada orang yang kita kasihi. Di zaman kuno, ciuman dipercaya akan ikut menyertai manusia ke dunia bawah."[20]
Ciuman di bibir juga bisa menjadi ekspresi fisik kasih sayang atau cinta antara 2 orang, yang melibatkan sensasi sentuhan, rasa, dan bau.[23] Menurut psikolog Menachem Brayer, meskipun banyak "pembelaian mamalia, burung, dan serangga" yang terlihat seperti ciuman kasih sayang, pembelaian tersebut bukan ciuman menurut pengertian manusia.
Survei menemukan bahwa ciuman merupakan sentuhan intim paling umum kedua untuk remaja di Amerika Serikat (setelah berpegangan tangan), dan bahwa 85% remaja 15–16 tahun di Amerika Serikat telah berciuman.[24]
Ciuman di bibir (non-romantis)
Ciuman di bibir bisa dilakukan antara dua teman atau keluarga. Ini bertujuan untuk mengekspresikan kasih sayang untuk seorang teman. Berbeda dengan ciuman untuk cinta, ciuman persahabatan tidak memiliki konotasi seksual. Ciuman di bibir adalah tradisi yang bisa ditemukan pada masa patriark (Alkitab).[25] Di Yunani Kuno, ciuman di mulut diugnakan untuk mengekspresikan konsep ekualitas (persamaan) antara orang dengan status yang sama.[26] Pada Abad Pertengahan, ciuman perdamaian direkomendasikan oleh Gereja Katolik Roma.[27] Ciuman di bibir umum dilakukan antara ksatria.[26] Gestur ini sekarang menjadi populer untuk orang muda, terutama di Inggris.[28][29]
Ciuman romantis
Kebiasaan remaja berciuman pada kencan atau mengikuti permainan ciuman dengan teman dianggap biasa dalam banyak budaya. Permainan tersebut bertujuan untuk memecahkan penghalang sosial (icebreaker) pada berbagai pesta dan mungkin merupakan pengalaman seksualitas pertama untuk beberapa peserta. Ada banyak permainan ciuman, seperti Truth or Dare?, Seven Minutes in Heaven (atau variasinya "Two Minutes in the Closet"), Spin the Bottle, Post Office, dan Wink.
Psikolog William Cane mencatat bahwa ciuman di budaya Barat sering berupa tindakan romantis dan mendeskripsikan bebarapa sifatnya:
Tidak sulit untuk mengetahui apakah dua orang sedang jatuh cinta. Mungkin mereka mencoba untuk menyembunyikannya dari dunia, namun mereka tidak bisa menyembunyikan kegembiraan batin mereka. Pria akan memberikan diri mereka sendiri dengan gemetar bersemangat di otot-otot rahang bawah saat melihat kekasih mereka. Wanita sering memucat segera setelah melihat kekasih mereka dan kemudian menjadi sedikit merah di wajah saat kekasih mereka mendekat. Inilah efek kedekatan fisik pada dua orang yang sedang jatuh cinta.[30]
Ciuman romantis di budaya Barat berupa perkembangan yang relatif baru dan jarang disebut bahkan di literatur Yunani kuno. Pada Abad Pertengahan, ciuman menjadi gestur sosial dan dianggap sebagai tanda penyempurnaan kelas atas.[23] Budaya lain memiliki definisi dan penggunaan ciuman yang berbeda, dicatat Brayer. Misalnya, di Tiongkok, ekspresi kasih sayang yang identik berupa menggosokkan hidung terhadap pipi orang lain. Pada budaya Timur lain, ciuman jarang ditemui. Pada zaman dahulu, di negara Asia Tenggara, "ciuman mengendus" adalah jenis afeksi yang paling banyak digunakan dan ciuman mulut ke mulut seperti di Barat hanya digunakan untuk foreplay/pemanasan seksual. Pada beberapa budaya tribal/suku, "ekuivalen 'cium saya' adalah 'cium bau saya'".[31]
Ciuman bisa menjadi ekspresi cinta dan emosi erotik yang penting. Di bukunya The Kiss and its History (Ciuman dan Sejarahnya), Kristoffer Nyrop mendeskripsikan ciuman cinta sebagai "pesan gembira kerinduan cinta, cinta yang selalu muda, keinginan panas sebagai ibadah yang membakar, yang lahir pada bibir pecinta, dan 'naik', seperti yang dikatan Charles Fuster, 'sampai langit biru dari tanah hijau', seperti persembahan terima kasih yang lembut dan gemetar." Nyrop menambahkan bahwa ciuman cinta "kaya akan janji, memberikan perasaan memabukkan akan kebahagiaan, keberanian, dan masa muda yang tak terbatas, dan oleh karena itu, melampaui semua kesenangan duniawi lainnya dalam keagungan".[20] Dia juga membandingkannya dengan pencapaian di kehidupan: "Oleh karena itu, karya seni tertinggi, dan reputasi tertinggi, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ciuman yang penuh semangat dari perempuan yang dia cintai".[20]
Kekuatan ciuman tidak dikurangi ketika dia menulis bahwa "kita semua merindukan ciuman dan memintanya; dan sia-sia untuk berjuang melawan hasrat ini. Tidak ada yang bisa lolos dari omnipotensi ciuman ..." Berciuman, dia menyiratkan, dapat menuntun seseorang menuju kedewasaan: "Melalui ciuman itulah pengetahuan tentang kehidupan dan kebahagiaan pertama kali datang kepada kita. Runeberg mengatakan bahwa para malaikat bersukacita atas ciuman pertama yang dilakukan oleh sepasang kekasih", dan dapat membuat seseorang tetap merasa awet muda: "Itu membawa kehidupan bersamanya; itu bahkan menganugerahkan karunia awet muda". Pentingnya ciuman kekasih juga bisa signifikan, dia mencatat: "Pada kasus kekasih, ciuman adalah segalanya; itu adalah alasan kenapa pria mempertaruhkan semuanya untuk sebuah ciuman", dan "pria mendambakannya sebagai hadiah yang paling mulia".[20]
Oleh karena itu, ciuman, sebagai ekspresi kasih sayang, ada di banyak literatur, baik yang lama, maupun yang baru. Nyrop memberikan contoh nyata dalam kisah cinta klasik Daphnis dan Chloe. Sebagai hadiah, "Chloe memberikan ciuman pada Daphnis—ciuman seorang pelayan muda yang tidak bersalah, tetapi memiliki efek sengatan listrik padanya":[20]
Kepada Tuhan, apa perasaan saya. Bibir dia lebih lembut daripada daun mawar, mulut dia semanis madu, dan ciuman dia membuatku lebih sakit daripada sengatan lebah. Saya sering mencium anakku, saya sering mencium kambingku, namun saya tidak pernah mengenai apapun seperti ini. Jantung saya berdebar dengan cepat, hati saya berdenyut; seperti ketika saya akan mati lemas, namun, saya tetap menginginkan ciuman lagi. Sakit yang aneh dan tidak disangka! Saya penasaran, apakah Chloe meminum racun sebelum dia mencium saya? Bagaimana dia tidak mati karenanya?
Untuk mencapai tingkat yang romantis, ciuman biasanya memerlukan privasi. Menurut Cane, ciuman romantis memerlukan lebih dari kedekatan sederhana dan juga perlu adanya keintiman atau privasi (seperti melangkah ke samping jalan sibuk atau trotoar).[30] Psikolog terkenal Wilhelm Reich "mengecam masyarakat" karena tidak memberikan para pemuda cukup privasi dan membuat mereka sulit untuk hanya bersama kekasihnya.[30] Namun, Cane menjelaskan betapa banyaknya pencinta tetap bisa mencapai keromantisan meskipun berada di tempat umum. Dia menambahkan, "Dengan cara ini mereka dapat berciuman di depan umum bahkan di sebuah plaza yang ramai dan tetap romantis."[30] Meskipun demikian, ketika orang diminta untuk menggambarkan tempat mereka berciuman yang paling romantis, jawaban mereka hampir selalu merujuk kepada tempat-tempat yang sepi, misalnya kebun apel, pantai, padang tempat melihat bintang, atau kolam di daerah terpencil.[30]
Ciuman sebagai ritual
Sepanjang sejarah, sebuah ciuman telah menjadi gestur ritual, formal, simbolik, atau sosial yang menampilkan kesetiaan, penghormatan, atau penyapaan. Ciuman muncul sebagai ritual atau simbol kesetiaan agama. Contohnya, dalam kasus mencium lantai kuil, buku kitab, atau ikon agama. Selain kesetiaan, ciuman juga bisa mengindikasikan subordinasi, atau untuk sekarang, penghormatan.
Pada zaman modern, tradisi ini terus berlanjut, seperti dalam kasus pengantin berciuman pada akhir upacara pernikahan, atau pemimpin nasional mencium satu sama lain pada perkenalannya, dan dalam berbagai situasi lain.
Agama
Ciuman umum ditemukan dalam agama. Dalam beberapa kebudayaan, ciuman merupakan simbol penghormatan, seperti para Anglo-Saxon yang mencium Alkitab. Dalam periode awal Kristen dan Islam, ciuman menjadi suatu ritual, dan hingga kini masih dianggap seperti itu dalam kegiatan tertentu, seperti ketika mencium kaki Paus, relik, atau cincin uskup.[23] Pada Judaisme, orang sering mencium kitab Taurat, buku ibadah, dan tallit.[32] Crawley menyatakan bahwa ciuman sangatlah penting dalam agama untuk menunjukkan bahwa ciuman adalah suatu ritual. Di Gereja, ritual ciuman dilakukan setelah prosesi pembaptisan, juga sebagai penghormatan kepada orang-orang suci dan pahlawan agama. Crawley mencontohkan, "Yusuf mencium Yakub, dan Paulus dicium oleh murid-muridnya. Yusuf mencium ayahnya yang telah meninggal," dan kebiasaan ini dipertahankan dalam peradaban kita sebagai ciuman perpisahan pada saudara yang telah meninggal, walaupun sekte tertentu melarang hal ini.[17]
Ada unsur khas dalam ritual Kristen yang diamati oleh Justin pada abad kedua dan kini disebut sebagai ciuman perdamaian/kudus, yang dulu berupa ritual pada misa primtiif. Conybeare berpendapat bahwa ciuman ini berasal dari Sinagog Yahudi sementara Philo, filsuf Yahudi kuno menyebutnya ciuman kerukunan. Crawley menjelaskan, "Firman Allah membawa permusuhan bersama dengan kerukunan dan ciuman cinta."[17] Santo Siril juga menulis bahwa "ciuman ini adalah tanda bahwa jiwa kita bersatu, dan bahwa kita membuang semua ingatan tentang luka."[17]
Dalam Islam, kaum Muslim berusaha untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad ketika melaksanakan ibadah haji atau umrah. Mereka melakukannya karena mengikuti apa yang dilakukan oleh Muhammad.[33]
Ciuman perdamaian
Ciuman perdamaian digunakan sebagai ungkapan cinta rohani yang mendalam dalam Gereja Kristen primitif. Kristus berkata, "Damai bersamamu, damaiku untukmu" dan kemudian anggota Gereja Kristus saling memberikan kedamaian simbolis melalui ciuman. Santo Paulus berulang kali berbicara tentang "ciuman suci". Dalam suratnya kepada orang Romawi, dia menulis: "Hormatilah sesama manusia dengan ciuman suci," sedangkan dalam surat pertamanya ke Tesalonika, (1 Tesalonika 5:26) ia mengatakan: "Salam semua saudara dengan ciuman suci."[20]
Ciuman suci juga digunakan dalam perayaan sekuler. Pada Abad Pertengahan, orang-orang menunjukkan perdamaian dengan cara berciuman, bahkan para ksatria saling berciuman sebelum pergi berperang dan saling memaafkan kesalahan masing-masing. Ciuman suci juga ditemukan dalam ritual gereja, misalnya pembaptisan, pernikahan, pentahbisan, penguburan. Seiring berakhirnya abad pertengahan, ciuman tidak lagi digunakan sebagai tanda resmi perdamaian.[20]
Ciuman penghormatan
Ciuman penghormatan telah dipraktikkan oleh orang-orang pada masa kuno untuk menghormati dewa, raja dan kaisar, kuil dan altar. Untuk menunjukan penghormatan, orang-orang juga mencium tanah. Selain itu matahari dan bulan juga disalami dengan ciuman.[20]
Ketika nabi Hosea menyesalkan kebodohan orang Israel, ia menyebutkan bahwa mereka menciumi patung sapi. (Hosea 13:2) Pada masa kuno, orang-orang menciumi tangan, kaki, dan mulut patung yang menjadi sesembahan mereka. Cicero menulis bahwa bagian bibir dan janggut patung Herkules di Agrigentum selalu diciumi oleh para penyembahnya.[20]
Ciuman pada salib dengan patung Yesus dianggap sebagai sesuatu yang suci. Di beberapa negara hal itu wajib dilakukan, ketika melakukan sumpah bahwa yang akan dikatakan adalah benar. Selain itu, orang Kristen juga menciumi patung Bunda Maria dan para Santo.[20] Nyrop mencatat bahwa "sebagai amal terakhir, gambar Penebus dikasih kepada orang yang akan mati atau dihukum mati untuk dicium." Mencium salib dianggap memberikan anugerah/berkat dan kebahagiaan; orang mencium gambar Maria dan gambar dan patung santo—tidak hanya gambar mereka, "bahkan relik mereka dicium", mencatat Nyrop. "Mereka menggabungkan jiwa dan badan". Ada banyak sekali legenda bahwa orang yang sakit akan sembuh dengan mencium relik, mereka menunjukkan.[20]
Ciuman penghormatan juga mewakili kerendahan hati dan rasa hormat. Ciuman ini dilakukan secara luas pada zaman kuno, dan Nyrop memberikan contoh: "Orang-orang melemparkan diri ke tanah di depan pemimpin mereka dan menjilati jejak kakinya."[20] "Hampir dimana saja, ketika orang berstatus rendah bertemu dengan orang berstatus tinggi, kita melihat ciuman penghormatan. Pada masa Romawi, para budak menciumi tangan tuan mereka; murid mencium gurunya dan prajurit mencium kaptennya".[20] Orang-orang juga mencium tanah sebagai tanda rasa syukur ketika kembali ke tempat asalnya, misalnya ketika Agamemnon kembali setelah Perang Troya. Pada masa modern, ciuman penghormatan sudah jarang dilakukan kecuali di gereja.[20]
Ciuman persahabatan
Ciuman juga umum digunakan dalam budaya Amerika dan Eropa sebagai salam antara teman atau kenalan. Ciuman ramah ini sekarang umum dilakukan di antara pria dan wanita. Menurut Nyrop, sebelum abad ke-20, ciuman ini jarang dilakukan di antara pria kecuali oleh keluarga kerajaan, tetapi dia mencatat pada zaman dahulu, "untuk kami, ciuman persahabatan sangat sering dilakukan antara sesama laki-laki dan sesama pria dan wanita". Misalnya, pada serikat pekerja, pesertanya biasa menyapa peserta lain "dengan jabat tangan yang hangat dan ciuman yang cepak", dan, setelah makan, orang-orang berterima kasih dan mencium tuan dan nyonya rumahnya.[20]
Pentingnya dalam budaya
Pada ~10% populasi dunia, ciuman tidak dilakukan, untuk alasan yang beragam, antara lain karena mereka menganggap ciuman kotor atau karena alasan bertakhayul. Contohnya, di beberapa bagian Sudan, orang memercayai bahwa mulut adalah pintu gerbang menuju jiwa. Oleh karena itu, mereka tidak mau mengundang kematian atau mengisap roh orang lain.[2] Profesor psikologi Elaine Hatfield mencatat bahwa "berciuman masih jauh dari universal dan bahkan dianggap tidak pantas oleh banyak masyarakat".[34] Walaupun ciuman sering dilakukan, di berbagai bagian dunia, berciuman di publik masih tabu dan sering disensor di film atau di media lain.
Sebagai tema di seni
Asia Selatan
Tayangan ciuman bibir jarang terjadi di Bollywood sampai tahun 1990-an, walaupun ciuman ada pada lahirnya Bollywood.[35] Ini bisa nampak kontradikatif karena ciuman dipercayai berasal dan menyebar dari India.[36]
Asia Timur Tengah
Ada juga aturan religi di sebagian masyarakat Muslim yang mengatur orang mana yang boleh dicium. Di Republik Islam Iran, seorang pria yang mencium atau menyentuh perempuan yang bukan istri atau tetangga dia bisa dihukum, seperti dicambuk sampai 100 kali, atau bahkan masuk penjara.[37]
Asia Timur
Donald Richie mengomentari bahwa di Jepang, seperti Tiongkok, walaupun ciuman dilakukan pada situasi erotik, di publik "ciumannya tidak nampak", dan "sentuhan bibir tidak pernah menjadi tindakan yang biasa dilakukan seperti di Eropa dan Amerika sejak dulu". Film awal Edison, The Widow Jones – the May Irwin-John Rice Kiss (1896), membuat sensasi ketika ditayangkan di Tokyo, dan orang-orang berkerumunan utnuk melihatnya. Dan patung The Kiss oleh Rodin tidak ditampilkan di Jepang sampai setelah Perang Pasifik.[38] Pada tahun 1900-an, suku Manchu pada Sungai Amur menganggap berciuman di publik jijik.[39] Dalam situasi yang identik dalam tradisi Tiongkok, ketika pria Tiongkok melihat perempuan Barat mencium pria di publik, mereka mengira bahwa perempuannya merupakan pelacur.[40]
Praktik kontemporer
Dalam budaya Barat modern, ciuman bibir adalah ekspresi kasih sayang[41] atau salam hangat yang umum. Ketika bibir ditekan untuk waktu yang lama, yang biasanya disertai dengan pelukan, itu merupakan ekspresi keinginan romantis dan seksual. Ciuman dengan mulut yang terbuka, untuk memungkinkan masuknya lidah ke mulutnya atau mengisap bibirnya disebut ciuman Prancis. "Making out" sering berupa pengalaman pertama seksualitas oleh remaja dan permainan yang melibatkan ciuman memfasilitasikan pengalamannya, seperti Spin the Bottle (putar botolnya). Orang bisa mencium anaknya di kepala untuk menenangkan anak atau di pipi/bibir untuk mengekspresikan kasih sayang.
Dalam budaya Timur modern, tata caranya bervariasi dari wilayah ke wilayah. Di Asia Barat, ciuman bibir antara pria dan perempuan adalah bentuk salam yang umum. Di Asia Selatan dan Timur, ciuman mungkin dilakukan untuk menyapa sesama perempuan, namun ciuman antara pria untuk salam dianggap aneh. Mencium bayi di pipinya adalah ekspresi kasih sayang yang umum. Sebagian besar ciuman antara pria dan perempuan berada di pipi dan bukan di bibir, kecuali jika mereka terlibat secara romantis.
Ciuman di film
Ciuman romantis pertama yang ditayangkan adalah di film sunyi Amerika pada 1896, The Kiss. Ciumannya berlangsung selama 18 detik dan menyebabkan banyak orang untuk memprotes dekadensi pada medium baru film sunyi. Penulis Louis Black menulis bahwa "Amerika Serikat-lah yang mengeluarkan ciuman dari Abad Kegelapan".[42] Namun, itu mendapat ketidaksetujuan yang parah oleh para pembela moralitas publik, terutama di New York. Sebuah pengriktik memproklamasikan bahwa "ini sangat menjijikan. Hal seperti ini memanggil gangguan polisi".[42]
Penonton film muda mulai meniru aktor romantik pada layar, seperti Ronald Colman dan Rudolph Valentino. Rudolph Valentino dikenal untuk mengakhiri adegan bergairahnya dengan berciuman. Valentino juga memulai adegan romantis dengan perempuan dengan mencium tangan mereka, dan kemudian menciumnya pada leher belakangnya. Oleh karena itu, berbagai aktris, seperti Nazimova, Pola Negri, Vilma Bánky, dan Greta Garbo, menjadi idola layar.
Pada akhirnya, industri film mulai mengadopsi diktasi Kode Produksi yang didirikan pada 1934, yang diawasi Will Hays dan didukung oleh gereja[yang mana?].[butuh rujukan] Menurut kode baru, "Ciuman yang bergairah atau terlalu banyak, pelukan bergairah, postur dan gestur sugestif, tidak boleh ditampilkan".[42] Oleh karena itu, adegan ciuman diperpendek dan dipotong, membiarkan imaginasi penonton untuk mengambil alih. Dalam kode, kaki aktor yang berciuman harus tetap di tanah, dan aktor harus berdiri atau duduk ketika berciuman.[43]
Masa kejayaan ciuman romantis pada layar berada pada era suara awal, ketika Zaman Emas Hollywood pada tahun 1930-an dan 1940-an.[44] Bahasa badan mulai digunakan untuk menyertai adegan romantis, terutama mata, talenta yang meningkatkan popularitas Greta Garbo. Pengarang Lana Citron menulis bahwa "pria dianggap pencium dan perempuan penerimanya. Ketika perannya dibalik, perempuan dianggap vampir . . .".[43] Menurut Citron, Mae West dan Anna May Wong adalah aktris Hollywood satu-satunya yang tidak pernah berciuman pada sebuah film.[43] Film yang dinilai memiliki ciuman yang paling romantis antara lain Gone with the Wind (Hilang dengan Angin), From Here to Eternity (Dari Sini menuju Keabadian), Casablanca, and To Have and Have Not.[43]
Sosiolog Eva Illouz mencatat bahwa survei yang diadakan pada 1935 menemukan bahwa "cinta adalah tema terpenting yang direpresentasikan dalam film. Survei serupa pada tahun 1930-an menemukan bahwa 95% film memiliki percintaan sebagai salah satu plotnya, yang dipanggil oleh pengkritik film sebagai "rumus romantis".[45]
Pada film Jepang awal, ekspresi seksual dan berciuman memicu kontroversi. Pada 1931, seorang direktur menyelipkan adegan ciuman melewati penyensor (yang merupakan temannya), namun ketika filmnya ditayangkan di sebuah teater pusat kota Tokyo, penayangannya dihentikan dan filmnya disita. Ketika pendudukan Jepang oleh Amerika, pada 1946, penyensor dari Amerika mengharuskan film untuk memasukkan adegan ciuman. Seorang pelajar mengatakan bahwa penyensor mengusulkan bahwa "kami percaya bahwa orang Jepang melakukan sesuatu seperti berciuman ketika mereka mencintai satu sama lain. Kenapa Anda tidak memasukkannya pada film Anda?" Orang Amerika mendorong adegan ini untuk memaksa orang Jepang untuk mengekspresikan secara publik tindakan dan perasaan yang sebelumnya dianggap sangat pribadi. Sejak Pearl Harbor, orang Amerika merasa bahwa orang Jepang "diam-diam" dan mengklaim bahwa "jika orang Jepang berciuman di setting pribadi, mereka seharusnya juga melakukannya di publik".[46]
Ciuman non-seksual
Pada sebagian budaya Barat, mencium seseorang pada Natal atau Tahun Baru dianggap memberikan keuntungan, terutama di bawah tangkai mistletoe. Pasangan yang baru menikah biasanya berciuman pada akhir perayaan pernikahan.
Teman dan kenalan perempuan biasanya menawar ciuman timbal balik di pipi sebagai salam atau ketika berpamit.[47] Ketika ciuman pipi dilakukan, di sebagian negara, 1 ciuman adalah kebiasaan, namun di negara lain, ciuman di setiap pipi adalah kebiasaan, atau 3/4 ciuman pada pipi. Di Amerika Serikat, penggunaan ciuman jauh meningkat. Ini melibatkan ciuman pada udara sekitar pipi, dengan pipi yang bersentuhan atau tidak.[48] Setelah kencan pertama, kekasih umum memberikan ciuman pipi satu sama lain (atau bibir di mana ini umum) ketika berpisah, untuk mengindikasikan bahwa waktu yang baik telah dimiliki dan mungkin untuk mengindikasikan keinginan untuk bertemu lagi.
Ciuman simbolik sering dilakukan pada budaya Barat. Sebuah ciuman bisa "ditiup" ke orang lain dengan mencium jari dan kemudian meniup jarinya ke penerima. Ini digunakan untuk menyampaikan kasih sayang, biasanya ketika berpisah atau ketika jarak antara kekasih jauh namun bisa melihat satu sama lain. Ciuman juga ditiup ketika seorang menginginkan untuk menyampaikan kasih sayang kepada kerumunan besar atau para penonton. Istilah ciuman melayang digunakan di India untuk mendeskripsikan ciuman yang ditiup. Dalam korespondensi tertulis, ciuman diwakili oleh huruf "X" sejak setidaknya 1763.[49] Ciuman di panggung atau layar bisa dilakukan dengan benar-benar berciuman, atau dipalsukan dengan menggunakan ibu jari sebagai penghalang bibir dan memutar, jadi para penonton tidak bisa melihat tindakan dengan penuh.
Beberapa literatur menemukan bahwa banyak umat manusia tidak berciuman.[50] Telah diklaim bahwa di Afrika Sub-Sahara, Asiatik, Polinesia, dan mungkin di beberapa penduduk asli Amerika, ciuman tidak penting sampai kolonisasi Eropa.[51][52] Namun, pada sejarah, budaya ciuman diperkirakan dimulai di dan menyebar dari dunia Timur, khususnya India.[36]
Untuk orang Andaman, ciuman hanya digunakan sebagai tanda kasih sayang kepada anak dan tidak mempunyai makna seksual.[53]
Legalitas berciuman di publik
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. (March 2017) |
Pada 2007, dua orang didenda dan dipenjara untuk sebulan setelah berciuman dan berpelukan di publik di Dubai.[54]
Di India, pemeran kemesraan berupa tindak pidana dalam Bagian 294 KUHP India, 1860 dengan hukuman penjara maksimal 3 bulan, atau denda, atau keduanya. Hukum ini digunakan oleh polisi dan pengadilan bawah untuk mengganggu dan menuntut kekasih yang melakukan tindakan intim, seperti berciuman di publik.[55][56] Namun, dalam sejumlah kasus penting, pengadilan tinggi menolak pernyataan bahwa berciuman di depan umum cabul.[57]
Dalam agama
Pada periode alkitabiah, ciuman disebutkan pada Kejadian 27:26, ketika Ishak mencium Yakub, anaknya.[58] Ciuman dilakukan dalam berbagai konteks lain di Alkitab, antara lain ciuman penghormatan, dalam Ester 5:2; ciuman penaklukan, di 1 Samuel 10:1; ciuman rekonsiliasi, dalam 2 Samuel 14:33; ciuman valediksi, dalam Rut 1:14; ciuman approbasi, dalam Mazmur 2:12; ciuman rasa syukur dan rendah hati, dalam Lukas 7:38; ciuman persalaman, dalam Keluaran 18:7; dan ciuman cinta dan sukacita, dalam Kejadian 20:11. Ada juga ciuman spiritual, seperti dalam Kidung Agung 1:2; ciuman sensual, seperti dalam Amsal 7:23; dan ciuman hipokritikal, seperti dalam 2 Samuel 15:5. Ciuman mulut an janggut adalah kebiasaan pada periode alkitabiah. Ciuman janggut masih dilakukan pada budaya Arab. Ciuman tangan tidak berasal dari Alkitab, menurut Tabor.[58] Ciuman persahabatan adalah kebiasaan rasul, dan tetap menjadi salah satu ritual dalam pelayanan Perjamuan Kudus Katolik Roma.[58]
Dalam Ordo Misa Katolik Roma, selebran uskup atau imam membungkuk dan mencium altar, dan menghormatinya, setelah tiba di altar selama prosesi masuk sebelum Misa dan setelah meninggalkan tempat istirahat pada penutupan Misa; jika seorang diaken sedang membantu, dia membungkuk rendah di depan altar, namun tidak menciumnya.
Pada kebudayaan primitif, memberikan ciuman kepada matahari, bulan, dan patung-patung dewa merupakan hal yang biasa. Ciuman tangan dilaporkan dimulai di Persia.[58] Menurut Tabor, ciuman penghormatan—karakter yang tidak disebutkan dalam Alkitab—mungkin berada di dahi, dan menunjukkan rasa hormat yang tinggi.[58]
- Pada Roma Kuno dan beberapa penyembah berhala modern, ketika orang melewati patung atau gambar Tuhan, mereka mencium tangannya dan melambaikannya kepada dewa (adorasi).
- Ciuman suci atau ciuman kudus berupa tradisi sebagian besar liturgi Kristen, walaupun sekarang sering diganti dengan pelukan atau jabat tangan pada budaya Barat.
- Dalam injil Matius dan Markus (Lukas dan Yohanes mengabaikan ini), Yudas mengkhianati Yesus dengan sebuah ciuman. Ini adalah sebuah kasus ciuman yang dicemari pengkhianatan, dan merupakan dasar dari istilah "ciuman Yudas".
- Orang Katolik akan mencium untaian rosario, yang merupakan bagian dari doa, atau mencium tangannya setelah membuat tanda salib. Mencium luka pada krusifiks atau gambar Gairah Kristus lain umum dilakukan.
- Paus Yohanes Paulus II mencium tanah ketika hadir di negara yang baru.
- Dalam tradisi, pengunjung Paus mencium kakinya.
- Dalam tradisi, orang Katolik mencium cincin kardinal atau uskup.
- Dalam tradisi, orang Katolik mencium tangan pendeta.
- Orang Kristen Ortodoks Timur dan Katolik Timur sering mencium ikon sekitar gereja ketika masuk; mereka juga mencium tanda salib dan/atau tangan pendeta dalam kebiasaan lain di dalam gereja, seperti pengakuan atau menerima anugerah.
- Orang Hindu kadang-kadang mencium lantai kuil.
- Cerita lokal di Irlandia mengklaim bahwa mencium Batu Blarney akan memberikan the gift of the gab.
- Orang Yahudi mencium Tembok Ratapan di Bait Allah di Yerusalem, dan artikel religi lain ketika berdoa, seperti Taurat, biasanya dengan menyentuh tangannya, Tallis, atau Siddur (buku doa) dengan Taurat dan kemudian menciumnya. Hukum Yahudi melarang ciuman orang antara pria dan wanita, kecuali pasangan yang sudah menikah dan sebagian tetangga dekat. Lihat Negiah.
- Orang Muslim mungkin mencium Hajar Aswad ketika Haji. Banyak orang Muslim juga mencium tempat suci Ahlul Bait dan Sufi.
Islam
Ikrimah Ibn Abu Jahal dilaporkan mencium Al-Quran setiap kali dia membukanya untuk menampilkan penghormatan. Ada perdebatan apakah tindakan ini baik atau berupa inovasi yang tidak boleh dilakukan.[59][60]
Dalam berbagai hadith, Abu Hurairah mengatakan kepada Muhammad bahwa dia tidak pernah mencium anaknya. Dia mengatakan bahwa "Siapapun yang tidak menampilkan kesayangan kepada orang lain tidak akan disayang".[61] Mencium suami/istri adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Aisyah, istri Muhammad, mengatakan bahwa Muhammad mencium istrinya dan dia, dan pergi untuk melakukan salat tanpa berwudu terlebih dahulu.[n 1] Muhammad juga mengisap lidah dia (ciuman Prancis). Dan dalam Faidh al-Qadir, 5/115 no. 6536, Allama al-Munawi mengatakan bahwa foreplay/pemanasan dan ciuman bergairah[n 2] adalah sunnah muakkadah.[62]
Ahli hukum dan filsuf Al-Ghazālī mengatakan bahwa "Seks sebaiknya dimulai dengan perkataan lembut dan ciuman", dan sarjana India al-Zabīdī (1732–1790) menambahkan dalam magnus opum Al-Ghazālī, Kebangkitan Sains Agama (Iḥiyāʾ ʿulūm ad-dīn): "Ini sebaiknya tidak hanya di pipi dan bibir; dan kemudian dia sebaiknya membelai payudara dan puting, dan setiap bagian badannya".[63] Said bin al-Musayyib meriwayatkan bahwa Muhammad beropini bahwa ketika suami mencium istri, Allah akan menambah 60 pahala dan menghapus 60 dosa.[63]
Ketika berpuasa, berciuman tidak haram, asalkan tindakan itu tidak berujung pada persetubuhan, ejakulasi, atau penelanan air liur. Jadi, ciuman Prancis ketika berpuasa tidak diperbolehkan.[64]
Dalam budaya Islam, ada larangan mengenai persentuhan antara dua orang berbeda jenis kelamin yang tidak memiliki hubungan keluarga atau belum saling menikah.[65] Sedangkan ciuman antar pipi dengan sesama jenis cukup umum dilakukan, seperti di Eropa Selatan.
Biologi dan efek
Dalam hewan lain, ada analogi ciuman lain, menurut Crawley, seperti "billing burung, kataglotisme burung merpati, dan permainan antenial beberapa serangga (dengan antena)". Bahkan, perilaku yang serupa ditemukan pada mammalia, seperti anjing, kucing, dan beruang.[17]
Antropolog masih berdebat apakah ciuman dipelajari atau berupa perilaku dari insting. Ciuman mungkin terkait dengan perilaku perawatan diri yang juga dilakukan antara hewan lain, atau berasal dari perilaku ibu yang mengunyah makanan, kemudian memasukkan ke anaknya melalui mulut (premastikasi). Primata lain juga memiliki perilaku berciuman.[67][68] Anjing, kucing, burung, dan hewan lain menampilkan perilaku menyondol, menjilat, dan perawatan diri kepada hewan sendiri, manusia, atau spesies lain. Ini kadang-kadang dianggap oleh pengamat sebagai sebuah jenis ciuman.
Ciuman pada manusia didalilkan berasal dari regurgitasi makanan langsung mulut-ke-mulut (kiss-feeding) dari orang tua ke keturunan atau jantan ke betina (courtship feeding) dan telah dilihat pada berbagai mamalia.[69] Kiss-feeding banyak identik dengan ciuman dalam manusia (seperti ciuman Prancis). Dalam kiss-feeding, lidah digunakan untuk mendorong makanan dari mulut ibu yang disertai dengan pengisapan. Ciuman Prancis seperti kiss-feeding, namun tidak ada makanan dalam mulut. Ternyata, melalui observasi beragam spesies dan budaya, bisa dikonfirmasi bahwa tindakan ciuman dan premastikasi paling mungkin berevolusi dari perilaku memberi makanan yang identik.[69][70]
Fisiologi
Ciuman adalah perilaku kompleks yang memerlukan banyak koordinasi otot dan 34 otot muka dan 112 otot postur.[71][72] Otot paling penting adalah otot orbicularis oris, atau otot berciuman, yang digunakan untuk mengerut bibir.[73][74] Untuk ciuman Prancis, lidah juga berupa komponen penting. Ujung saraf banyak ditemukan di bibir yang membuatnya sensitif terhadap sentuhan dan gigitan.[75]
Efek
Ciuman romantis (biasanya ciuman bibir/Prancis) memicu produksi hormon kebahagiaan: oksitosin, yang mengakibatkan perasaan cinta dan menjalin kedekatan dengan pasangan, endorfin – hormon yang memicu perasaan kebahagiaan –, serotonin, dan dopamin, yang menstimulasi tempat kesenangan di otak. Berciuman secara romantis juga menurunkan kadar kortisol, sebuah hormon stres. Frekuensi ciuman yang tinggi melindungi seseorang terhadap depresi. Umumnya, kasih sayang mengurangi stres.[76] Ciuman telah distudi dalam eksperimen terkontrol, dan telah ditemukan bahwa meningkatkan frekuensi ciuman romantis pada pasangan kekasih menurunkan persepsi stres, meningkatkan kebahagiaan hubungan, dan menurunkan kadar kolesterol.[77] Ciuman romantis juga menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi reaksi alergi, mengurangi penumpukan plak, dan meningkatkan libido.[78][79][80]
Penelitian menunjukkan bahwa pasangan kekasih yang sering berciuman sering memiliki mikrobiota yang sama di air liur dan lidah.[81] Studi oleh para psikolog dan dokter Jerman menemukan bahwa pria yang mencium pacar atau istri setiap harinya hidup 5 tahun lebih lama, lebih sehat, dan gajinya 20–30% lebih banyak.[82] Berciuman di bibir bisa sedikit merusak bibir, karena adanya enzim amilase dan maltosa, dan mentransfer berbagai hormon, seperti testosteron, terutama ciuman Prancis.[83]
Penularan penyakit
Berciuman di bibir bisa menularkan beberapa penyakit, seperti demam kelenjar (dikenal sebagai "penyakit ciuman") dan herpes simpleks ketika ada virus di air liur. Penelitian menunjukkan bahwa penularan HIV melalui ciuman sangat tidak mungkin, meskipun ada kasus penularan HIV melalui ciuman pada 1997. Perempuan dan pria yang terinfeksi memiliki gingivitis. Oleh karena itu, penularannya melalui darah pria, bukan melalui air liur.[84][79]
Catatan
- ^ Ada perbedaan opini apakah ciuman bisa membatalkan wudu. Menurut opini Abu Hanifah dan Darul Iftaa, karena hadis ini, mencium suami/istri tidak membatalkan wudu. Sedangkan, menurut Ahmad & Malik, jika disertai berahi, ciuman membatalkan wudu. Ada juga mazhab Syafi'i (mazhab yang dominan di Indonesia) yang mengatakan bahwa ciuman dengan berahi dan tanpa halangan membatalkan wudu, dan dalam mazhab Hanafi, ciuman yang tidak memiliki hawa nafsu membatalkan wudu. (https://guidelinesislamiclaw.com/does-kissing-break-wudu/)
- ^ Walaupun tidak sama, ciuman bergairah sering diartikan sebagai ciuman Prancis.
Lihat juga
- Ciuman hidung
- Cium tangan
- Pelukan dan ciuman
- Permainan ciuman
- Tradisi berciuman
- Stan berciuman
- Peluk
- Mesum, perbuatan tidak senonoh, tidak patut, cabul.
- Berlagak atau jumawa
- Binal, bengal, tidak menurut
- Berulah, verba (kata kerja) bertingkah laku, bertindak, bersikap (menyalahi norma, kaidah, adat)
- Kepergok
- Menyakiti pasangan, melukai pasangan
- Perseteruan
- Cemburu
- Patah hati
- Kecil hati, hilang keberanian, takut
- Kecewa, kecewa berat
- Terhina, direndahkan
- Gengsi, kehormatan, harga diri
- Kurang ajar
Referensi
- ^ Dyer, Tristeleton T. F. "The History of Kissing" (Sejarah Ciuman), The American Magazine, vol. 14 1882, halaman 611-614
- ^ a b The (Mostly) Blissful History of Kissing (Sejarah Ciuman yang (Umumnya) Bahagia), NPR 11 Februari 2007
- ^ [1] (Cerita Hari Kasih Sayang untuk Pemula) Diarsipkan 2014-12-04 di Archive.is
- ^ Kramer, Samuel Noah (1981). History Begins at Sumer [Sejarah Dimulai di Sumeria] (edisi ke-3 direvisi). Philadelphia: University of Pennsylvania Press. hlm. 72ff. ISBN 978-0-8122-1276-1.
- ^ The Electronic Text Corpus of Sumerian Literature (Teks Elektronik Korpus Literatur Sumer) Faculty of Oriental Studies, University of Oxford
- ^ "Ancient Poetry" [Puisi Kuno]. TheMagentaHornet.com.
- ^ "Egyptian Love Poetry from the New kingdom" [Puisi Cinta Mesir dari Kerajaan Baru]. www.love-poetry-of-the-world.com.
- ^ Hess, Richard S. Song of Songs (Kidung Adung), Baker Academic (2005) hlm. 48
- ^ "Kidung Agung 1:2", Alkitab Sabda, AYT (2018)
- ^ Xenophon, Cyropaedia, 1.4.27 Diarsipkan 2016-02-06 di Wayback Machine.
- ^ electricpulp.com. "HERODOTUS iii. DEFINING THE PERSIANS – Encyclopaedia Iranica" [HERODOTUS iii. MENDEFINISIKAN ORANG PERSIA – Encyclopaedia Iranica]. www.iranicaonline.org.
- ^ "Internet History Sourcebooks" [Internet Sumber Buku Sejarah]. legacy.fordham.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-29. Diakses tanggal 2016-01-03.
- ^ "First kisses: how we learned to lock lips" [Ciuman pertama: bagaimana kita belajar untuk mengunci bibir (mencium satu sama lain)]. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-08. Diakses tanggal 2014-12-04.
- ^ Jones, Terry "The Ancient World According to Terry Jones (Love and Sex)" (Dunia Kuno Menurut Terry Jones (Cinta dan Seks)) (1998)
- ^ "The science of kissing" (Ilmu ciuman), CNN, 14 Februari 2012
- ^ "Chemical attraction: The science of kissing" (Atraksi kimiaː Ilmu ciuman) Diarsipkan 2013-08-23 di Wayback Machine., Medill Reports, 14 Februari 2009
- ^ a b c d e f g h Crawley, Ernest. Studies of Savages and Sex (Studi Kemarahan dan Seks), Kessinger Publishing (direvisi dan dicetak kembali) (2006)
- ^ Lobroso, Cesare. cited by Havelock Ellis, Sexual Selection in Man: Studies in the Psychology of Sex (Seleksi Seksual di Pria: Studi Psikologi Seks), iv. Philadelphia, (1905), hlm.. 218
- ^ "Scientists Try to Measure Love" (Peneliti Mencoba Mengukur Cinta) Los Angeles Times, 8 Februari 2010
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Nyrop, Kristoffer. The Kiss and its History (Ciuman dan Sejarahnya), Sands & Co., London (1901) Teks lengkap
- ^ Dyer, Tristeleton T.F. "The History of Kissing" (Sejarah Ciuman), The American Magazine (Majalah Amerika), vol. 14 1882, hlm. 611–614
- ^ Rasulullah wafat Diarsip pada 14 Mei 2011, link asli[pranala nonaktif permanen] (berisi daftar kumpulan hadits tentang kewafatan Nabi Muhammad), Situs Muhammad.Info[pranala nonaktif permanen], Diakses 13 Mei 2010.
- ^ a b c Brayer, Menachem M. The Jewish Woman in Rabbinic Literature (Perempuan Yahudi pada Literatur Rabbinik), KTAV Publishing House (1986)
- ^ Halpern, Carolyn Tucker; Joyner, Kara; Udry, J.Richard; Suchindran, Chirayath (2000). "Smart teens don't have sex (or kiss much either)" [Remaja cerdas tidak melakukan seks (atau berciuman dengan sering)]. Journal of Adolescent Health (Jurnal Kesehatan Remaja). 26 (3): 213–25. doi:10.1016/S1054-139X(99)00061-0. PMID 10706169.
- ^ William Smith, Smith's Bible Dictionary (Kamus Alkitab oleh Smith), Kiss (Ciuman), Britania Raya, 1988
- ^ a b Marine Gasc, racontemoilhistoire.com, Le bisou, France, January 20, 2016
- ^ Yannick Carré, Le baiser sur la bouche au Moyen Âge : rites, symboles, mentalités, à travers les textes et les images, XIe-XVe siècles, Le Léopard d'Or, 1992, page 357
- ^ Eric Anderson, Adi Adams, Ian Rivers, Archives of Sexual Behavior (Arsip Perilaku Seksual) “I Kiss Them Because I Love Them”: The Emergence of Heterosexual Men Kissing in British Institutes of Education ("Saya Menciumnya Karena Saya Mencintainya": Munculnya Ciuman Antara Pria Heteroseksual di Institut Edukasi Inggris), UK, April 2012, Volume 41. 2, halaman 421–430
- ^ Journal 7sur7.be, Nouvelle tendance: des bisous sur la bouche entre amis!, Belgium, October 29, 2010
- ^ a b c d e Cane, William. The Art of Kissing (Seni dari Berciuman), Macmillan (1991)
- ^ Hopkins, E. Washbun (1907). "The Sniff-Kiss in Ancient India". Journal of the American Oriental Society. American Oriental Society. 28 (Ciuman Mengendus di India Kuno): 120–134. doi:10.2307/592764. JSTOR 592764. Diakses tanggal 25 January 2021.
- ^ Kuraweil, Arthur.The Torah for Dummies (Taurat untuk Dummies), Wiley Publishing (2008) hlm. 218
- ^ Ahmad Sarwat, Lc., Asal Usul dan Hukum Mencium Hajar Aswad (link asli[pranala nonaktif permanen]), Situs Mitra-Haji.com, Diakses pada 13 Mei 2010.
- ^ "In India, Kisses Are on Rise, Even in Public" (Di India, Ciuman Semaking Sering Dilakukan, Bahkan di Publik), New York Times, Feb. 13, 2013
- ^ "Bollywood most passionate kisses of all times" [Ciuman paling bergairah Bollywood dari semua masa].
- ^ a b Patel, Atish (1 November 2014). "A Short History of the Kiss in India" [Sejarah Singkat Ciuman di India].
- ^ "When a Kiss Is More Than a Kiss" (Ketika Sebuah Ciuman Lebih dari Sebuah Ciuman), The New York Times, May. 6, 2007
- ^ Donald Richie, "The Japanese Kiss," (Ciuman Jepang) in Donald Richie, ed., Walkman, Manga, and Society: Essays on Contemporary Japanese Culture (Esai tentang Budaya Jepang Kontemporer) (Tokyo: Kirihara shoten, 1989), hlm. 52–58.
- ^ Shirokogorov, Sergeĭ Mikhaĭlovich (1924). Social Organization of the Manchus: A Study of the Manchu Clan Organization [Organisasi Sosial Manchu: Studi Organisasi Klan Manchu]. Royal Asiatic Society. hlm. i, 1–6, 122.
- ^ Robert Hans van Gulik (1974). A Preliminary Survey of Chinese Sex and Society from Ca. 1500 B.C. Till 1644 A.D. Brill Archive. hlm. 49. ISBN 9789004039179.
- ^ James, Larry (4 March 2008). "The Romantic Kiss" [Ciuman Romantis]. The Zambian Chronicle. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2008. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ a b c Texas Monthly (Bulanan Texas), Feb. 1980 hlm. 143
- ^ a b c d Citron, Lana. A Compendium of Kisses (Kompendium Ciuman), Harlequin Publ. (2010) hlm. 177
- ^ video: Kissing scenes in the classic movies (Adegan ciuman pada film klasik)
- ^ Illouz, Eva. Consuming the Romantic Utopia (Mengkonsumsi Utopia Romantis), Univ. of Calif. Press (1997) hlm. 31
- ^ Kyoko Hirano, Mr. Smith Goes to Tokyo: The Japanese Cinema under the American Occupation (Smith Pergi ke Tokyo: Sinema Jepang dalam Pendudukan Amerika Serikat), 1945–1952 (Washington, DC: Smithsonian Institution (Institut Smithsonian), 1992), hlm. 154–57, 162
- ^ Olson, Elizabeth (6 April 2006). "Better Not Miss the Buss". The New York Times. Diakses tanggal 29 August 2008.
- ^ Hahnsson, Marie Sophie. "Cheek Kissing" [Ciuman Pipi]. University of Oslo (Universitas Oslo). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Mei 2008. Diakses tanggal 29 Agustus 2008.
- ^ "Oxford English Dictionary – X" [Kamus Inggris Oxford – X]. Oxford University press. 1999. Diakses tanggal 1 February 2007.
- ^ "Hubungan Bibir: Kenapa Kita Berciuman: Scientific American". Sciam.com. 31 January 2008. doi:10.1038/scientificamericanmind0208-24. Diakses tanggal 28 Maret 2010.
- ^ Thomas, Keith (11 June 2005). "Put your sweet lips..." [Taruh bibir manis Anda...]. The Times. London. Diakses tanggal 25 Mei 2008.
- ^ Marvin K. Opler, "Cross-cultural aspects of kissing" (Aspek ciuman antar budaya), Medical Aspects of Human Sexuality (Aspek Medis Seksualitas Manusia), Vol. 3, No. 2, Februari 1969, hlm. 11, 14, 17, 20–21]
- ^ "Chapter: 9: A Traditional Society" [Bab 9: Masyarakat Tradisional]. Andaman.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 March 2010. Diakses tanggal 28 March 2010.
- ^ McGreevey, Ronan (17 Maret 2007). "Don't kiss the girlfriend in Dubai, don't flush a Swiss loo after 10pm and, whatever you do, don't insult the Thai king" [Jangan cium pacar di Dubai, jangan menyiram toilet Swiss setelah jam 10 malam, dan apapun yang Anda lakukan, jangan hina raja Thailand]. Irish Independent.
- ^ Sengupta, Somini (4 Januari 2006). "Is Public Romance a Right? The Kama Sutra Doesn't Say" [Apakah Percintaan di Publik Sebua Hak? Kama Sutra Tidak Mengatakan]. The New York Times. Diakses tanggal 16 Oktober 2010.
- ^ "Israelis fined for wedding kiss" [Orang Israel didenda untuk berciuman pada pernikahan]. BBC News. 21 September 2005. Diakses tanggal 16 Oktober 2010.
- ^ "India Couple's kiss 'not obscene'" [India Ciuman kekasih 'tidak cabul']. BBC News. 3 Februari 2009. Diakses tanggal 16 Oktober 2010.
- ^ a b c d e Tabor, Rev. T.H. Manford's Magazine (1888)
- ^ "Is Kissing the Quran Out of Respect Bidah?" [Apakah Mencium Quran untuk Penghormatan Bidah?]. About Islam (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-19.
- ^ AbdurRahman.org (2014-09-30). "The Ruling on Kissing the Qur'aan – Imaam Al-Albaanee" [Keputusan pada Mencium Quran – Imam Al-Albaanee]. AbdurRahman.Org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-19.
- ^ "General Behavior (Kitab Al-Adab) - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)" [Perilaku Umum (Kitab Al-Adab) - Sunnah.com - Perkataan dan Pelajaran Nabi Muhammad (صلى الله عليه و سلم)]. sunnah.com. Diakses tanggal 2021-10-18.
- ^ "My Husband does not Like Kissing or Foreplay" [Suami Saya Tidak Suka Berciuman atau Pemanasan Awal]. Darul Iftaa (dalam bahasa Inggris). 2004-03-08. Diakses tanggal 2021-10-18.
- ^ a b Maqsood, Ruqayyah Waris (1998). The Muslim Marriage Guide. (Panduan Pernikahan Muslim) Beltsville, MD: amana publications.
- ^ "Passionate Kissing While Fasting" [Ciuman Bergairah ketika Berpuasa]. Darul Iftaa (dalam bahasa Inggris). 2005-09-29. Diakses tanggal 2021-10-18.
- ^ Quraish Shihab, Hukum Bersentuhan, situs Republika Online, Selasa, 02 September 2008. Diakses 13 Mei 2010.
- ^ "Prairie Dog, cynomys ludovicianus" [Anjing Padang, cynomys ludovicianus]. 2014. Diakses tanggal 26 Juli 2014.
- ^ "How animals kiss and make up" [Bagaimana hewan berciuman dan berdandan]. BBC News. 13 Oktober 2003.
- ^ "Chimp Facts - Jane Goodall Institute UK" [Fakta Smpanse - Institut Inggris Jane Goodall]. www.janegoodall.org.uk. Diakses tanggal 2018-12-08.
- ^ a b Eibl-Eibesfeldt, Irenäus (1971). "Love and hate: the natural history of behavior patterns" [Cinta dan benci: sejarah natural pola perilaku]. Aldine Transaction.
- ^ Eibl-Eibesfeldt, Irenäus (1983). "Chapter 3: A comparative approach to human ethology" [Bab 3: Pendekatan komparatif terhadap etologi manusia]. Dalam Rajecki, D. W. Comparing behavior: studying man studying animals [Membandingkan perilaku: meneliti manusia dan hewan]. Routledge.
- ^ Blue, Adrienne (1 June 1996). "The kiss". The Independent (London). Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Desember 2008. Diakses tanggal 29 Agusuts 2008.
- ^ Highfield, Roger (17 Oktober 2006). "Seal with..146 muscles" [Tutupi dengan.. 146 otot]. The Telegraph. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2006. Diakses tanggal 29 Agustus 2008.
- ^ "orbicularis oris muscle" [otot orbicularis oris]. TheFreeDictionary: Mosby's Dental Dictionary, 2nd edition. 2008. Diakses tanggal 3 October 2010.
- ^ "Muscles – Facial" [Otot – Muka]. BBC: Science & Nature: Human Body & Mind. Diakses tanggal 3 October 2010.
- ^ Conis, Elena (4 February 2008). "The mystery of the kiss". Los Angeles Times. Diakses tanggal 7 May 2010.
- ^ "jak sie całować". pense.pl. 2019-01-06.
- ^ Floyd, Kory; Boren, Justin P.; Hannawa, Annegret F.; Hesse, Colin; Breanna McEwan; Alice E. Veksler (2 April 2009). "Kissing in Marital and Cohabiting Relationships: Effects on Blood Lipids, Stress, and Relationship Satisfaction" [Ciuman (Romantis) dalam Hubungan Pasangan Kekasih yang Sudah Nikah/Kohabitasi: Efek pada Lemak Darah, Stres, dan Kebahagiaan Hubungan]. Western Journal of Communication. Informaworld.com. 73 (2): 113–133. doi:10.1080/10570310902856071. hdl:11123/502.
- ^ "16 Reasons to Kiss" [16 Alasan untuk Berciuman]. Healthline (dalam bahasa Inggris). 2018-07-10. Diakses tanggal 2021-10-20.
- ^ a b "Ketahui 8 Manfaat Ciuman Bibir Beserta Risikonya". Alodokter. 2018-02-14. Diakses tanggal 2021-10-21.
- ^ Ariviani, Indah (2017-12-20). "12 Benefits of Kissing in Islam - Is it Allowed?" [12 Manfaat Berciuman di Islam - Apakah Boleh Dilakukan?]. AZislam.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-20.
- ^ Kort, Remco; Caspers, Martien; van de Graaf, Astrid; van Egmond, Wim; Keijser, Bart; Roeselers, Guus (2014-11-17). "Shaping the oral microbiota through intimate kissing" [Mengubah mikrobiota mulut melalui ciuman intim]. Microbiome. 2 (1): 41. doi:10.1186/2049-2618-2-41. ISSN 2049-2618. PMC 4233210 . PMID 25408893.
- ^ "The Virgin Islands Daily News - Penelusuran Arsip Google Berita". news.google.com. Diakses tanggal 2021-10-20.
- ^ "Can too much kissing damage your lips?" [Apakah terlalu banyak berciuman merusak bibir Anda?]. HowStuffWorks (dalam bahasa Inggris). 2009-10-14. Diakses tanggal 2021-10-20.
- ^ Altman, Lawrence K. (11 Juli 1997). "Case of H.I.V. Transmission Is First to Be Linked to Kiss" [Kasus Penularan H.I.V. Pertama yang Disebabkan oleh Berciuman]. New York Times. Diakses tanggal 28 Maret 2010.
Bacaan lanjut
- Kirshenbaum, Sheril (2011). The Science of Kissing: What Our Lips Are Telling Us [Ilmu Berciuman: Apa yang Dikatakan oleh Bibir Kita]. Grand Central Publishing. ISBN 978-0-446-55990-4.
- Beadnell,C. M. (1942) The Origin of the Kiss [Sumber dari Ciuman] , Thinkers Library No.89, Watts & Co, London
Pranala luar
- (Inggris) "Kiss". Encyclopædia Britannica. 15 (edisi ke-11). 1911.
- (Indonesia) 8 Alasan Pria Mencium Wanita Yang Bukan Pacarnya
- (Inggris) Kissing in Strange Places (Berciuman di Tempat yang Aneh) Diarsipkan 2012-01-05 di Wayback Machine. — slideshow oleh majalah Life
- (Inggris) Put your sweet lips... (A history of the kiss) (Tempatkan bibir manis Anda... (Sejarah ciuman)), Keith Thomas, The Times, 11 Juni 2005
- (Inggris) The Kiss of Life (Ciuman Kehidupan), Joshua Foer, The New York Times, 14 Februari 2006
- (Inggris) Why do humans kiss each other when most animals don't? (Mengapa manusia mencium satu sama lain ketika sebagian besar hewan tidak berciuman?), Melissa Hogenboom, BBC Earth, Juli 2015
- (Inggris) How Kissing Works, History and Anatomy of the Kiss (Cara Kerja Berciuman, Sejarah dan Anatomi Ciuman), Tracy V. Wilson, HowStuffWorks