Krisis finansial
Artikel ini sedang dikembangkan sehingga isinya mungkin kurang lengkap atau belum diwikifikasi. Mohon untuk sementara jangan menyunting halaman ini untuk menghindari konflik penyuntingan.
Pesan ini dapat dihapus jika halaman ini sudah tidak disunting dalam beberapa jam. Jika Anda adalah penyunting yang menambahkan templat ini, harap diingat untuk menghapusnya setelah selesai atau menggantikannya dengan {{Under construction}} di antara masa-masa menyunting Anda.
|
Istilah krisis finansial digunakan untuk berbagai situasi dengan berbagai institusi atau aset keuangan kehilangan sebagian besar nilai mereka. Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak krisis finansial berhubungan dengan kepanikan perbankan dan resesi. Situasi lain yang sering disebut sebagai krisis finansial adalah runtuhnya bursa efek dan krisis mata uang.[1][2]
Krisis finansial adalah sebuah situasi dimana beberapa aset finasial tiba-tiba kehilangan sebagian besar nilai-nilai nominanya. Efek langsung dari kejadian ini adalah kerugian dari berkurangnya nilai-nilai surat berharga, tetapi tidak berefek secara langsung terhadap perekonomian (sebagai contoh, krisis yang terjadi akibat para tulip maniak pada abad ke 17).
Banyak ekonom menulis teori mengenai bagaimana krisis keuangan terjadi dan dapat dicegah. Tidak ada sensus yang dilakukan, namun krisis finansial selalu terjadi setiap waktu.
Jenis
Krisis Perbankan
Penarikan saldo besar-besaran oleh nasabah menyebabkan sebuah bank mengalami bank runs. Bank runs atau dikenal juga sebagai bank panics adalah sebuah peristiwa dimana para nasabah menarik saldo secara simultan karena ketidakpercayaan nasabah terhadap bank. Keuangan sebuah bank berasal dari uang cash yang berasal dari simpanan nasabah (lihat juga cadangan perbankan fraksional), sulit bagi mereka untuk mengembalikan secara mendadak, mereka mengalami kebangkrutan yang menyebabkan nasabah kehilangan uang mereka, terlebih jika nasabah tidak tercover oleh asuransi perbankan. Kejadian dimana kebangkrutan terjadi secara meluas disebut krisis sistem perbankan.[3]
Krisis Mata Uang
Krisis mata uang atau disebut juga dengan krisis devaluasi[4], adalah hal yang normal ketika terjadi krisis keuangan atau krisis perbankan. Sebagai contoh, menurut Kaminsky et al. (1998), krisis mata uang terjadi ketika menurunnya presentase nilai tukar rata-rata per bulan dan anjloknya nilai tukar cadangan per bulan lebih dari tiga standar devisiasi. Frankel dan Rose (1996) menjelaskan sebuah krisis dengan angka penurunan setidaknya 25%, namun juga menerangkan setidaknya ada kenaikan 10% untuk nilai cadangan. Secara umum, krisis keuangan bisa dijelaskan sebagai suatu peristiwa dimana pasar tukar uang berpatok pada nilai tukar yang hampir gagal, dikarenakan spekulasi yang memperparah kekeliruan juga sebagai penyebab devaluasi.[4]
Spekulasi Gelembung
Spekulasi gelembung bahkan terjadi bahkan dalam skala besar yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga besar-besaran di beberapa aset.[5] Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah kehadiran buyer yang membeli aset semata-mata karena mengharapkan keuntungan besar, bukan karena perhitungan yang matang. Jika terjadi gelombang, maka akan ada resiko tabrakan pada harga aset: para pemain hanya akan membeli jika mereka berekspektasi orang lain akan membeli juga, dan ketika memutuskan untuk menjual akan menyebabkan harga turun. Bagimanapun, hal ini sulit untuk diprediksi apakah sebuah harga aset sebetulnya sama dengan harga dasar, sehingga hal ini sulit untuk dijadikan sebuah patokan untuk mendeteksi gelembung. Beberapa pakar ekenomi bahkan menyatakan bahwa gelembung tidak pernah dan hampir tidak pernah terjadi.[6]
Contoh terkenal dari gelembung dan benturan di harga saham dan aset diantaranya adalah Tulip Mania di abad ke 17, Gelembung Laut Selatan di abad ke 18, Wall Street Crash tahun 1929, Gelembung Properti Jepang pada tahun 80-an, benturan dot-com bubble tahun 2000-2001, dan saat ini penurunan United States Housing Bubble.[7][8] Pada tahun 2000an memicu gelembung real estate dimana harga perumahan meningkat secara signifikan sebagai barang aset. [9]
Krisis Finansial Internasional
Ketika satu negara yang sedang memperbaiki nilai tukar namun tiba-tiba dipaksa untuk merubah kurs yang disebabkan oleh defisit ketidakseimbang akun disebut krisis mata uang atau krisis keseimbangan pembayaran. Ketika sebuah negara gagal membayar hutang negaranya disebut dengan kegagalan negara. Sementara itu devaluasi maupun kegagalan dapat menjadi relawan keputusan bagi pemerintahan, mereka sering dianggap menjadi faktor ketidaksengajaan dari perubahan sentimen investor yang mengarah pada pemberhentian arus masuk modal maupun peningkatan pelarian modal secara tiba-tiba.
Sejarah
Suatu catatan terkenal tentang krisis finansial yaitu This Time is Different: Eight Centuries of Financial Folly yang ditulis oleh ekonom Carmen Reinhart dan Kenneth Rogoff, yang dianggap sebagai sejarawan krisis finansial terkemuka.[10] Pada catatan ini, mereka menelusuri sejarah krisis finansial dari awal kegagalan pembayaran utang negara (kegagalan pembayaran utang publik), yang merupakan bentuk krisis pada masa awal abad ke-18 dan seterusnya, dari dulu hingga kini menyebabkan kebangkrutan pada bank swasta; krisis dari abad ke-18 meliputi keduanya, kegagalan pembayaran utang publik dan kegagalan pembayaran utang swasta. Reinhart dan Rogoff juga mengklasifikasi penurunan nilai mata uang dan hiperinflasi sebagai bentuk dari krisis finansial, secara garis besar, karena hal tersebut mengarah pada pengurangan utang sepihak.
Sebelum Abad Ke-19
Reinhart dan Rogoff menelusuri inflasi (untuk mengurangi utang) dari Dionysius I dari Sirakusa pada abad ke-4 SM, dan memulai "delapan abad" mereka di tahun 1258; penurunan nilai mata uang juga telah dilakukan ketika masa kekuasaan Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Byzantine.
Pada masa-masa awal krisis, Reinhart dan Rogoff meneliti kegagalan pembayaran utang Inggris tahun 1340, yang terjadi akibat kemunduran pada perangnya melawan Perancis (Perang Seratus Tahun). Lebih lanjut, awal dari kegagalan pembayaran utang negara dilakukan oleh Kekaisaran Spanyol, empat kali dilakukan oleh Philip II, dan tiga kali dilakukan oleh penerusnya.
Krisis finansial global dan nasional lainnya sejak abad ke-17, yaitu:
- 1637: Terjadinya tulip mania di Belanda ― tulip mania seringkali menjadi contoh dari krisis finansial dan merupakan gelembung spekulatif, para ilmuwan modern berpendapat bahwa dampak ekonomi yang terjadi sangat terbatas dan dapat diabaikan, serta tidak memicu krisis finansial.
- 1720: Pecahnya Gelembung Laut Selatan (Inggris Raya) dan Gelembung Mississippi (Perancis) ― awal dari krisis finansial modern; pada kedua kasus, perusahaan menanggung utang nasional dari negara tersebut (80-85% di Inggris Raya, 100% di Perancis), dan kemudian gelembung pecah. Hasil dari kejadian ini menyebabkan krisis kepercayaan yang mendalam terhadap finansial dan politik di Perancis.[11]
- Krisis 1763: Berawal di Amsterdam, dimulai dengan jatuhnya Bank Johann Ernst Gotzkowsky dan Leendert Pieter de Neufville, lalu menyebar ke Jerman dan Skandinavia.
- Krisis 1772: Di London dan Amsterdam. 20 bank penting di London mengalami kebangkrutan setelah satu lembaga perbankan gagal membayar utang (bankir Neal, James, Fordyce, dan Down)
- Panik 1792: terjadi pada bank-bank di AS dipicu dengan ekspansi kredit oleh Bank Amerika Serikat yang baru dibentuk.
- Panik 1796-1797: Krisis kredit Inggris dan AS yang disebabkan gelembung spekulasi tanah.
Abad ke-19
- Kebangkrutan Negara Denmark 1813
- Krisis finansial 1818 di Inggris, menyebabkan bank-bank meminta pinjaman dan membatasi pinjaman baru, serta menghabiskan uang dari AS.
- Panik 1819: Resesi ekonomi AS, kegagalan-kegagalan bank; puncak dari siklus ekonomi boom-to-bust pertama AS.
- Panik 1825: Resesi ekonomi Inggris, banyak bank-bank Inggris yang mengalami kegagalan dan Bank of England hampir mengalami kegagalan.
- Panik 1837: Resesi ekonomi AS, kegagalan-kegagalan bank; terjadi depresi lima tahun.
- Panik 1847: Keruntuhan pasar keuangan Inggris berkaitan dengan akhir dari ledakan kereta api pada tahun 1840-an.
- Panik 1857: Resesi ekonomi AS, kegagalan-kegagalan bank.
- Panik 1866: Krisis Overend Gurney (terutama Inggris).
- Black Friday (1869)
- Panik 1873: Resesi ekonomi AS, kegagalan-kegagalan bank, kemudian dikenal sebagai lima tahun Depresi Besar dan sekarang dikenal sebagai Depresi Panjang.
- Panik 1884: Kepanikan yang terjadi di Amerika Serikat berpusat pada bank-bank New York.
- Panik 1890: Krisis Baring; bank besar di London yang hampir gagal mengakibatkan krisis finansial di Amerika Selatan.
- Panik 1893: Kepanikan di Amerika Serikat ditandai dengan gagalnya pembangunan rel kereta api dan pembiayaan rel kereta api yang goyah menyebabkan beberapa kegagalan bank.
- Krisis perbankan Australia 1893
- Panik 1896: Depresi ekonomi akut di Amerika Serikat yang dipicu dengan menurunnya cadangan perak dan kekhawatiran pasar akan dampaknya terhadap standar emas.
Abad ke-20
- Panik 1901: Jatuhnya bursa efek New York.
- Panik 1907: Resesi ekonomi AS, kegagalan-kegagalan bank
- 1910: Krisis pasar saham karet Shanghai
- 1914: Krisis Finansial Hebat[12]
- Keruntuhan Wall Street 1929, diikuti dengan Depresi Besar (depresi ekonomi terbesar dan terpenting pada abad ke-20)
- 1973: Krisis minyak 1973 — harga minyak melonjak, menyebabkan jatuhnya pasar saham 1973-1974.
- Krisis perbankan sekunder 1973-1975: Inggris Raya
- 1980s: Krisis utang Amerika Latin — dimulai di Meksiko pada tahun 1982 dengan Akhir Pekan Meksiko.
- Krisis saham bank Israel 1983
- 1987: Senin Hitam (1987) — kejatuhan nilai terbesar dalam sejarah pasar saham.
- Krisis perbankan Norwegia 1988-1992
- 1989-1991: Krisis simpan pinjam Amerika Serikat.
- Awal 1990-an: Krisis perbankan Skandinavia, krisis perbankan Swedia, dan krisis perbankan Finlandia tahun 1990-an
- Resesi awal tahun 1990-an
- 1990: Jatuhnya gelembung aset harga Jepang.
- 1992-1993: Rabu Hitam — serangan spekulatif terhadap nilai mata uang di Mekanisme Nilai Tukar Eropa.
- 1994-1995: Krisis ekonomi di Meksiko — serangan spekulatif dan kegagalan pembayaran utang Meksiko.
- 1997-1998: Krisis finansial Asia 1997 — devaluasi dan krisis perbankan di seluruh Asia.
- 1998: Krisis finansial Rusia
Abad ke-21
- 1999-2002: Krisis ekonomi Argentina
- Resesi awal tahun 2000-an
- 2000-2001: Krisis ekonomi Turki
- 2001: Pecahnya gelembung dot-com
- 2007-2008: Krisis finansial global
- 2008-2011: Krisis finansial Islandia
- 2008-2014: Krisis finansial Spanyol
- Krisis kegagalan pembayaran utang negara di Eropa 2010
- 2010-2018: Krisis pembayaran utang negara Yunani
- 2014-2016: Krisis finansial Rusia
- 2018-: Krisis utang dan nilai mata uang Turki
- 2020: Jatuhnya pasar saham 2020 (Senin Hitam (2020) dan Kamis Hitam (2020))
Referensi
- ^ Charles P. Kindleberger (2005), Manias, Panics, and Crashes: A History of Financial Crises.
- ^ Luc Laeven and Fabian Valencia (2008), 'Systemic banking crises: a new database'. International Monetary Fund Working Paper 08/224.
- ^ Fratianni, Michele U.; Narchionne, Freanceso (10 April 2009). "The Role of Banks in the Subprime Financial Crisis". Review of Economic Conditions in Italy. SSRN 1383473
- ^ a b "What is a currency crisis, currency crisis definition and summary |TheGlobalEconomy.com". TheGlobalEconomy.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 November 2021. Diakses tanggal 2021-11-04.
- ^ Markus Brunnermeier (2008), 'Bubbles', in The New Palgrave Dictionary of Economics, 2nd ed.
- ^ Peter Garber (2001), Famous First Bubbles: The Fundamentals of Early Manias. MIT Press, ISBN 0-262-57153-6.
- ^ "Transcript". Bill Moyers Journal. Episode ke-06292007. 2007-06-29. PBS.
- ^ Justin Lahart (24 December 2007). "Egg Cracks Differ In Housing, Finance Shells". Wall Street Journal. WSJ.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 August 2017. Diakses tanggal 2008-07-13.
It's now conventional wisdom that a housing bubble has burst. In fact, there were two bubbles, a housing bubble and a financing bubble. Each fueled the other, but they didn't follow the same course.
- ^ Price, Steve (Summer 2009). "Real Estate and the Financial Crisis: How Turmoil in the Capital Markets is Restructuring Real Estate Finance". Real Estate Issues. 34 (2): 43–44. ProQuest 214013947.
- ^ Arends, Brett (2009-12-18). "What a Sovereign-Debt Crisis Could Mean for You". Wall Street Journal (dalam bahasa Inggris). ISSN 0099-9660. Diakses tanggal 2021-11-20.
- ^ "Law of easy money". The Economist. 2009-08-13. ISSN 0013-0613. Diakses tanggal 2021-11-20.
- ^ Silber, William L. (2007). "The Great Financial Crisis of 1914: What Can We Learn from Aldrich-Vreeland Emergency Currency?". The American Economic Review. 97 (2): 285–289. ISSN 0002-8282.