Lontiok

rumah tradisional di Indonesia
Revisi sejak 21 November 2021 07.58 oleh Ardzun (bicara | kontrib)

Lontiok adalah rumah tradisional masyarakat Kampar, Riau yang berbentuk rumah panggung.[1][2][3] Kata lontiok (dialek Kampar) dalam bahasa Indonesia berarti lentik.[3] Nama rumah ini didapatkan dari bentuk atapnya yang melengkung lentik.[3] Nama lain dari rumah ini yaitu Rumah Lancang atau Pencalang. Nama tersebut diambil karena bentuk rumah yang menyerupai perahu lancang.[4][2] Rumah tradisional ini memiliki kemiripan tipoplogi dengan arsitektur Rumah Gadang (Minangkabau), Rumah Bumbung Panjang (Negeri Sembilan, Malaysia) dan Rumah Melayu lainnya.[5] Rumah ini memiliki fungsi sebagai tempat tinggal maupun acara adat.

Bangunan rumah adat Lontiok

Rumah Lontiok tercatat pada tahun 2017 Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Riau.[3] Rumah Lontiok saat ini sudah mulai jarang ditemukan karena sudah mulai termakan usia dan sudah mulai terlihat tidak terawat.[6] Salah satu rumah Lontiok yang sudah tidak terawat lagi terletak di Dusun Pulau Belimbing Desa Sipungguk.[7] Namun, rumah Lontiok masih dapat menjadi objek wisata yang menarik.[6]

Ciri khas

 
Rumah Lontiok di Kompleks MTQ, Pekanbaru.

Rumah Lontiok ditopang oleh beberapa tiang penyangga.[6] Rumah ini sengaja dibangun tinggi dengan beberapa tujuan.[6] Pertama, tingginya rumah Lontiok berguna untuk melindungi keluarga yang berada dalam rumah dari serangan binatang buas seperti ular atau harimau.[6] Selain binatang buas, tingginya rumah Lontiok berguna juga menghindari serangan dari suku-suku lain dalam masyarakat Kampar.[6] Kedua, tinggi rumah Lontiok juga berguna untuk memelihara hewan atau berternak.[6] Bagian kolong rumah yang cukup luas dipakai sebagai kandang hewan.[6] Selain kandang hewan, terkadang bagian kolong rumah lontiok juga berfungsi sebagai gudang baik untuk tempat penyimpanan makanan juga untuk tempat penyimpanan perahu.[6] Tingginya rumah Lontiok mengakibatkan dibutuhkan tangga untuk dapat masuk ke dalam rumah.[6] Tangga yang digunakan untuk masuk ke dalam rumah Lontiok menjadi salah satu ciri khas dari rumah itu.[6] anak tangga umumnya berjumlah ganjil karena disesuaikan dengan keyakinan masyarakat Kampar.[6] Bentuk atap rumah Lontiok yang melengkung juga menjadi ciri khas dari rumah Lontiok.[8] Bentuk atap rumah yang melengkung ini mempunyai makna hubungan manusia dengan Tuhan.[8] Masyarakat Kampar percaya bahwa bentuk melengkung atap rumah Lontiok menjadi simbok penghormatan terhadap Tuhan yang mahakuasa.[8] Tidak hanya kepada Tuhan, bentuk atap yang melengkung itu merupakan penghormatan kepada sesama ciptaan Tuhan.[8] Pada zaman dahulu kala, rumah Lontiok hanya dibangun oleh masyarakat Kampar yang memiliki status ekonomi menengah ke atas.[8] Hal ini menyebabkan rumah Lontiok menjadi lambang status sosial dari masyarakat Kampar.[8] Masyarakat Kampar juga memandang bahwa rumah Lontiok adalah tempat yang sakral.[8]

Bentuk rumah

Bentuk rumah Lontiok sangat identik dengan bentuk perahu.[3] Rumah ini mempunyai bentuk melengkung sesuai dengan namanya yaitu Lontiok (lentik).[3] Rumah Lontiok mempunyai bentuk seperti rumah panggung.[8] Rumah ini mempunyai dinding yang miring keluar.[8] Dinding rumah ini ditempelkan dengan ukiran-ukiran yang terdapat pada balok atap rumah.[8] Balok ini menjadi penyangga sekaligus penghubung antara atap rumah dan dinding rumah yang miring.[6] Balok atap rumah pun miring dan atap murah mempunyai bentuk melengkung yang mengarah ke langit.[8] Pintu masuk rumah terhubung dengan anak tangga yang digunakan oleh anggota keluarga untuk dapat masuk ke dalam rumah.[8] Umumnya, anak tangga disusun dengan jumlah ganjil.[8] Rumah Lontiok dibangun atas beberapa tiang penyangga yang menopang lantai dan seluruh badan rumah.[8] Bahan dasar rumah ini adalah kayu.[6] Kayu tersebut juga bukan kayu sembarangan tetapi kayu pilihan yang mampu bertahan lama dalam berbagai cuaca.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Prasetyo, Yuri Hermawan; Alfata, Muhammad Nur Fajri; Pasaribu, Anikmah Ridho (2014). "Typology of Malay Traditional House Rumah Lontiok and its Response to the Thermal Environment". Procedia Environmental Sciences. 20: 162–171. doi:10.1016/j.proenv.2014.03.022. ISSN 1878-0296. 
  2. ^ a b "Rumah Adat Kampar Rumah Lontiok". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-17. Diakses tanggal 15 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f "Rumah Lontiok". Diakses tanggal 15 Mei 2014. 
  4. ^ Hardianti, Siti (2017). "Fungsi Dan Makna Ornamen Rumah Lontiok di Bangkinang Kabupaten Kampar : Kajian Semiotik". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-07. Diakses tanggal 2019-02-05. 
  5. ^ Yunus, Shahrul Kamil; Shahminan, Raja Nafida Raja; Surat, Mastor; Ismail, Noor Hayati (2014). "IDENTITI RUMAH TRADISIONAL NEGERI SEMBILAN MELALUI EVOLUSI REKA BENTUK". Journal of Design + Built (dalam bahasa Inggris). 7 (0). ISSN 1985-6881. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o "Keunikan Rumah Lontiok". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-17. Diakses tanggal 15 Mei 2014. 
  7. ^ "Rumah Lontiok yang tidak terawat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-17. Diakses tanggal 15 Mei 2014. 
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m n "Rumah Lontiok Rumah Adat Kampar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-17. Diakses tanggal 15 Mei 2014.