Topeng (seri televisi)

seri televisi Indonesia tahun 2005

Topeng merupakan sebuah sinetron yang ditayangkan di SCTV sejak 2005. Sinetron ini terbagi menjadi 3 bagian dengan genre yang berbeda. Episode 1-3 bergenre remaja-fantasi dengan sedikit bumbu komedi, diperankan oleh Astrid Tiar sebagai tokoh utama, memasuki episode 4-7 berubah genre menjadi lebih drama dengan unsur rohani-fantasi dengan tema anak pesantren yang merebut kembali cintanya, dengan Vicky Nitinegoro sebagai tokoh utamanya, masuk episode 7-10 masih mengusung genre rohani-fantasi, tema yang diangkat adalah seorang anak ustad yang setelah memakai topeng bisa berubah menjadi orang dewasa, kali ini memasang Bio One dan Marsha Aruan sebagai tokoh utamanya. Jumlah episodenya ialah 10. Sinetron ini diproduksi oleh MD Entertainment.

Topeng
Berkas:Topeng 2005.jpg
PembuatMD Entertainment
Ditulis olehV Tatjana
SutradaraJogi Dayal
Andre Mario
PemeranVarious Artists
Penggubah lagu temaFLA
Lagu pembukaTopeng, Imelda Lubis
Lagu penutupTopeng, Imelda Lubis
Penata musikIwang Modulus
Negara asalIndonesia
Bahasa asliIndonesia
Jmlh. episode10 (daftar episode)
Produksi
Produser eksekutifEvry Wanda
ProduserDhamoo Punjabi
Manoj Punjabi
Lokasi produksiJakarta
PenyuntingDavid Yuliawan
Pengaturan kameraRoy Pakasi
Durasi1 Jam
DistributorSurya Citra Pictures
Surya Citra Media
Vidio.com
Rilis asli
JaringanSCTV
Format audioStereo
Dolby Digital 5.1
RilisKamis, 21 April –
Kamis, 23 Juni 2005

Pemain

Episode 1 - 3

Episode 4 - 7

Episode 8 - 10

Sinopsis

Topeng bertutur tentang perbedaan setiap orang dalam mengambil jalan pintas saat melewati waktu, kelas, gender, dan lingkungan. Topeng membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Membuat impian terdalam setiap manusia menjadi kenyataan, tak peduli apapun itu. Tak masalah seberapa besar atau sekecil apapun suatu impian, Topeng bisa mewujudkan semuanya.

Si Topeng berpetualang dari manusia satu ke manusia lainnnya dari satu tangan ke tangan lainnya. Kadang dia bisa memberi jalan keluar, kadang terlibat begitu jauh, kadang justru tak berarti sama sekali. Kisah satu sama lain melibatkan emosi yang berbeda-beda, tetapi memberi satu pelajaran, bahwa hidup kita adalah gambaran moral kita.

Pranala luar