C. Poortman ( - Belanda, 1951) adalah seorang pejabat pemerintah kolonial Belanda di wilayah Hindia-Belanda. Eksistensi tokoh ini dalam sejarah masih menyisakan banyak tanda-tanya. lihat halaman diskusinya

Perjalanan hidup

Poortman belajar Indology di Delft and kemudian ditunjuk sebagai Administrative Cadet di Netherland Indies dan ditempatkan di Tapaktuan di Sumatera Utara. Tahun 1904 ia ditunjuk menjadi Controleur di Sipirok, lalu menjadi Residen di Jambi, dan akhirnya Ia menjadi Acting Adviser pada departemen Native Affairs di Batavia. Tahun 1914-1918 Poortman belajar bahasa Tionghoa dan pada tahun 1928 berhasil mendapatkan akses ke dokumen-dokumen berbahasa Tionghoa di Kelenteng Sam Po Kong, Semarang. Tahun 1930 ia pensiun. Dalam kurun waktu 1930-1940 ia menjalankan risetnya di Belanda, khususnya dalam bidang sejarah Batak, dan memiliki dokumen-dokumen di Amsterdam yang dibawanya pulang ke rumah di Voorburg. Tahun 1951 ia meninggal di Belanda[1].

Kontroversi

Berkas:Sampokong plakat.JPG
Klenteng Sam Po Kong, Semarang.

Poortman memimpin penggeledahan Kelenteng Sam Po Kong di Semarang dan mengangkut naskah berbahasa Tionghoa yang terdapat di sana, sebagian telah berusia 400 tahun pada saat itu, sebanyak 3 cikar (pedati yang ditarik lembu), pada tahun 1928 dalam rangka tugas yang diembannya dari pemerintah kolonial Belanda untuk menyelidiki apakah Raden Patah itu orang Tionghoa atau bukan[2]. Walaupun tokoh ini belum benar-benar dapat dibuktikan keberadaannya, atau juga apakah merupakan orang yang lain akan tetapi berada posisi jabatan yang sama pada saat itu [3], akan tetapi Mangaraja Onggang Parlindungan telah mengutip banyak pernyataannya dalam bukunya Tuanku Rao [4], yang kemudian juga disitir secara kerap oleh Slamet Muljana dalam bukunya Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara [5] dan juga analisa-analisa lain [6][7][8][9].

Ricklefs menyatakan bahwa usaha-usaha pencarian oleh para sarjana Belanda untuk mengidentifikasi Poortman tidak menghasilkan apa-apa. Seharusnya Poortman adalah seorang yang cukup tinggi jabatannya, dan mengingat juga terdapat klaim yang menyatakan bahwa ia adalah murid dari Snouck Hurgronje dan guru dari van Leur [10].

Keberadaan Poortman dan cerita yang disampaikannya kepada Parlindungan masih merupakan hal yang spekulatif, dan mungkin imaginatif [11].

Dalam kasus lain tercatat bahwa Poortman merupakan orang yang berperan dalam perjalanan Arsip Bakkara, yang merupakan file-file pemerintahan Raja Sisingamangaraja XI. Arsip ini berpindah-pindah tangan selanjutnya dari koleksi Joustra dan akhirnya jatuh ke tangan Poortman di Voorburg, Belanda.[12]

Catatan

  1. ^ Mangaraja Onggang Parlindungan, Tuanku Rao. 1964, pp. 424-35.
  2. ^ Asvi Warman Adam, Babad Tionghoa Muslim, Republika Online, id:187382, Senin, 14 Februari 2005.
  3. ^ Russel Jones, Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No. 2. (1987), pp. 423-424.
  4. ^ Asvi Warman Adam, Wali Songo Berasal dari Cina?, MESIASS, asvi2, 15.01.2003 11:58:51, dikutip dari Kompas, Selasa, 12 Februari 2002.
  5. ^ M. Faliqul Isbah, Menyingkap Sejarah Hindu-Jawa, Komunitas Ruang Baca Tempo, Selasa|12|11|2006|20:26.
  6. ^ Mang Ucup, Walisongo itu Cino!, mangucup.org, Saturday, February 26, 2005 - 04:58 PM.
  7. ^ Satrio Arismunandar, Walisongo itu Cino! - Versi baru:-)), Email list_indonesia, Tue, 5 Apr 2005 22:27:52 -0700 (PDT).
  8. ^ Muhammad Luthfi Thomafi, Re: Wali Songo, Email, kmnu2000, Wed, 18 Oct 2006 11:20:46 -0700.
  9. ^ Benny G.Setiono, Pasang Surut Hubungan Tionghoa-Islam dalam Panggung Sejarah Indonesia, 19 Maret 2005, Djaman Doeloe, Perhimpunan INTI.
  10. ^ H. J. De Graaf and Th. G. Th. Pegeaud, Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries Edited by M. C. Ricklefs, (Monash Papers on Southeast Asie, No. 12.) xiii, 221 pp. map. Melbourne: Monash University, 1984, pp. iii.
  11. ^ Anthony Reid, Chinese Muslims in Java in the Fifteenth and Sixteenth Centuries: The Malay Annals of Semarang and Cerbon, The American Historical Review, Vol. 94, No. 2. (Apr., 1989), pp. 508-509.
  12. ^ Marbun, Arsip Bakkara, Humbang Hasundutan, Thursday, August 31, 2006.