Kereta api batu bara Kertapati

layanan kereta api di Indonesia

Kereta api Batu Bara Rangkaian Panjang Kertapati (disingkat Barapati) merupakan kereta api yang mengantarkan batu bara dari tambang PT Bukit Asam (PT BA) di Tanjungenim Baru ke Dermaga Kertapati (Palembang). Jika dibandingkan dengan babaranjang yang juga mengawali perjalanan dari Tanjungenim Baru, KA ini rangkaiannya lebih pendek dan jenis gerbongnya lebih bervariasi dengan lokomotif penariknya menggunakan CC204 dan CC206 yang sudah ditetapkan sebagai penarik tetapnya. Dahulu sebelum CC204 batch 2 semuanya didatangkan ke Divisi Regional III Palembang, KA Barapati biasanya cukup menggunakan lokomotif seri CC201 atau diperbantukan seri CC202 yang telah selesai berdinas babaranjang.

Kereta Api Batu Bara Kertapati
KA Barapati dengan gerbong kontainer modifikasi ditarik Lokomotif CC206.
Ikhtisar
SistemKereta api Barang
StatusBeroperasi
LokasiDivisi Regional III Palembang
TerminusKertapati
Tanjungenim Baru
Layanan1
Operasi
PemilikPT Bukit Asam
OperatorKAI Logistik
DepoLokomotif:
Kertapati (KPT)
Gerbong:
Kertapati (KPT)
Tanjungenim Baru (TMB)
RangkaianCC204
CC206 Batch 2
Data teknis
Panjang lintas164 km
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasiMaksimal 55 km/jam
Jumlah rute3100 - 3123

Pengoperasian

KA Barapati beroperasi dari Tanjungenim Baru ke Kertapati ditempuh sejauh 164 km dengan waktu sekitar 5 jam. Berdasarkan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2021, dalam sehari terdapat 11 KA yang mengangkut batubara dari Tanjung Enim ke Kertapati, serta 11 KA ke arah sebaliknya (kosongan). Sehingga total 34 perjalanan per hari.[1]

Berbeda dengan pembongkaran di Tarahan, pembongkaran di Kertapati dilakukan secara manual/bottom loading dengan membuka penutup gerbong KKBW (GB) bagian samping. Untuk memasukkan rangkaian ke jalur pembongkaran, lokomotif harus berpindah posisi untuk mendorong mundur rangkaian ke Apron Feeder (bak penampung bongkaran batubara). Selanjutnya batubara diolah lagi dan dikirim menggunakan kapal tongkang untuk keperluan ekspor dan pasokan ke Suralaya dan Cilegon, serta diekspor ke luar negeri. Sedangkan untuk rangkaian Kalog, operator logistik melakukan pembongkaran batu bara dengan gantry crane untuk dibawa dengan dump truck dari kereta api menuju storage yard Kertapati, kemudian dilakukan pemuatan batu bara dari storage yard ke tongkang dengan mengintegrasikan alat berat seperti misalnya conveyor belt, dump truck, excavator, dozer, dan wheel loader.[2]

Stamformasi

Sepanjang sejarah, KA Barapati diangkut dengan jenis bervariasi sebagai berikut:

  • Gerbong Datar (GD) 54 ton dengan kontainer modifikasi 20ft berlogo Kalog.
  • KKBW (GB) "perahu" eks babaranjang modifikasi 45 ton.
  • KKBW (GB) buatan Rumania 30 ton. (Hanya tersisa 1 rangkaian saja. Adapun gerbong lainnya dimutasikan untuk KA Batubara Ninja dan sebagian lain dimutasikan ke Daop 1 Jakarta dan Daop 7 Madiun untuk KA Kricak yang ditempatkan di Depo Stasiun Cipinang ataupun Stasiun Kertosono).
  • KKBW (GB) eks Ombilin 25 ton. (tidak dipakai lagi dengan alasan efisiensi rendah dan dikembalikan ke tempat asalnya, Divre 2 demi pengoperasian KA Klinker Karangputiah relasi Indarung - Bukit Putus)

Ringkasan stamformasi ada sebagai berikut:

Jenis KA Lokomotif penarik Estimasi jumlah gerbong per rangkaian
Barapati 54 ton KALOG (disingkat Barakalog) Satu buah lokomotif CC204/CC206 33 PPCW (GD) INKA + kontainer modifikasi 40ft berlogo Kalog.
Barapati 45 ton Satu buah lokomotif CC204/CC206 ±17 - 30 KKBW (GB) "perahu" eks babaranjang.
Barapati 30 ton Satu buah lokomotif CC204/CC206 ±40 KKBW (GB) buatan Rumania.
Barapati 25 ton
(tidak beroperasi karena efisiensi rendah)
Satu buah lokomotif CC201 ±20 - 25 KKBW (GB) eks Ombilin.
Barapati Super
(tidak beroperasi)
Dua buah lokomotif CC204 ±50 KKBW kapsul (GB) "perahu" eks babaranjang.

Referensi

  1. ^ Anonim (2019). Buku Daftar Waktu Gapeka 2019 Divre III Palembang. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan PT Kereta Api Indonesia (Persero). 
  2. ^ http://arsip76r.blogspot.co.id/2012/09/ka-barang-indonesia.html Dengan pengubahan seperlunya.

Pranala luar