Rasio keuangan
Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lainnya dalam suatu lapotan keuangan (financial statetment). Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan yang menjelaskan kepada penganalisis mengenai keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.[1]
Menurut Hery rasio keuangan adalah suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu pos dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan atau antar pos yang ada diantara laporan keuangan.[2]
Jenis-jenis rasio keuangan
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Jadi likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus di bayar dengan harta lancarnya.
Artinya, seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau utangnya yang sudah jatuh tempo. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang illikuid. Pada saat jatuh tempo, perusahaan harus membayar kewajiban kepada pihak luar perusahaan atau likuiditas perusahaan. Untuk dapat memenuhi kewajibannya perusahaan harus memiliki jumlah kas atau investasi atau aktiva lancar lainnya yang dapat segera dikonversi atau diubah menjadi kas untuk memenuhi kewajibannya seperti membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.[3]
Rasio Likuiditas terbagi kepada:
- Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.[4]
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.
Rumus : [5]
- Quick Ratio
Quick ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini disebabkan persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan dibandingkan dengan aset lain. Dengan kata lain, quick ratio diukur dari total aktiva lancar kemudian dikurangi dengan persediaan termasuk biaya yang di bayar di muka dan dibandingkan dengan seluruh utang.[6]
Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratiotinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.[7]
- Cash Ratio
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi utang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan. Cash ratio menunjukkan nilai relatif antara nilai uang kas terhadap utang lancar. Rasionya dihitung dengan membagi nilai kas dengan utang lancar. Dari rumusnya diketahui bahwa rasio kas menunjukkan seberapa besar uang kas atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank yang dimiliki perusahaan benar-benar dapat digunakan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek.[8]
Beberapa komponen dalam aktiva lancar seperti inventori, piutang, atau surat berharga tidak dengan mudah segera diuangkan dan digunakan untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah perusahaan dalam membayar utang-utangnya. Dengan demikian, rasio kas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.[9]
- Rasio Perputaran Kas
Rasio perputaran kas menunjukkan nilai relatif antara nilai penjualan bersih terhadap modal kerja bersih atau net working capital. Modal kerja bersih merupakan seluruh komponen aktiva lancar dikurangi total utang lancar. Rasio perputaran kas dihitung dengan membagi nilai penjualan bersih dengan modal kerja bersih. [10]
Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas atau Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi.[11]
Rasio solvabilitas terbagai kepada:
- Debt to Asset Ratio
Debt to asset atau yang biasa disebut debt ratio adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. [12]
- Debt to Equity Ratio
Debet to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang , termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio yang rendah semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas penanganan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.[13]
- Long Term Debt to Equity Ratio
Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. [14]
- Times Intered Earned
Times Intered Earned rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan laba sebelum pajak dan biaya bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.[15]
- Fixed Charge Coverage
Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai Times Intered Earned ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. adapun rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage adalah earning before tax ditambah sewa bunga ditambah kewajiban sewa dan dibandingkan dengan biaya bunga ditambah kewajiban sewa. [16]
- Current Asset to Equity
Current Asset to Equityadalah rasio yang membandingkan antara total aktiva lancar dengan modal sendiri. [17]
- Inventory to Equity
Inventory to Equityadalah rasio yang membandingkan antara total persediaan barang dengan modal sendiri. [18]
- Receivable to Equity
Receivable to Equity adalah rasio yang membandingkan antara total piutang dengan modal sendiri.[19]hlm 47
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang dapat digunakan manajemen untuk mengembil keputusan terdiri dari beberapa jenis. penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen perusahaan tersebut. [20]
Rasio aktivitas terbagi kepada:
- Perputaran piutang
- Hari rata-rata penagihan piutang
- Perputaran sediaan
- Hari rata-rata penagihan sediaan
- Perputaran modal kerja
- Perputaran aktiva tetap
- Perputaran aktiva
Referensi
Heltian Sahara (bicara) 25 November 2021 09.00 (UTC)
- ^ Study Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. ISBN 978-602-9413-09-0.
- ^ S.E.,M.Si,CRP.,RSA., Hery (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: PT.Buku Seru. ISBN 978-602-375-540-0.
- ^ M.A.B, Dr. Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 59. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ M.A.B, Dr.Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 60. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ M.A.B, Dr.Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 60. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ Study Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana. 2003. hlm. 123. ISBN 978-602-9413-09-0.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. 2007. hlm. 74. ISBN 979-499-132-5.
- ^ M.A.B, Dr. Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 69. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ M.A.B, Dr. Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 69. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ M.A.B, Dr. Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 70. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 151. ISBN 978-979-769-216-2.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 151. ISBN 978-979-769-216-2.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 158. ISBN 978-979-769-216-2.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 158. ISBN 978-979-769-216-2.
- ^ M.B.A, Dr. Darmawan (2020). Dasar-Dasar Memahami Rasio & Laporan Keuangan (edisi ke-1). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 84. ISBN 978-602-498-136-5.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 162. ISBN 978-979-769-216-2.
- ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 47. ISBN 978-602-589176-2.
- ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 48. ISBN 978-602-589176-2.
- ^ Wastam Wahyu, Hidayat (2018). Analisa Laporan Keuangan (edisi ke-1). Ponogoro: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 49. ISBN 978-602-589176-2.
- ^ Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2019. hlm. 175. ISBN 978-979-769-216-2.