Serajoedal Stoomtram Maatschappij

perusahaan asal Hindia Belanda

Serajoedal Stoomtram Maatschappij, disingkat sebagai SDS atau SDSM, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai "Perusahaan Kereta Uap Lembah Serayu", adalah sebuah perusahaan kereta api yang melintasi lembah Serayu dan menghubungkan kota-kota Maos, Patikraja, Purwokerto, Sokaraja, Purbalingga, Klampok, Mandiraja, Banjarnegara, sampai Wonosobo. Pembangunan jalur ini tidak dibangun secara bersamaan tapi dalam tiga tahap. Pembangunan jalur SDS menelan biaya sebesar 1.500.000 Gulden yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan Financiele Maaatscappij van Nijverheidsondernemingen in Ned. Indies dan proyek ini dipimpin oleh Ir. C. Groll. Jalur kereta ini dibangun atas dasar kepentingan ekonomi Belanda, dengan memberikan fasilitas transortasi yang cepat dan murah untuk perusahaan-perusahaan pemerintah Belanda, khususnya perusahaan perkebunan gula. [1] Beroperasi sejak tahun 1896, perusahaan ini jauh lebih dulu ada dibandingkan dengan eksistensi Staatsspoorwegen di wilayah Purwokerto. Jalur-jalurnya kini termasuk dalam Wilayah Aset V Purwokerto.

Perusahaan ini sejatinya merupakan perusahaan independen, tetapi pernah membentuk patungan dengan Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij, Oost-Java Stoomtram Maatschappij, dan Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij dalam menjalankan operasinya.

Sejarah

Pembentukan dan riwayat pembangunan lintas

Agar mobilitas pengangkutan penumpang dan hasil bumi dari Maos ke Banjarnegara (dan selanjutnya Wonosobo) lancar, SDS membangun jalur kereta api mulai dari Stasiun Maos menuju Stasiun Purwokerto Timur.[2] Berdasarkan besluit tertanggal 24 April 1894 yang disahkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, perusahaan ini segera melaksanakan konsesi pembangunan jalur kereta api dari Maos menuju Purwokerto Timur bersambung ke Banjarnegara.[3]

Dengan bermodal awal 1.500.000 gulden, jalur kereta api pertama SDS, Maos–Purwokerto Timur, akhirnya selesai pada tanggal 16 Juli 1896. Selanjutnya jalur ini diperpanjang hingga Sokaraja pada tanggal 5 Desember 1896, kemudian berakhir di Wonosobo pada tanggal 7 Juni 1917.[4]

Tujuan dari dibentuknya perusahaan ini adalah mengintegrasikan perusahaan-perusahaan gula. Pabrik-pabrik gula yang terintegrasi antara lain Pabrik Gula Purwokerto, Pabrik Gula Kalibagor, Pabrik Gula Kalimanah, Pabrik Gula Bojong, dan Pabrik Gula Klampok. SDS juga mengepakkan sayap bisnisnya ke pengangkutan hasil bumi seperti teh, kayu manis, dan tembakau, karena di wilayah tersebut memang ditanami tanaman tersebut.

Dalam verslag yang dibuat oleh SDS, jalur kereta apinya diresmikan menurut tanggal peresmian sebagai berikut.

Jalur Segmen Panjang (km) Dibuka Keterangan
Maos–Purwokerto Timur 29 16 Juli 1896 Jalur Kebasen - Purwokerto Timur dibongkar oleh Jepang[5]
Purwokerto–Wonosobo Purwokerto SDS–Sokaraja 9 5 Desember 1896
Sokaraja–Purwareja 16 2 Juli 1897
Purwareja–Banjarnegara 30 18 Mei 1898
Purwareja–Kandis 7 16 Juli 1898
Banjarnegara–Selokromo 19 1 Mei 1916
Selokromo–Wonosobo 14 7 Juni 1917
Banjarsari–Purbalingga 7 1 Juli 1900

Pada tanggal 1 Juli 1916, segmen jalur SS PatuguranKroya Staatsspoorwegen (SS) telah selesai dibangun. Agar memungkinkan pengguna jasa SS berpindah moda untuk ke Wonosobo, dibangunlah jalur kereta api transit dari Purwokerto menuju Purwokerto Timur.

Penutupan

Khusus untuk jalur kereta api Maos–Purwokerto Timur dinonaktifkan karena dibongkar oleh pekerja romusa Jepang pada tahun 1943.

Untuk lintas Purwokerto menuju Wonosobo dan percabangan menuju Purbalingga tetap beroperasi hingga tahun 1978. Walaupun demikian Stasiun Purwokerto Timur tetap beroperasi hingga dinonaktifkan pada pertengahan dekade 2000-an karena sudah tidak dilayani angkutan pupuk.

Pada bulan April 2018, PT KAI telah melakukan survei dan pendataan stasiun di jalur kereta api Purwokerto–Wonosobo. Saat ini tidak ada progres reaktivasi untuk jalur ini.[6]

Galeri

Referensi

  1. ^ Wicaksono, Jatmiko (25 Desember 2013). Serajoedal Stoomtram Maatschappij. BHHC. 
  2. ^ Oemar, Mohammad; Sudarjo; Abu Suud (1994). Sejarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Depdikbud RI. 
  3. ^ Staatsblad van Nederlandsch-Indië, 1895
  4. ^ Zuhdi, Susanto (2002). Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Jakarta: Gramedia. 
  5. ^ "Pekerdjaan Mempersatoekan Rel". Tjahaja. 1942-09-14. 
  6. ^ Luciana, Anisa (2018-04-05). "KAI Survei Pengaktifan Kembali Jalur Kereta Purwokerto-Wonosobo". Tempo. Diakses tanggal 2018-10-15.