Mei Xin
Mei Xin (ejaan Pinyin) atau Mei Hsin (ejaan Wade-Giles)adalah nama tokoh utama wanita dalam cerita sandiwara radio legendaris Tutur Tinular, sandiwara radio fenomenal yang berlatar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari hingga berdirinya Kerajaan Majapahit, karya S. Tidjab.
Dalam beberapa naskah ataupun tayangan film dan sinetron, nama Mei Xin sering ditulis Mei Shin. Padahal kata shin sendiri merupakan nama yang biasa dipakai di Jepang dan Korea, sedangkan dalam bahasa Mandarin seharusnya ditulis menjadi xin. Adapun kata xin dan shin sama-sama memiliki arti "akal pikiran".
Dalam cerita sandiwara tersebut, Mei Xin digambarkan sebagai sosok pendekar wanita berkebangsaan Mongolia yang berparas sangat cantik dan berbudi luhur, wanita yang sangat tabah meskipun nasib selalu menghempaskannya kedalam penderitaan cinta yang berkepanjangan dan kepahitan dalam mengarungi kehidupan.
Sementara itu dalam versi sinetron Tutur Tinular produksi tahun 1997 disebutkan bahwa Mei Xin bukan seorang wanita Mongolia, melainkan wanita Tionghoa dari suku Han yang hidup dalam penjajahan bangsa Mongol atau Dinasti Yuan.
Biografi
- Nama Marga: Tidak diketahui
- Nama Tengah: Mei
- Nama Belakang: Xin
- Guru: Ma BoYi, Wang Yin
- Suami: Lo ShiShan (suami pertama), Arya Kamandanu (suami kedua)
- Anak: Ayu Wandira (dengan Arya Dwipangga)
- Anggota Keluarga Lain: Panji Ketawang (keponakan, anak angkat), Jambu Nada (anak tiri)
- Saudara Seperguruan: Gao Xing, Lo ShiShan, Ra Tanca
- Kerabat lainnya: Arya Dwipangga (kakak ipar), Kaki Tamparoang, Nini Ragarunting
Asal Usul
Mei Xin adalah anak yatim piatu yang ditemukan oleh tetua Tao yang bermarga Ma dan bernama Boyi. Asal usul Mei Xin sendiri tidak jelas. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa Mei Xin adalah putri bangsawan dari Kerajaan Song yang melarikan diri setelah Kerajaan tersebut runtuh oleh serangan Kubilai Khan. Spekulasi ini menguat lantaran Mei Xin tidak mempunyai marga, sesuatu yang tidak lazim dalam tradisi Tiongkok. Diduga Mei Xin bermarga Song dan marganya sengaja dihilangkan oleh Ma Boyi untuk melindungi identitas asli Mei Xin dari Kerajaan Yuan.
Sejak kecil Mei Xin sudah diajari bela diri oleh Ma Boyi bersama kedua kakak seperguruannya Luo Shishan dan Gao Xing. Mei Xin sangat dekat kengan kedua kakak seperguruannya dan pada usia remaja Mei Xin dinikahi oleh Luo Shishan. Sementara Gao Xung memilih untuk mengabdi pada Dinasti Yuan. Sejarah mencatat, Gao Xing salah satu panglima perang Dinasti Yuan yang pada tahun 1293 di utus oleh Kaisar Khubilai Khan untuk menghukum penguasa Tumapan / Tumapel / Singasari yaitu Prabu Kertanegara.
Perjalanan Hidup
Mpu Ranubhaya cucu murid dari Mpu Gandring adalah ahli pembuat senjata sakti yang merupakan Guru Kanuragan dari Arya Kamandanu yang kala itu diculik dan dibawa berlayar dan menjadi tawanan Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Mongolia, dipaksa membuat senjata sakti sebagai syarat kebebasan atas dirinya. Maka oleh Mpu Ranubhaya dibuatlah sebuah pedang pusaka yang diberi nama Pedang Naga Puspa. Demi menyelamatkan pedang tersebut dari orang-orang yang berwatak jahat, Pedang Naga Puspa dipercayakan kepada pasangan pendekar Luo ShiShan dan Mei Xin. Sedangkan Mpu Ranubhaya dan Ma Boyi tewas dalam upaya mempertahankan pedang tersebut.
Pasangan pendekar ini akhirnya menjadi buronan dan menjadi pelarian hingga terdampar ke Tanah Jawa. Sesampainya di Tanah Jawa, pedang ini pun menjadi rebutan oleh banyak pendekar jahat. Dalam sebuah pertarungan Luo ShiShan terluka parah akibat terkena Aji Segara Geni milik Mpu Tong Bajil. Beruntung Luo ShiShan dan Mei Xin ditolong oleh Arya Kamandanu dan melarikan diri. Namun akibat parahnya luka dalam Luo ShiShan akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal, Luo ShiShan menitipkan Mei Xin pada Arya Kamandanu.
Mei Xin yang sangat berduka karena kehilangan suami tercintanya kini hidup terlunta-lunta dalam kehampaan, ia selalu hidup dalam bayang-bayang mendiang suaminya, Lou Shi San. Jiwanya begitu labil, fisiknya menjadi lemah, putus asa dan hampir berniat mengakhiri hidupnya. Untunglah Arya Kamandanu adalah seorang ksatria yang bisa diandalkan. Dengan sabar, tak henti-hentinya kamandanu berusaha membangkitkan semangat Mei Xin. Setiap kesempatan kamandanu selalu berbagi cerita tentang bagaimana menghayati, mensyukuri dan menjalani arti hidup yang sesungguhnya sebagai anugerah yang diberikan oleh yang Maha Kuasa. Sedikit demi sedikit semangat Mei Xin muncul kembali. Karena Kamandanu lah Mei Xin mempunyai harapan kembali. Akhirnya, dalam kebersamaan mereka, lama kelamaan benih-benih cinta mulai bersemi di hati. Kamandanu pun berhasil membujuk Mei Xin untuk turut serta pulang kerumah orangtunya di desa Kurawan.
Sementara itu, prajurit-prajurit Kediri yang menginginkan pedang sakti Naga Puspa dibawah pimpinan Mpu Tong Bajil masih saja terus memburu Mei Xin. Karena tidak ingin menyusahkan Kamandanu diam-diam Mei Xin pergi. Kemudian Mei Xin bertemu dengan Arya Dwipangga yang waktu itu sudah beristrikan Nari Ratih. Mei Xin tahu kalau Arya Dwipangga mencintainya. Namun dia tidak menanggapinya. Syair-syair Arya Dwipangga hanya dianggap angin lalu saja. Namun dengan cara licik Arya Dwipangga menodai Mei Xin.
Untunglah Arya Kamandanu mau bertanggung jawab. Dengan hati yang luka Kamandanu menikahi Mei Xin. Mei Xin lalu menyerahkan Pedang Nagapuspa pada Arya Kamandanu.
Ketika rumah Empu Hanggareksa diserbu Prajurit Kediri, Mei Xin berhasil lolos. Kembali dikejar-kejar oleh prajurit Kediri. Namun Mei Xin diselamatkan oleh Nini Raga Runting dan Kaki Tamparoang, sepasang pendekar tua yang mempuni. Kaki Tamparoang dan Nini Ragarunting berhasil mempertemukan kembali Mei Xin yang sedang hamil dengan Arya Kamandanu. Selama beberapa waktu Mei Xin dan Kamandanu bisa hidup bersama di lereng Gunung Arjuna bersama dengan keponakan mereka, Panji Ketawang, putra Arya Dwipangga dan mendiang Nari Ratih. Beberapa saat kemudian, Mei Xin melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Ayu Wandira.
Kamandanu tertarik untuk menjadi prajurit Majapahit. Tak Lama setelah Kamandanu pergi, Dewi Sambi dan anak buahnya datang ke lereng Gunung Arjuno dan menyerang tempat tinggal Mei Xin. Mei Xin kembali bertarung melawan Dewi Sambi. Mei Xin terluka parah dan jatuh ke dalam jurang setelah terkena Aji Tapak Wisa milik Dewi Sambi. Untunglah Ayu Wandira dan Panji Ketawang diselamatkan oleh Nini Raga Runting dan Kaki Tamparoang. Kelak Ayu Wandira menjadi murid Nini Raga Runting dan mewarisi jurus Emban Gendong Momongan.
Mei Xin ditemukan oleh Tabib Wang Yin dan muridnya Ra Tanca yang saat itu sedang mencari daun-daunan untuk obat. Mei Xin kemudian dibawa ke tempat tinggal Tabib Wang. Berkat ilmu pengobatan Tabib Wang, luka Mei Xin bisa disembuhkan, padahal hampir tidak mungkin ada yang bisa lolos dari kematian setelah terkena Aji Tapak Wisa. Lambat laun Mei Xin tertarik dengan ilmu pengobatan akhirnya diangkat murid oleh Tabib Wang Yin. Selain ilmu pengobatan, Mei Xin juga mewarisi ilmu yang bernama ilmu Kabegjan, yaitu sebuah ilmu yang bisa melindungi diri dari bahaya selama pimiliknya tidak pernah berbohong. Akhirnya Mei Xin menjadi seorang tabib terkenal dan berganti nama menjdi Nyai Paricara.
Sementara Arya Kamandanu karena mengira Mei Xin sudah meninggal akhirnya menikah dengan Sakawuni.
Ketika Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana sakit keras, Mei Xin alias Nyai Paricara datang ke Majapahit untuk mengobati sang Raja. Dalam perjalanan ke Majapahit, Mei Xin bertemu dengan Dewi Sambi yang dulu pernah mencelakainya dengan Aji Tapak Wisa. Kedua musuh bebuyutan ini bertarung hebat hingga akhirnya Dewi Sambi tewas oleh ilmunya sendiri.
Sesampainya Nyai Paricara di keraton, untuk mengobati Sang Prabu, Sakawunipun hendak melahirkan sehingga Nyai Paricara juga membantu persalinan Sakawuni disamping untuk mengobati Raja. Sayang dua-duanya tidak tertolong. Mei Xin bertemu lagi dengan Kamandanu, tapi dia tidak mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.
Akhir Hidup
Dalam sandiwara radio Mahkota Mayangkara diceritakan malah Mei Xin meninggal dunia akibat wabah penyakit Mageleh setelah mengobati warga Desa Binor.
Adaptasi
Bersamaan dengan terkenalnya kisah sandiwara radio Tutur Tinular karakter Mei Xin yang pertama kali disuarakan oleh Elly Ermawaty dalam sandiwara radio telah beberapa kali di adaptasi dari tutur tinular pendahulu mulai dari film layar lebar hingga sinetron.
- Film Tutur Tinular 1 (Pedang Naga Puspa) tahun 1989 tokoh Mei Xin diperankan oleh Elly Ermawati
- Film Tutur Tinular II (Naga Puspa Kresna) tahun 1991 tokoh Mei Xin diperankan oleh Linda Yanoman
- Film Tutur Tinular IV (Mendung Bergulung di Atas Majapahit) tahun 1992 tokoh Mei Xin kembali diperankan oleh Linda Yanoman
- Sinetron Mahkota Mayangkara TPI tahun 1993 tokoh Mei Xin diperankan oleh Yurike Prastika
- Sinetron Mahkota Majapahit RCTI tahun 1994 tokoh Mei Xin diperankan oleh Yurike Prastika
- Sinetron Tutur Tinular ANTV & Indosiar tahun 1997 tokoh Mei Xin diperankan oleh aktris Tiongkok Li Yun Juan
- Sinetron Tutur Tinular Versi 2011 Indosiar tahun 2011 tokoh Mei Xin diperankan oleh Adelia Rasya
- Sinetron Pedang Naga Puspa SCTV tahun 2015 tokoh Mei Xin diperankan oleh Louise Anastasya
- Sinetron Tutur Tinular MNCTV tahun 2021 tokoh Mei Xin diperankan oleh novi herlina