Teori semiotika Peirce

Revisi sejak 3 Desember 2021 07.57 oleh Tutiana98 (bicara | kontrib) (perbaikan)

Teori Semiotika Peirce (Charles Sander Peirce (1839-1914)) merupakan teori mengenai sistem tanda yang diciptakan ahli filosof Amerika terkenal dalam bidang logika terhadap manusia dan penalaranya. Peirce mengatakan bahwa manusia berfikir dalam tanda dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Tanda merupakan sesuatu yang tampak, merujuk pada sesuatu, mampu mewakili relasi antara tanda dengan penerima tanda yang bersifat representatif dan mengarah pada interpretasi. Adapun syarat agar sesuatu dapat disebut sebagai tanda yaitu apabila sesuatu itu dapat ditangkap, menunjuk pada sesuatu, menggantikan, mewakili, menyajikan dan dan memiliki sifat representatif, yang memiliki hubungan langsung dengan sifat interpretatif. Menurut Peirce, tanda merupakan sesutu yang berfungsi untuk mewakili sesuatu yang lain dengan mempresentasikan sesuatu yang diwakilinya.Peirce membagi sistem tanda (semiotik) menjadi  tiga unsur yang telah dimuat dalam teori segitiga yaitu tanda (sign), acuan tanda (object), dan penggunaan tanda (interpretant). Tanda merupakan sesuatu yang berbentuk fisik yang diterima oleh panca indera manusia dan dapat merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol, ikon dan indeks. Acuan dari tanda disebut objek. Objek ialah sesuatu yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara itu, interpretant merupakan konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan memberikan makna terhadap objek yang dirujuk sebuah tanda. Peirce menyebut tanda dengan sebutan semiosis, artinya setiap hal yang ada di dunia merupakan sebuah tanda yang merupakan  suatu proses pemaknaan terhadap tiga tahap (triatidic).[1] [2][3][4]

Trikotomi Peirce

Trikotomi pertama yaitu hubungan antara representamen dan objek.[2]

  • Ikon merupakan hubungan yang berdasarkan pada kemiripan artinya representamen memiliki kemiripan dengan objek yang diwakilinya.
  • Indeks merupakan hubungan yang memiliki hubungan eksistensial. Sesuatu hal disebabkan adanya sesuatu yang lain atau adanya hubungan sebab akibat. Seperti tidak ada asap bila tidak ada api. Asap dapat dianggap sebagai tanda untuk eksisnya api dan dalam hubungan seperti ini asap adalah indeks.
  • Simbol merupakan tanda yang menghubungkan antara tanda dan objek ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku di masyarakat, Misalnya bendera kuning berarti bendera kematian.

Trikotomi kedua yaitu sudut pandang antara hubungan representamen dengan tanda. Pierce membaginya menjadi tiga yaitu:

  • Qualisign merupakan tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat.
  • Sinsign adalah eksistensi dan aktualitas atas suatu benda atau peristiwa terhadap suatu tanda.  sesuatu yang sudah terbentuk dan dapat dianggap sebagai representamen, tetapi belum berfungsi sebagai tanda.
  • Lesigsign adalah norma yang terkandung dalam suatu tanda. Hal ini berkaitan dengan aturan-aturan yang berlaku secara umum. Misalkan tanda dilarang mengambil gambar hal tersebut menunjukan bahwa kita dilarang mengambil gambar pada lingkungan dimana tanda itu berada.

Trikotomi ketiga berdasarkan interpretan. Peirce membedakan tiga macam interpretan, yaitu.

  • Rheme merupakan tanda yang memungkinkan ditafsirkan dalam pemaknaan yang berbeda-beda. Misalnya saja orang yang matanya merah, maka bisa jadi dia sedang mengantuk, atau mungkin sakit mata.
  • Dicent sign adalah tanda yang sesuai dengan  kenyataanya. Misalnya, saja disuatu jalan kampung yang terjal dan sering terjadi kecelakaan maka di jalan tersebut dipasang rambu lalu lintas hati-hati kurangi kecepatan.
  • Argument adalah tanda yang berisi alasan tentang sesuatu hal. Seperti tanda larangan merokok di SPBU, hal tersebut di buat karena merupakan tempat yang mudah terbakar.[2]

Referensi

  1. ^ Patriansyah, Mukhsin (2014). "ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE KARYA PATUNG RAJUDIN BERJUDUL MANYESO DIRI". Jurnal Ekspresi Seni. 16 (2). 
  2. ^ a b c Zaimar, Okke K.S. (2008). Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 
  3. ^ As ambarini, Umaya, Nazla Maharani. Semiotika Teori dan Aplikasi pada karya Sastra. ISBN 978-602-8047-12-8. 
  4. ^ Morissan (2009). Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia.