Kerapu cantang
Ikan kerapu cantang merupakan ikan yang didapatkan dari hasil persilangan secara rekayasa dari 2 spesies ikan kerapu yaitu ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoggostatus) sebagai induk betina dan ikan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) sebagai induk jantan.
Ikan kerapu menjadi salah satu komoditas unggulan budidaya di Indonesia disamping tiga komoditi lainnya seperti udang, ikan nila dan rumput laut. Sumber daya perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat cerah untuk dikembangkan dan dimanfaatkan baik untuk usaha perikanan skala kecil maupun skala besar sehingga mampu memenuhi kebutuhan lokal maupun kebutuhan ekspor sebagai penghasil devisa Negara. Sementara penurunan populasi ikan kerapu di alam dan kerusakan habitat karang memacu pengembangan budidaya kerapu menjadi alternatif solusi yang sangat tepat dalam kontribusi ekspor (Amrullah, 2003).[1]
Permasalahan yang kerap terjadi pada usaha budidaya kerapu ialah penyakit. Begitu pula pada budidaya ikan kerapu, kendala yang sering dihadapi yaitu kematian ikan di bak budidaya akibat adanya penyakit. Kegiatan dipping (perendaman) ikan kerapu dalam air tawar merupakan salah satu kegiatan penanganan yang dilakukan untuk mengurangi parasit pada tubuh ikan dan diduga dapat meningkatkan nafsu makan pada ikan. Perendaman dalam air tawar dilakukan selama 5-10 menit bahkan 20 menit. perendaman tergantung dari banyaknya dosis yang digunakan.
Kegiatan dipping (perendaman) merupakan salah satu kegiatan penanganan yang dilakukan dengan cara merendam ikan kerapu cantang ke dalam air tawar yang bertujuan sebagai pengendalian dari berbagai jenis hama dan penyakit serta membantu menunjang kelangsungan hidup dan peningkatan produksi. Kegiatan yang sering dilakukan pada biota kultur laut adalah disebut dipping di air tawar. Kegiatan seperti ini dilakukan di keramba jaring apung (KJA) secara rutin pada umumnya setiap seminggu sekali dengan lama perendaman ikan disesuaikan dengan kepadatan ikan serta penggunaan aerasi. Ikan yang akan direndam diangkut dari wadah pemeliharaannya dan ditempatkan pada ember/styrofoam yang sudah diisi dengan air tawar (Astriwana, 2010).[2]
Hasil penelitian Fitri (2009) yang berjudul pengaruh perbedaan umpan terhadap pola tingkah laku makan ikan kerapu macan (ephinephelus fuscoguttatus) diperoleh umpan yang digunakan adalah udang krosok (Metapenaeus elegans) dan ikan rucah (Sardinella gibbosa).[3] Data yang diamati meliputi waktu respon dan pola tingkah laku makan Ephinephelus fuscoguttatus terhadap umpan dengan lama perendaman 1, 7 dan 12 jam. Diperoleh kesimpulan bahwa bahwa umpan ikan rucah (Sardinella gibbosa) dan udang krosok (Metapenaeus elegans) dengan lama waktu perendaman 1 jam dan 7 jam memberikan pengaruh yang sama terhadap respon makan ikan kerapu macan namun tidak merespon dengan lama waktu perendaman 12 jam. Sedangkan pola tingkah laku makan ikan kerapu macan terdiri dari fase arousal (timbul selera), fase search (mencari), fase uptake and finding (mengindentifikasi dan memakan).
Kualitas Air
Nilai pH yang baik untuk produksi dan pemeliharaan ikan adalah 6,5-9. Ikan kerapu menyukai hidup di habitat perairan karang dengan salinitas 30 ppt sampai 35 ppt.[4] nilai kecepatan arus yang optimal untuk budidaya kerapu berkisar antara 0,23 m/detik - 0,50 m/detik. suhu optimum untuk budidaya kerapu di KJA berkisar antara 27˚ – 32˚. ) Konsentrasi oksigen terlarut optimum untuk pembesaran ikan adalah >3 mg.[5]
Referensi
- ^ Sudaryanto, Agus (2019-01-31). "Kajian Level dan Dampak Senyawa Polybrominated Diphenyl Ethers (PBDEs) pada Ikan Kerapu Budidaya dan Kerapu Liar dari Lampung". Jurnal Teknologi Lingkungan. 20 (1): 93. doi:10.29122/jtl.v20i1.3120. ISSN 2548-6101.
- ^ Ibrahim, Bustomi; Suptijah, Pipih; Syahreza, Fajar (2017-12). "Kinerja Microbial Fuel Cells Pada Pengolahan Limbah Cair Pemindangan Dengan Membran Separator Campuran Polimer Kitosan/PVA". Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 27 (3): 235–241. doi:10.24961/j.tek.ind.pert.2017.27.3.235. ISSN 0216-3160.
- ^ Fitri, Aristi Dian Purnama; Purbayanto, Ari (2017-02-08). "RASIO AREA OTAK DAN ORGAN PENGLIHATAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) HUBUNGANNYADENGAN POLAMAKAN". Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 14 (4): 345. doi:10.15578/jppi.14.4.2008.345-351. ISSN 2502-6542.
- ^ Sudaryanto, Agus (2019-01-31). "Kajian Level dan Dampak Senyawa Polybrominated Diphenyl Ethers (PBDEs) pada Ikan Kerapu Budidaya dan Kerapu Liar dari Lampung". Jurnal Teknologi Lingkungan. 20 (1): 93. doi:10.29122/jtl.v20i1.3120. ISSN 2548-6101.
- ^ Effendi, Hefni; Amalrullah Utomo, Bagus; Maruto Darmawangsa, Giri; Elfida Karo-Karo, Rebo (2015-12-01). "FITOREMEDIASI LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DENGAN KANGKUNG (Ipomoea aquatica) DAN PAKCOY (Brassica rapa chinensis) DALAM SISTEM RESIRKULASI". Jurnal Ecolab. 9 (2): 80–92. doi:10.20886/jklh.2015.9.2.80-92. ISSN 1978-5860.