Sulaiman

Revisi sejak 21 Maret 2005 13.17 oleh 203.130.255.177 (bicara)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Nabi Sulaiman ialah putra Nabi Daud. Sejak kecil telah menunjukkan kecerdasan dan ketajaman pikiran. Pernah memutuskan perkara 2 orang yang berselisih, yakni antara pemilik kebun dan pemilik kambing.

Raja Segala Makhluk

Setelah Sulaiman cukup umur dan ayahandanya wafat, Sulaiman diangkat menjadi raja di kerajaan Israil. Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Nabi Sulaiman ialah seorang raja. Beliau berkuasa tak hanya atas manusia, namun juga binatang dan makhluk halus seperti jin dsb.

Istana Nabi Sulaiman sangat indah. Dibangun dengan gotong royong manusia, binatang, dan jin. Dindingnya terbuat dari batu pualam, tiang dan pintunya dari emas dan tembaga, atapnya dari perak, hiasan dan ukirannya dari mutiara dan intan berlian, pasir di taman ditaburi mutiara, dsb.

Nabi Sulaiman memiliki kendaraan istimewa berupa angin sebulan.

Permasalahan Tukang Sihir

Di masa Nabi Sulaiman terdapat banyak tukang sihir. Suatu ketika Nabi Sulaiman berpesiar dengan kawulonya dari segala makhluk. Beliau tak mempergunakan kendaraan istimewanya yakni angin sebulan. Kesempatan itu digunakan para tukang sihir mengacaukan akidah Bani Israil. Akibatnya mereka menjadi kafir. Pada saat mengetahui kejadian ini, Nabi Sulaiman memerintahkan penguburan kitab-kitab sihir di bawah singgasananya pada sahabatnya Ashif bin Barkhia. Siapapun yang mengambilnya akan terbakar.

Baitul Maqdis

Suatu ketika muncullah bisikan suci dalam hati Nabi Sulaiman membangun Baitul Maqdis. Para kawulonya dari segala makhlukpun bergotong royong membangun rumah suci itu. Nabi Sulaiman mempersembahkan Baitul Maqdis itu untuk Allah. Di sanalah tempat ibadah. Hanya sayang, suatu ketika setelah wafatnya Nabi Sulaiman, rumah suci ini dipakai menyembah berhala.

Di kemudian hari, Nabi Muhammad SAW memindahkan kiblat dari Baitul Maqdis (Masjidul Aqsho) ke Ka’bah (Masjidul Harom).

Ratu Saba’

Pada waktu membangun Baitul Maqdis, Nabi Sulaiman bernazar untuk mengelilingi bumi apabila rumah suci itu selesai. Setelah rumah suci itu selesai, Nabi Sulaimanpun berpesiar bersama kawulonya. Suatu ketika tibalah mereka di lembah Asgalan, yang merupakan kerajaan semut. Raja semut memerintahkan rakyatnya memberi jalan pada Nabi Sulaiman. Sebaliknya Nabi Sulaimanpun meminta rakyatnya agar jangan menginjak sarang semut.

Suatu ketika tibalah mereka di Sana’, Yaman. Daerah itu berbatu-batu dan tandus. Nabi Sulaiman memanggil burung hudhud. Namun tak hadir, sehingga beliau berjanji akan menyembelihnya kalau burung hudhud tidak bisa memberi keterangan yang jelas.

Ketika sumber air ketemu, burung hudhud baru datang. Ia langsung memohon ampun pada Nabi Sulaiman dan mengatakan bahwa ia telah mengintai sebuah negeri bernama Saba’. Negeri itu dipimpin seorang ratu bernama Bilqis. Mereka semua menyembah matahari. Burung hudhud meminta rajanya agar mengajak ratu dan penduduk Saba’ itu masuk agama tauhid.

Nabi Sulaiman menyetujui kata burung hudhud dan menulis surat buat Ratu Bilqis. Burung hudhudpun pergi ke negeri Saba’ dan menjatuhkan surat itu dari atas. Setelah membaca surat itu, Ratu Bilqis berunding dengan para petinggi menentukan sikap. Akhirnya disepakati akan dikirim perutusan ke Palestina untuk memberikan sejumlah hadiah pada Nabi Sulaiman. Namun, setelah para perutusan itu datang ke Palestina, menemui Nabi Sulaiman yang saat itu sudah pulang, ditolaklah hadiah itu. Beliau hanya meminta penduduk dan ratu Saba’ menyembah Allah SWT. Para perutusan itupun pulang. Mereka menyampaikan apa kata Nabi Sulaiman. Ratu Bilqispun memutuskan menemui Nabi Sulaiman ke Palestina. Burung hudhud melaporkan segala apa yang diperbuat Ratu Bilqis pada rajanya. Beliau meminta agar istana dan singgasana Ratu Bilqis dipindahkan ke istananya, dan perintah ini dilakukan oleh Ashif bin Barkhia, orang yang memperoleh ilmu dari al-Kitab.

Ratu Bilqispun datang. Ia terpesona dengan keindahan istana Nabi Sulaiman. Akhirnya ia dan rakyatnya menyembah Allah. Menurut riwayat, ia menikah dengan Nabi Sulaiman dan menurunkan para raja Abbesinia (Ethiopia).

Wafat

Nabi Sulaiman wafat dalam usia lanjut. Pada saat wafat, beliau sedang mengawasi para kawulo segala makhluknya bekerja membangun kota. Saat itu beliau bertelekan pada tongkatnya sambil berdiri; dalam keadaan itu beliau wafat. Rakyatnya sendiri baru mengetahuinya wafat setelah tongkatnya rapuh dimakan rayap.