Penalaran abduktif
Definisi
Penalaran abduktif disebut juga penalaran abduksi adalah suatu bentuk yang dimulai dengan pengamatan atau serangkaian pengamatan dan kemudian mencari kesimpulan yang paling sederhana dan paling mungkin dari pengamatan. Penalaran ini memungkinkan menyimpulkan sebagai penjelasan dari . Sebagai hasil dari kesimpulan ini, penculikan memungkinkan prasyarat untuk diculik dari konsekuensinya . Misalnya, dalam permainan bilyar, setelah mengukur dan melihat bola delapan bergerak ke arah kita, kita dapat menduga bahwa bola cue (isyarat) mengenai bola delapan. Pukulan bola cue akan menjelaskan pergerakan bola delapan. Ini berfungsi sebagai hipotesis yang menjelaskan pengamatan kita. Mengingat banyak penjelasan yang mungkin untuk pergerakan bola delapan, penculikan kita tidak membuat kita yakin bahwa bola cue benar-benar mengenai bola delapan, tetapi dengan asumsi kita dapat mengarahkan yang ada disekitar kita. Meskipun banyak kemungkinan penjelasan untuk setiap proses fisik yang kita amati, kita cenderung memberikan satu penjelasan atau beberapa penjelasan untuk proses itu dengan harapan bahwa kita dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik di sekitar kita dan mengabaikan beberapa kemungkinan. Digunakan dengan benar, penalaran abduktif dapat menjadi sumber prioritas berguna dalam statistik Bayesian.
Kondisi
Abduktif berbasis logika
Abduktif berbasis logika (Logic-based abduction) diartikan secara logika dengan menyatakan bahwa penjelasan dicapai melalui penggunaan teori logis mewakili domain (pernyataan) dan satu set pengamatan . abduksi yang dimaksudkan ialah proses menurunkan satu set penjelasan dari berdasarkan dan memilih salah satu dari penjelasan itu. Maka, untuk menjadi penjelasan berdasarkan , itu harus memenuhi dua kondisi yakni
- Kondisi pertama ialah mengikuti dari dan dan
- Kondisi kedua ialah konsisten dengan .
Pada logika formal, dan diasumsikan sebagai set literal dengan dua syarat untuk menjadi penjelasan dari sesuai teori yakni
- konsisten.
Di antara penjelasan yang mungkin ialah memenuhi dua kondisi ini, beberapa kondisi minimalitas lainnya biasanya dipakai untuk menghindari fakta yang tidak relevan (tidak berkontribusi pada entailmen dari ) yang disertakan dalam penjelasan. Abduksi kemudian diproses dengan memilih beberapa anggota dengan kriteria dalam memilih anggota yang mewakili penjelasan "terbaik" mencakup kesederhanaan, probabilitas sebelumnya, atau kekuatan penjelas dari suatu penjelasan.
Sebuah metode penalaran abduksi secara logika digunankan pada klasik orde pertama berdasarkan kalkulus berurutan dan berganda, berdasarkan tabel aux semantik (tabel analitik) yang diusulkan.[1] Metodenya bagus dan lengkap dan bekerja untuk logika orde pertama penuh, tanpa memerlukan pengurangan awal formula ke dalam bentuk normal. Metode ini juga telah diperluas ke logika modal .
Sejarah
Peirce
Filsuf Amerika Charles Sanders Peirce memperkenalkan abduksi ke dalam logika modern berfungsi untuk menawarkan suatu hipotesis yang tentunya mampu memberikan penjelasan terhadap seluruh peristiwa secara akurat dan mendekati kebenaran. Selang waktu bertahun-tahun ia disebut seperti hipotesis inferensi, abdutif, praduga, dan retroduksi. Ia menganggapnya bahwa topik dalam logika sebagai bidang normatif dalam filsafat, bukanlah suatu logika formal atau matematika murni, dan akhirnya sebagai topik juga dalam ekonomi penelitian. Silogisme abduksi ini biasanya diwali oleh sebuah fakta atau peristiwa, kemudian disimpulkan dalam bentuk hipotesis unyuk menjelasakan peristiwa tersebut. Dalam hal ini charles memberikan 2 macam ciri dari metode abduksi ini. Ciri yang pertama, abduksi menawarkan suatu hipotesis yang memberikan penjelasan atau eksplanasi yang probable. Probable disini maksudnya adalah untuk menjelaskan dan menegaskan bahwa hipotesis itu merumakan satu kemungkinan penjelasan. Sifat dari hipotesis itu adalah sebagai konjektur, atau sering disebut sebagai dugaan. Ilmuwan yang menjelaskan suatu pengetahuan harus benar-benar tahu bahwa, jika pengetahuannya benar, maka fakta yang diobservasi akan dapat dijelaskan secara benar pula. Kebenaran yang terkandung di dalam hipotesis itu harus diuji melalui proses verifikasi. Ciri yang kedua, abduksi pun dapat memberikan eksplanasi atau penjelasan bagi fakta yang mungkin belum dijelaskan atau bahkan tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat diobservasi secara langsung. Berdasarkan ciri yang kedua ini, sedikit ada pertentangan dari seorang tokoh Auguste Comte dengan positivisme-nya yang beranggapan bahwa semua hipotesis seharusnya dapat secara langsung menjelaskan fakta. Tapi bagi Pierce, jika hipotesis itu mampu menjelaskan fakta yang bisa diamati, sekaligus juga fakta-fakta yang tidak bisa diamati, itu sudah cukup untuk dianggap sebagai teori.
Karena dua tahap pengembangan dan perluasan dari hipotesis dalam penyelidikan ilmiah antara abdusi dan juga induksi sering dipecah menjadi satu konsep menyeluruh dalam suatu hipotesis. Itulah sebabnya, dalam metode ilmiah yang dikenalan oleh Galileo dan Bacon yakni tahap abduktif dari pembentukan hipotesis yang dikonsepkan secara sederhana sebagai induksi. Jadi, pada abad kedua puluh, penalaran ini diperkuat oleh penjelasan Karl Popper tentang model hipotetis-deduktif, di mana hipotesis dianggap hanya "dugaan" [2] terhadap semangat Peirce. Namun, ketika pembentukan hipotesis dianggap sebagai hasil dari suatu proses, menjadi jelas bahwa "tebakan" ini telah dicoba dan dibuat lebih kuat dalam pemikiran sebagai tahap yang diperlukan untuk memperoleh status hipotesis. Memang, banyak abduksi yang ditolak atau diubah secara besar-besaran oleh abduksi berikutnya sebelum mencapai tahap ini.
Sebelum tahun 1900, Peirce memperlakukan abduksi sebagai penggunaan aturan yang diketahui untuk menjelaskan suatu pengamatan. Misalnya, sudah menjadi aturan umum bahwa, jika hujan, rumput menjadi basah. Jadi, untuk menjelaskan fakta bahwa rerumputan di halaman ini basah, orang mengatakan bahwa telah turun hujan. Abduksi dapat menyebabkan kesimpulan yang salah jika aturan lain yang mungkin menjelaskan pengamatan tidak diperhitungkan karena bisa saja rumput basah karena embun. Hal Ini tetap menjadi penggunaan umum istilah "abduksi" dalam ilmu sosial dan kecerdasan buatan.
Peirce secara konsisten mencirikannya sebagai jenis inferensi yang memulai hipotesis dengan menyimpulkan dalam penjelasan, meskipun tidak pasti, untuk beberapa pengamatan (anomali) yang sangat aneh atau mengejutkan yang dinyatakan dalam sebuah premis. Pada awal tahun 1865 ia menulis bahwa semua konsepsi tentang sebab dan akibat dicapai melalui kesimpulan hipotetis. Pada tahun 1900-an ia menulis kembali bahwa semua isi penjelasan teori dicapai melalui abduksi. Dalam hal lain Peirce merevisi pandangannya tentang penculikan selama bertahun-tahun.
Gilbert Harman
Gilbert Harman adalah profesor filsafat di Universitas Princeton. Catatan Harman tahun 1965 tentang peran "inferensi untuk penjelasan terbaik" menyimpulkan bahwa keberadaan apa yang kita butuhkan untuk penjelasan terbaik dari fenomena yang dapat diamati dan sangat berpengaruh. Hal inilah yang disebut dengan induktif.
Stephen Jay Gould
Stephen Jay Gould dalam menjawab hipotesis Omphalos pada tahun 1995 menyatakan bahwa induksi hanya hipotesis yang dapat dibuktikan salah yang berada dalam domain sains dan hanya hipotesis ini yang merupakan penjelasan yang baik dari fakta yang layak untuk disimpulkan.
Referensi
- ^ Mayer, Marta Cialdea; Pirri, Fiora (1993). "First order abduction via tableau and sequent calculi". Oxford Journals (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 99–117. doi:10.1093/jigpal/1.1.99. Diakses tanggal 2021-12-05.
- ^ Popper, Karl (2002). Conjectures and Refutations: The Growth of Scientific Knowledge (edisi ke-2). London: Routledge. hlm. 536.