Barus, Tapanuli Tengah
Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Indonesia. Ibukota kecamatan ini berada di kelurahan Padang Masiang. Kota Barus sebagai kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur. Kecamatan Barus berada di Pantai Barat Sumatra dengan ketinggian antara 0 – 3 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Barus terletak pada Koordinat 02° 02’05” - 02° 09’29” Lintang Utara, 98° 17’18” - 98° 23’28” Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Andam Dewi, sebelah Selatan dengan Kecamatan Sosorgadong, sebelah Timur dengan Kecamatan Barus Utara, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas wilayah kecamatan ini 21,81 km², dan memiliki penduduk pada tahun 2020 berjumlah 18.919 jiwa.[3]
Barus | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sumatra Utara | ||||
Kabupaten | Tapanuli Tengah | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Khairunnisa Marbun, S.STP[1] | ||||
Populasi | |||||
• Total | 17.480 jiwa | ||||
• Kepadatan | 801/km2 (2,070/sq mi) | ||||
Kode pos | 22564 | ||||
Kode Kemendagri | 12.01.01 | ||||
Kode BPS | 1204070 | ||||
Luas | 21,81 km² | ||||
Kepadatan | 801 | ||||
Desa/kelurahan | 11 desa 2 kelurahan | ||||
|
Demografi
Suku bangsa
Penduduk kabupaten Tapanuli Tengah berasal dari beragam suku, dan kabupaten ini termasuk yang paling beragam, dibanding kabupaten lainnya di kawasan Tapanuli, Sumatra Utara. Suku Batak dan Pesisir, merupakan suku mayoritas di Tapanuli Tengah.[4] Adanya percampuran budaya sejak lama antara Batak Toba, Angkola, Mandailing, Melayu, dan Minangkabau, sehingga membentuk budaya orang Pesisir di Tapanuli Tengah. Meski demikian, polemik penyebutan suku terjadi, dimana sebagian lebih menerima disebut sebagai orang Melayu, dan sebagian juga menerima disebut bagian dari Batak.[4] Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, bahasa Batak (umumnya Toba dan Angkola atau Mandailing), Melayu dan Minangkabau.
Nilai-nilai kebudayaan Pesisir telah melekat di dalam kehidupan masyarakat, hal ini dilihat dari ragam budaya dan bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari. Penduduk yang tinggal di daerah Pesisir umumnya mempunyai marga sesuai dengan suku induknya, sebagian besar bermarga Batak Toba seperti : Pasaribu, Sinaga, Sinambela, Tarihoran, Sitanggang, Sihombing, Tanjung, Pohan, Samosir, Limbong dan lain-lain. Ada juga Batak Mandailing yang bermarga Nasution, Lubis, Batubara, Matondang dan bersuku Minang di antaranya marga Chaniago. Dari etnis Nias ada marga Harefa, Lase. Begitu juga dari marga Pakpak yakni Gaja, Tumanggor dan lain-lain.
Agama
Menurut sejarah, Barus merupakan wilayah awal masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia. Masyarakat di Barus umumnya menganut tiga agama yakni Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Penduduk Barus yang mayoritas berada di daerah Pesisir sebagian besar menganut agama Islam. Bentuk keyakinan lainnya adalah kepercayaan Parmalim yang merupakan agama nenek moyang suku Batak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Tapanuli Tengah 2021 mencatat keberagaman penduduk berdasarkan agama yang dianut. Penduduk di kecamatan ini yang memeluk agama Islam berjumlah 73,03%, yang umumnya dipeluk penduduk Pesisir, Jawa, Minangkabau dan sebagian suku Batak. Kemudian pemeluk agama Kekristenan berjumlah 26,02%, dimana Protestan 15,84% dan Katolik 10,18%, yang umumnya dipeluk penduduk dari suku Batak dan Nias. Sebagian kecil lagi memeluk kepercayaan Parmalim 0,95% dan Hindu kurang dari 0,01%[2] Sementara untuk sarana rumah ibadah, terdapat 18 masjid, 18 musala, 9 gereja Protestan dan 5 gereja Katolik.[2]
Perekonomian
Julukan "Kota Tua" seolah telah melekat pada daerah Barus, hal ini karena Barus memiliki sejarah panjang di Indonesia, sebagaimana diketahui bahwa dulunya Barus merupakan pelabuhan internasional yang disinggahi oleh berbagai pedagang yang berlabuh dari berbagai negeri di belahan dunia dengan berbagai etnis dan suku untuk mendapatkan kapur barus dan rempah-rempah. Untuk menunjang kehidupan yang layak maka perekonomian sangat menentukan tingkat kemakmuran suatu daerah. Profesi masyarakatnya ada yang menjadi nelayan, pegawai, petani dan berdagang. Mata pencarian ini dapat dibagi menjadi berbagai sektor di antaranya sektor perikanan atau kelautan, sektor perindustrian, sektor Jasa dan perdagangan.
Sarana dan pendidikan
Pada tahun 2011 terdapat sebanyak 247 orang guru SD, mengajar sebanyak 2.728 orang murid pada 22 sekolah. Sementara pada tingkat SLTP terdapat 142 orang guru, mengajar 1.533 orang murid pada 7 sekolah. Selanjutnya pada tingkat SLTA terdapat 84 guru mengajar 1.202 orang murid pada 3 sekolah. Sementara untuk tingkat perguruan tinggi terdapat 42 tenaga pengajar, yang mengajar 792 mahasiswa pada 2 Perguruan Tinggi Swasta di Kecamatan ini. Selain Sekolah negeri di Kecamatan ini juga terdapat sekolah swasta. Dari 22 SD/Sederajat terdapat 14 sekolah negeri dan 8 sekolah swasta. Dari 7 SLTP/Sederajat terdapat 2 sekolah negeri dan 5 sekolah swasta sedangkan untuk tingkat SLTA/ sederajat hanya ada 2 sekolah negeri dan 1 sekolah swasta.
Untuk tigkat pendidikan tinggi, Barus telah memiliki dua perguruan tinggi yakni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Hamzah Alfansuri Sibolga Barus (STIT HASIBA), dan Sekolah Tinggi Kependidikan Ilmu Ilmu Pendidikan (STKIP). Dalam bidang pendidikan diKecamatan Barus khususnya dan Kab.Tapanuli Tengah umunya sedikit agak terlambat perkembangan di bandingkan dengan daerah-daerah lain. Akan tetapi bukan berarti dari sini tidak lahir cendikiawan yang disegani dalam bidangnya sebut saja Prof. Dachnel Kamars M.A (UNP / Univ Negeri Padang), Prof.P.Marbun (UI / Univ Indonesia ), Dr.BahdiNur Tanjung (UMSU)dan lain-lain, dan saat ini banyak putra-putri asal Barus sedang melanjutkan studi dijenjang S-2 dan S-3 baik dalam dan luar negeri.
Potensi wisata
Daerah Barus sekitarnya ditinjau dari segala aspek mempunyai potensi yang sangat besar terutama potensi pariwisatanya. Sektor pariwisata bahari dan keindahan alam lainnya. Hal ini didukung dengan kondisi alam dan masyarakat Barus yang ramah tamah serta banyak objek wisata yang tersebar diwilayahnya. Objek wisata pantai adalah primadona tersendiri yang dimiliki Barus. Disamping itu Kecamatan Barus juga memiliki objek wisata sejarah berupa Benteng Portugis dan makam-makam kuno yang merupakan makam para penyebar agama Islam tempo dulu. Makam yang terkenal adalah Makam Mahligai dan Papan Tinggi.
Referensi
- ^ Simanullang, Zuardi (5 Oktober 2021). "Bupati Bakhtiar Ahmad Sibarani Lantik Ajudannya Jadi Camat Barus". rri.co.id. Diakses tanggal 30 Desember 2021.
- ^ a b c "Kecamatan Barus Dalam Angka 2021" (pdf). www.tapanulitengahkab.bps.go.id. hlm. 25, 67–68. Diakses tanggal 30 Desember 2021.
- ^ "Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam Angka 2020" (pdf). www.tapanulitengahkab.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Desember 2020.
- ^ a b "Mengetahui Apa Itu Suku Batak Pesisir Pasisi". Diakses tanggal 30 Desember 2021.
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Tapanuli Tengah Dalam Angka 2013
- (Indonesia) Kecamatan Barus Dalam Angka 2013
- (Indonesia) Statistik Daerah Kecamatan Barus 2013