Abangan

kelompok etnoreligius di Jawa, Indonesia
Revisi sejak 2 Januari 2022 08.14 oleh Sabjan Badio (bicara | kontrib) (Suntingan AccountsThatAreInDunya (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Zaskia Zahra)

Abangan adalah sebutan untuk golongan penduduk Jawa Muslim yang mempraktikkan Islam dalam versi yang lebih sinkretis bila dibandingkan dengan golongan santri yang lebih ortodoks.[1] Istilah ini, yang berasal dari kata bahasa Jawa yang berarti merah, pertama kali digunakan oleh Clifford Geertz, tetapi saat ini maknanya telah bergeser.

Abangan cenderung mengikuti sistem kepercayaan lokal yang disebut adat daripada hukum Islam murni (syariah).[2] Dalam sistem kepercayaan tersebut terdapat tradisi-tradisi Hindu, Buddha dan animisme. Namun beberapa sarjana berpendapat bahwa itu bentuk varian Islam di Indonesia.[2]

Kontroversi

Berdasarkan cerita masyarakat, kata abangan diperkirakan berasal dari kata Bahasa Arab aba'an.[3] Lidah orang Jawa membaca huruf 'ain menjadi ngain. Arti aba'an kurang lebih adalah "yang tidak konsekuen" atau "yang meninggalkan".

Jadi para ulama dulu memberikan julukan kepada para orang yang sudah masuk Islam tetapi tidak menjalankan syariat (Bahasa Jawa: sarengat) adalah kaum aba'an atau abangan. Jadi, kata "abang" disini bukan dari kata Bahasa Jawa yang berarti warna merah.[4][halaman dibutuhkan]

Tradisi Lain

Upacara pokok dalam tradisi abangan adalah slametan yang melambangkan persatuan mistik dan sosial dari orang-orang yang ikut serta dalam slametan itu. Slametan diadakan pada hampir setiap kesempatan yang mempunyai arti upacara bagi orang Jawa seperti kehamilan, khitan, kelahiran, perkawinan, kematian, maulid, panen dan lebaran.

Tujuan dari slametan adalah untuk mencari tujuan selamat dalam arti tidak terganggu oleh kesulitan alamiah, gangguan ghaib sehingga tidak menimbulkan penyakit dan kesusahan yang lain. Terkadang di upacara slametan ada juga yang melakukan tarian sufi.[5]

Referensi

  1. ^ Muchtarom, Zaini. 1988. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: Inis.
  2. ^ a b Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarkat Jawa. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
  3. ^ Abdul Mughits (Januari 2004). "Berakhirnya Mitos Dikotomi Santri Abangan". Diakses tanggal 2 September 2020. 
  4. ^ Rickflefs, M.C. 2007. Polarising Javanese Society. Singapore: NUS Press.
  5. ^ Ichtiar Baru van Hoeve, PT. (1993). Ensiklopedi Islam (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. ISBN 9798276612. OCLC 30076493. 

Lihat Juga

Pranala Luar