Pulau Solor

pulau di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
Revisi sejak 7 Februari 2009 05.43 oleh Jagawana (bicara | kontrib) (Suntingan 202.148.20.74 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Jagawana)

Solor adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara, yakni di sebelah timur Pulau Flores. Pulau ini dibatasi oleh Selat Lowotobi di barat, Selat Solor di utara, Selat Lamakera di timur, serta serta Laut Sawu di selatan.

Secara administratif, Pulau Solor termasuk wilayah Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau ini merupakan satu di antara dua pulau utama pada kepulauan di wilayah Kabupaten Flores Timur. Pulau Solor sendiri terdiri dari dua kecamatan: Solor Barat dan Solor Timur.

Sejak tahun 1999, masyarakat Solor wilayah selatan beraspirasi untuk memekarkan kecamatan baru dengan nama Kecamatan Solor Selatan dengan pusat pemerintahan di Desa Kalike. Aspirasi ini, setelah mencuat selama kurang lebih 5 tahun, akhirnya mandek di Bale Rakyat Flores Timur. Pada tahun 2006 Flores Timur membentuk lima kecamatan baru, namun tidak termasuk Kecamatan Solor Selatan.

Budaya

 
Fortaleza de Solor

Pulau Solor yang berbatu-batu....., menerima batu dipemandangan....., tapi bukan begitu orangnya...., manis merdu hatinya....., holiyo holiyo holiyo.

ini adalah sebuah lagu yang selalu dinyanyikan oleh orang Solor. Memang Solor itu identik dengan batu, dan orang Solor, identik dengan orang miskin. Tapi ada banyak hal menarik dari Pulau Solor dan orang Solor. Pulaunya gersang, tapi orangnya tidak gersang. orang solor tidak suka konflik, hidup damai aman secara alami sejak nenek moyang. Kami miskin, tapi kami saling menolong dalam merajut kehidupan ekonomi. kekerabatan, kegotong royongan, opun pain kaka arin ina bine tiu tia, dadi wae, saling menghargai sesuai status sosialnya masing-masing. pembangunan di Solor akhir-akhir ini sudah mulai disentuh oleh Pemda Flotim. Banyak Obyek wisata belum dijamah secara optimal oleh Pemerintah. Keaslian orang Solor masih nampak dalam merayakan ritus-ritus adat yang diwariskan oleh Nenek Moyang kami. Di desa Kalike, yang sekarang sudah dimekarkan menjadi dua desa yaitu Kalike sendiri sebagai desa induk dan Kalike Aimatan menjadi desa binaan, masyarakatnya masih sangat setia merayakan ritus-ritus adat tahunan. Ada seremoni Seru Padu (Bakar Damar) di desa Kalike, ada seremoni Lako Wata, Berauk di desa kalike Aimatan, melibatkan masyarakat adat (ata ribu ata ratu). Selain itu Setiap Suku mempunyai ritus tahunan masing-masing. Para Peminat Budaya, atau Pariwisata, bisa melakukan penelitian atau peninjauan lapangan ke dua Desa tersebut.Kedua Desa ini juga memilikiTuan tanah (Tua Adat) masing-masing, di desa Kalike,Tua Adatnya adalah Suku Herin dan desa kalike aimatan adalah suku Kolin. Kedua Suku ini menempati Rumah induk (langobelen) pada masing-masing komunitas adat. Kampung Asli warisan nenek moyang, Rumah-rumah suku, Koke bale dan Nuba Nara masih dipelihara dan dijaga secara baik. (Drs. Adrianus K. Herin, MM-Bappeda Flores Timur) Solor memang pulau kecil tetapi dinamika kehidupan masyarakatnya berkembang cukup pesat.Dinamika itu didukung oleh kebiasaan merantau ke Malaysia.Mereka yang pernah merantau ke malaysia sekembalinya membawa sejumlah uang yang dapat dipakai untuk modal untuk menggerakan ekonomi rakyat. sayangnya karena kurangnya pengetahuan dan pendampingan dari instansi terkait akhirnya banyak usaha yang mereka lakukan akhirnya bangkrut dengan sendirinya. Solor memang gersang tetapi memiliki potensi laut yang menjanjikan untuk mempertinggi ekonomi masyarakat. Sayangnya sampai sekarang potensi laut itu belum mendapat perhatian yangt serius dari pemerintah setempat.( LH JKT ) Desa Kalike adalah sebuah desa yang terletak di bagian tengah pulau Solor, tetapi masuk dalam distrik kecamatan Solor Barat. Sebelum menjadi Desa gaya baru seperti yang kita kenal sekarang ini, desa ini bermula dari dua kampung kecil yakni Lewolo dan Lamagohang, yang letaknya berdekatan di daerah pegunungan. Tahun 1969 kedua kampung ini, berpindah dari gunung dan menetap di pinggir pantai, dan selanjutnya dilebur menjadi satu desa dengan nama Desa Kalike. Nama Kalike sebenarnya diambil dari nama sebuah tempat di pantai, tempat para nelayan menunggu waktu yang tepat untuk melaut atau beristirahat sejenak setelah melaut. Lokasi desa Kalike persis di tempat yang diberi nama Kalike tersebut. Tiga puluh sembilan tahun sudah desa ini sudah menjadi desa gaya baru.Bila dibanding kan dengan keadaan pada mulanya, maka harus diakui bahwa ada kemajuan yang luar biasa. Ciri masyarakat pertanian, memang masih sangat nampak, karena hanya tanah lah yang menjadi tempat mereka menggantungkan nafkah kehidupan mereka. Walaupun demikian pola serta gaya hidup mereka sudah berkembang menuju ke masyarakat yang bergaya hi dup yang lebih modern. Namun semakin tahun masyarakatnya semakin cemas tentang nasib mereka di masa depan. Iklim yang tidak menentu, ditambah semakin tandusnya lahan garapan, membuat mereka berpikir untuk beralih profesi, atau menjalankan usaha apa saja yang bisa meningkatkan kesejahteran hidup mereka. Karena itu, perhatian dan dukungan pemerintah setempat tentunya sangat dibutuhkan, berupa penyuluhan dan pelatihan-pelatihan. Selain itu bagi putra putri asli desa Kalike yang memiliki wawasan dan pengetahuan serta keprihatinan, sangat diharapkan sumbangan pendapatnya untuk mebangun kampung halaman ( Lewo Tanah ) kita yang tercinta ini.(LH JKT )

Lihat pula