Suling Emas
Suling Emas adalah episode kedua dari serial Bu Kek Sian Su yang ditulis oleh Kho Ping Hoo. Cerita ini menyambung langsung kisah sebelumnya yang merupakan pembuka kisah ini. Cerita dalam episode ini nantinya akan dilanjutkan dalam episode berikutnya berjudul Cinta Bernoda Darah.
Dalam episode ini, keluarga Kam (keluarga Suling Emas) akan memulai kiprahnya sebagai protagonis utama.
Suling emas sendiri merupakan senjata sakti yang pertama kali dimunculkan dalam serial ini. Terbuat dari emas murni dan dibuat dengan menggunakan teknik khusus sehingga mampu menandingi senjata tajam sekalipun. Fungsinya semakin komplit setelah Bu Kek Sian Su menciptakan ilmu-ilmu yang khusus dipadukan dengan suling sehingga senjata ini bahkan lebih menakutkan daripada senjata yang mengandalkan ketajaman.
Episode Suling Emas mengisahkan tentang murid dari Bu Kek Sian Su (manusia setengah dewa) yang dijuluki Kim-mo Eng (Setan Berhati Emas). Julukan ini memang sesuai dengan watak Kim Mo Eng yang memiliki nama asli Kwee Seng. Dia memiliki gerakan silat seperti setan dan memiliki hati seperti emas karena suka menolong yang lemah. Ilmu silat yang dia pelajari dan telah disempurnakan oleh Bu Kek Sian Su adalah ilmu silat dengan menggunakan senjata dari suling dan kipas. Kim-mo Eng jatuh cinta pada seorang gadis yang bernama Liu Lu Sian, tetapi cintanya ini bertepuk sebelah tangan sehingga membuat dirinya kecewa. Kim-mo Eng memiliki seorang murid yang bernama Kam Bu Song, yang merupakan anak dari Liu Lu Sian. Kam Bu Song inilah yang akhirnya memiliki julukan Suling Emas. Dia memiliki seluruh ilmu Kim-mo Eng, dan mendapatkan beberapa petunjuk ilmu silat dari Bu Kek Sian Su. Episode ini juga menceritakan sepak terjang Kim-mo Eng dan muridnya Suling Emas dalam memberantas kejahatan.
Alur cerita
Kisah dalam episode ini tidak menyambung secara langsung dari episode sebelumnya, namun terjadi setelah sang tokoh utama, Kwee Seng, telah terkenal di dunia persilatan dengan julukan Kim-mo-eng (Pendekar Setan Berhati Emas) dengan jurus-jurus andalannya yang telah disempurnakan oleh manusia setengah dewa Bu-kek Sian-su.
Dikisahkan di negeri Nan-cao, sebuah wilayah di China bagian selatan, sedang ada sayembara pemilihan jodoh yang diadakan oleh Koksu sakti ketua agama Beng-kauw bernama Liu Gan yang tenar berjuluk Pat-jiu Sin-ong (Raja Sakti Berlengan Delapan). Sayembara itu sendiri ditujukan untuk mencari suami yang tepat bagi putri semata wayangnya yang amat jelita bernama Liu Lu Sian dengan syarat utama harus bisa mengalahkannya, hal ini sangat berat mengingat meski baru berusia 16 tahun Liu Lu Sian telah mendapat gemblengan langsung dari ayahnya sendiri sehingga sudah sangat sulit untuk dicari tandingannya. Tapi tetap saja peminat sayembara ini membludak hingga semua penginapan di kota itu habis disewa oleh pemuda yang ingin mendapatkan Liu Lu Sian.
Kwee Seng yang sebenarnya tidak berminat dan hanya sekedar lewat di kota itu menjadi penasaran dan tertarik untuk datang setelah beberapa peserta yang berniat mengikuti sayembara tewas secara mengerikan di wisma tempat ia menginap. Meski ia datang dengan menyamar sebagai pelajar, namun Liu Gan mengenalinya sebagai orang yang pernah menjadi tamu agung ketua Siauw-lim-pai, Kiang Hi Hosiang, sehingga diapun disambut dengan istimewa. Kwee Seng sendiri dari awal sudah menjadi jemu karena yakin tidak akan ada yang bisa mengalahkan Liu Lu Sian, namun menjadi tertarik kembali saat Kam Si Ek, seorang jenderal muda dari Shan-si, naik panggung meski hanya untuk menolong seorang peserta yang hampir terbunuh dan kemudian pergi meninggalkan gelanggang. Tapi hal inilah yang justru membuat Liu Lu Sian tertarik kepada jenderal muda itu, di sisi lain, Kwee Seng juga mulai menyadari bahwa sebenarnya dirinya juga mulai terpesona oleh kecantikan putri tunggal Liu Gan itu. Sayembara berakhir saat Kwee Seng diminta oleh Liu Gan untuk turut masuk gelanggang dengan syarat dia harus mengajari Liu Lu Sian jurus yang digunakan untuk mengalahkannya, Kwee Seng menyanggupinya dan bisa dengan mudah mengalahkan Liu Lu Sian, meski kemudian kemenangannya ditentang oleh Ma Thai Kun, salah seorang sute Liu Gan yang ternyata diam-diam menaruh hati pada Liu Lu Sian.
Saat mulai pengembaraan berdua, mereka dihadang oleh Ma Thai Kun yang justru kedoknya terbongkar sebagai pembunuh para peserta sayembara di wisma. Meski sempat dihajar oleh Liu Gan, namun nyawanya selamat karena dilindungi oleh sute termuda Kauw Bian yang loyal dan baik hati, Ma Thai Kun sendiri akhirnya diusir oleh Liu Gan karena penyelewengannya. Di sisi lain, Kwee Seng yang terang-terang jatuh cinta kepada Liu Lu Sian ternyata diabaikan perasaannya, ini karena Liu Lu Sian mempunyai watak aneh yang suka melihat orang jatuh cinta kepadanya dan kemudian mempermainkannya. Dalam perjalanannya Kwee Seng sempat menceritakan pengalaman pahitnya berhubungan dengan wanita, seorang pelacur kelas atas yang menjadi primadona bernama Khu Kim Lin yang berjuluk Ang-siauw-hwa (Bunga Kecil Merah). Wanita ini pula yang membuatnya harus berhadapan dengan tokoh sakti sesat Ban-pi Lo-cia (Dewa Locia Berlengan Selaksa), meski pertandingan berlangsung seimbang, Kwee Seng harus rela kehilangan sulingnya, salah satu senjata andalannya selain kipas. Kwee Seng yang terluka ditolong oleh Khu Kim Lin dan menjadi kekasihnya, namun saat Kwee Seng sedang mencari suling baru, Ban-pi Lo-cia berhasil menemukan Khu Kim Lin, tidak rela dinodai, Khu Kim Lin lebih memilih membunuh diri untuk menjaga kehormatannya.
Dalam pengembaraan, Liu Lu Sian justru mengarahkan perjalanannya menuju Shan-si untuk menemui orang yang telah membetot hatinya, Kam Si Ek, jenderal muda pemangku benteng Naga Emas. Kam Si Ek sendiri sedang dalam posisi sulit mengingat negara sedang rusuh setelah kejatuhan dinasti Tang oleh dinasti Liang yang dipimpin oleh gubernur pemberontak Cu Bun. Namun patriotismenya yang lebih memilih melindungi rakyat-lah yang membuatnya bertahan, hingga dalam satu kesempatan dia menolak dibujuk oleh 3 bersaudari See-liong-sam-ci-moi (Tiga Enci Adik Naga Barat) untuk mengikuti kerajaan Liang, penolakannya membuat ketiganya marah dan menyerangnya meski akhirnya ketiganya tewas setelah terkena jarum beracun yang secara diam-diam disambitkan oleh Liu Lu Sian, saat terjadi kesalahpahaman akibat peristiwa itu, Kwee Seng datang menolong Liu Lu Sian dan membawanya pergi. Namun apa lacur, Liu Lu Sian malah marah-marah dan menghina serta menyepelekan perasaan Kwee Seng dan menuduhnya ingkar untuk menurunkan satu ilmu kepadanya, meski hatinya hancur, dengan mengeraskan hati Kwee Seng menyanggupi asal Liu Lu Sian mau menyusulnya ke puncak bukit Liong-kui-san di malam berikutnya. Tidak diduga pertengkaran itu ternyata didengar oleh suci Kam Si Ek bernama Lai Kui Lan yang ternyata jatuh hati kepada Kwee Seng.
Keesokan harinya, Kwee Seng secara tidak sengaja menolong Lai Kui Lan yang hampir saja menjadi korban kecabulan panglima muda Khitan Bayisan, meski sempat merobohkannya, namun Bayisan yang ternyata murid Ban-pi Lo-cia ini berhasil kabur. Setelah waktu menginjak malam, Kwee Seng berangkat menuju puncak bukit untuk menunggu Liu Lu Sian, Lai Kui Lan yang mengikuti diam-diam ternyata ketahuan dan disuruh sembunyi oleh Kwee Seng agar tidak menimbulkan kesalahpahaman saat Liu Lu Sian datang. Tanpa dinyana ternyata Liu Lu Sian meminta lebih dari satu jurus kepada Kwee Seng, sadarlah Kwee Seng bahwa dibalik Liu Lu Sian ternyata ada Liu Gan yang gila ilmu dan diam-diam membuntutinya. Murka akibat penolakan Kwee Seng, Liu Gan menantangnya adu jurus, namun di tengah pertandingan Bayisan muncul dan membokong Kwee Seng dengan jarum beracun, akibatnya Kwee Seng terperosok ke dalam jurang saat berusaha menghindarinya. Liu Gan yang merasa terganggu berusaha mengejar Bayisan, namun gagal. Liu Gan mendongkol karena gagal mempunyai menantu Kwee Seng dan mengultimatum Liu Lu Sian untuk bisa mencari lelaki yang hebat sebagai pasangan atau kelak harus menuruti pilihan ayahnya. Tapi Liu Lu Sian yang memang pada dasarnya berwatak egois tetap pada keputusannya untuk mengejar cinta Kam Si Ek.
Kwee Seng yang terjatuh ke jurang ternyata tidak mati dan terseret arus kuat yang membawanya ke sebuah tempat terpencil tanpa pintu keluar bernama Neraka Bumi. Secara ajaib dia diselamatkan dan disembuhkan oleh seorang nenek. Kwee Seng sendiri beruntung ternyata memasuki tempat yang sebenarnya merupakan tempat pertapaan dan penyimpanan kitab-kitab pusaka, hasilnya secara perlahan ilmunya meningkat dengan pesat. 3 tahun terkurung di tempat itu bersama seorang nenek tidak membuatnya jengah, hingga pada suatu hari terjadi peristiwa yang membuatnya setengah linglung dan kabur dari tempat itu.Di suatu hari terjadi banjir besar hingga tempat itu hanya tersisa sedikit ruang, biasanya hal ini bisa berlangsung selama satu bulan penuh, Kwee Seng menyarankan agar keduanya keluar saja meninggalkan tempat itu selamanya, namun nenek itu menolak, tapi tidak melarang Kwee Seng untuk pergi setelah banjir surut asal dia mau menuruti keinginannya, yaitu menjadi suaminya. Bimbang antara susila dan budi, Kwee Seng akhirnya memilih budi dan bersedia menjadi suami nenek itu. Namun betapa kagetnya dia ketika merasa bahwa nenek itu tidak lain adalah kekasihnya yang telah mati, Khu Kim Lin. Setelah 15 hari berlalu dan dia mendapati dirinya berpelukan dengan seorang nenek, dia kalap dan kabur tanpa menoleh kembali, nenek itu yang sebenarnya adalah seorang gadis jelita bernama Khu Gin Lin yang memakai topeng, hanya bisa menangis dan melihatnya pergi.
Dalam cerita lain, Liu Lu Sian secara tidak sengaja mengendus rencana bawahan Kam Si Ek yang ingin berkhianat dengan cara menculik dan kemudian memfitnahnya di hadapan gubernur Shan-si, Li Ko Yung. Setelah membunuh pengkhianat itu, Liu Lu Sian berniat menyusul Kam Si Ek dan menggagalkan penculikan itu. Dalam usahanya, dia bertemu dengan Bayisan dan bertempur hebat meski akhirnya Bayisan kabur setelah kedatangan tokoh kai-pang Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti). Liu Lu Sian yang melanjutkan pencariannya malah bertemu dengan tokoh sakti buntung kaki mantan raja muda Tang Couw Pa Ong yang berjuluk Sin-jiu (Tangan Sakti) yang sedang menghadang rombongan pengungsi, dia akan membunuh secara brutal setiap pengungsi yang bermaksud bergabung dengan kerajaan Liang namun menghadiahi mereka yang tetap setia terhadap Tang. Liu Lu Sian bahkan sempat menguntit Couw Pa Ong yang melayani tantangan Wei-ho Si-eng (Empat Orang Gagah Sungai Wei-ho) yang kesemuanya dihabisi dengan sadis. Setelahnya, gadis itu berhasil menemukan kuil tempat dimana Kam Si Ek ditawan. Tapi di tempat ini Liu Lu Sian mesti berhadapan dengan Ban-pi Lo-cia, meski keberuntungan datang saat tiba-tiba Couw Pa Ong datang dan membantu karena Kam Si Ek adalah salah satu jenderal muda Tang.Tapi kedua orang tua sakti itu membuat kesepakatan ganjil, Couw Pa Ong hanya menginginkan Kam Si Ek sedangkan Ban-pi Lo-cia tergila-gila dengan Liu Lu Sian, namun dengan kecerdikannya Liu Lu Sian berhasil kabur dengan Kam Si Ek, meski mengejar, dua orang tua sakti itu tidak berhasil menangkap mereka kembali, saat kabur itulah benih cinta di antara kedua muda ini tumbuh dan berkembang. Dengan meminta bantuan gubernur Li Ko Yung, Kam Si Ek melamar Liu Lu Sian ke Nan-chao, meski dengan hati sedikit enggan, Liu Gan menerima juga pilihan anaknya. Setahun setelah pernikahan itu, keduanya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Kam Bu Song.
Di sisi lain, Kwee Seng yang menjadi setengah gila karena tekanan batin, mulai melanglang buana di kang ouw dengan perawakan seorang gelandangan sakti dan menjuluki dirinya sendiri Kim-mo Taisu. Dalam beberapa waktu saja nama ini menjadi momok dan banyak yang mulai menghubungkannya dengan pendekar muda sakti berjuluk Kim-mo Eng yang muncul beberapa tahun sebelumnya. Dalam masa itu ada perubahan penguasa kelompok pengemis setelah munculnya seorang pendekar muda sakti dari Po Hai (daerah selatan) bernama Pouw Lee Kui yang berhasil menumbangkan pimpinan terkuat kelompok pengemis daerah selatan Yu Jin Tianglo dan merebut jabatannya.
Setekah beberapa tahun hidup rukun, Liu Lu Sian mulai kembali ke watak asalnya yang egois dan mudah bosan, karena merasa terkungkung dengan kehidupan militer, dia memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarganya dengan alasan ingin memperdalam ilmu silatnya, bahkan dia membebaskan Kam Si Ek jika sewaktu-waktu ingin mencari pengganti dirinya. Kenekatannya ini menyadarkan Kam Si Ek bahwa dia telah salah pilih jodoh, namun nasi sudah menjadi bubur, mengingat bahwa Kam Bu Song masih kanak-kanak dan jelas membutuhkan kasih sayang seorang seorang ibu, dia memutuskan untuk menikah kembali dengan seorang putri siucai bernama Ciu Bwee Hwa, meski sempat mendapat halangan kecil dari Giam Sui Lok, seorang teman masa kecil yang sangat mencintai Ciu Bwee Hwa. Tidak dinyana, saat Kam Si Ek menangani masalah itu, Kam Bu Song diam-diam pergi berniat menyusul ibunya.
Kwee Seng sendiri mengarahkan pengembaraannya ke Khitan untuk mencari Bayisan. Kebetulan di saat yang sama raja Khitan Kulu-khan sedang mengadakan lomba ketangkasan bagi semua perwiranya yang berniat naik pangkat atau sekedar unjuk kebolehan. Salinga, orang yang dicintai oleh putri mahkota Khitan Tayami, juga turut serta di situ. Hal ini membuat Bayisan dongkol karena dia diam-diam juga mencintai Tayami yang sebenarnya adalah adiknya sendiri mengingat dia adalah putra tak resmi raja Khitan. Dalam adu ketangkasan, Bayisan yang sombong memamerkan diri dihadapan Tayami bahwa dia jauh lebih hebat dibanding Salinga. Namun tidak disangka, Kwee Seng yang secara tidak sengaja bertemu dengan jagoan tua sakti seangkatan Bu-ke Sian-su berjuluk Bu Tek Lojin melakukan atraksi ketangkasan yang mampu mengatasi kepongahan Bayisan, meski hal itu menimbulkan decak kagum, namun tak urung Bayisan yang mengenali Kwee Seng menjadi keder dan melarikan diri.
(Bersambung)
Tokoh-tokoh
Protagonis
- Kwee Seng Kim-mo-eng (Pendekar Setan Berhati Emas) alias Kim-mo Taisu (Guru Besar Setan Emas) -- jurus: Pat-sian-kun (Ilmu Silat Delapan Dewa), Lo-hai-san-hoat (Ilmu Kipas Menaklukan Lautan), Cap-jit-seng-kiam (Ilmu Pedang Tujuh Belas Bintang), Bian-sin-kun (Tangan Sakti Kapas).
- Liu Gan Pat-jiu Sin-ong (Raja Sakti Berlengan Delapan) -- jurus: Coan-im-I-hun-to (Ilmu Kirim Suara Pengaruhi Semangat Lawan), Pat-mo-kiam (Pedang Delapan Iblis), Beng-kong-tong-te (Sinar Terang Menggetarkan Bumi)
- Kam Si Ek
- Kam Bu Song, putra Kam Si Ek
- Khu Gin Lin si Nenek Neraka Bumi, istri Kwee Seng
- Kwee Eng atau Eng Eng, putri Kwee Seng
- Bu Tek Lojin (Kakek Tua Tak Terkalahkan) – jurus: Khong-in-ban-kin (Awan Kosong Selaksa Kati)
- Kalisani, panglima tua Khitan, murid Bu Tek Lojin – jurus: Kim-lun-sin-hoat (Ilmu Sakti Roda Emas)
Antagonis
- Liu Lu Sian Tok-siauw-kwi (Setan Kecil Beracun), putri Liu Gan, istri Kam Si Ek – jurus: Hwa-kiamhoat (Ilmu Pedang Kembang), Sin-coa-kun (Silat Ular Sakti), Pat-mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Iblis),
- Ma Thai Kun, sute Liu Gan – jurus: Ang-tok-ciang (Tangan Racun Merah), Cui-beng-ciang (Tangan Pengejar Nyawa)
- See-liong-sam-ci-moi (Tiga Enci Adik Naga Barat), tewas oleh Liu Lu Sian
- Ban-pi Lo-cia (Dewa Locia Berlengan Selaksa) -- jurus: Hek-see-ciang (Tangan Pasir Hitam)
- Bayisan, panglima muda Khitan, murid Ban-pi Lo-cia
- Lauw Kiat, murid Ban-pi Lo-cia
- Couw Pa Ong Sin-jiu (Tangan Sakti) alias Kong Lo Sengjin
- Pouw Kee Lui Kai-ong (Raja Pengemis), ketua baru Khong-sim Kai-pang
- Hwa-bin-liong (Naga Muka Kembang)
- Sin-ciang-hai-ma (Kuda Laut Bertangan Sakti)
Figuran
- Liu Mo, adik Liu Gan
- Kauw Bian, sute Liu Gan
- Khu Kim Lin Ang-siauw-hwa (Bunga Kecil Merah), tewas oleh Ban-pi Lo-cia
- Lim-wangwe (Hartawan Lim)
- Lai Kui Lan, suci Kam Si Ek
- Phang-ciangkun, bawahan Kam Si Ek, tewas oleh Liu Lu Sian
- Kian Hi Hosiang, ketua Siauw-lim-pai
- Cheng Han Hwesio, murid I Kian Hi Hosiang
- Cheng Hie Hwesio, murid II Kian Hi Hosiang
- Ang Sin Tojin
- Han Bian Ki Siauw-kim-liong (Naga Emas Muda)
- Bhong Siat si Muka Kuning
- Lie Kung
- Kulu-khan, raja Khitan, tewas dikhianati
- Tayami, putri mahkota Khitan
- Salinga, suami Tayami
- Kubakan, pangeran, putra Kulu-khan
- Pek-bin Ciangkun (Panglima Muka Putih)
- Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti), yang tertua tewas oleh Pouw Lee Kui
- Wei-ho Si-eng (Empat Orang Gagah Sungai Wei-ho): (Houw Hwat hwesio, Liong Sin Cu, Bun-tanio, Lu Tek Gu) (tewas oleh Couw Pa Ong)
- Ciu Bwee Hwa, istri kedua Kam Si Ek
- Giam Sui Lok, teman kecil Ciu Bwee Hwa
- Tan Hui Hui-kiam-eng (Pendekar Pedang Terbang), tewas oleh Liu Lu Sian — jurus: Coan-in-hui (Terbang Terjang Awan)
- Siok Lan, calon istri Tan Hui
- Liong Keng Lo-enghiong Sin-kauw-jiu (Kepalan Monyet Sakti), ketua Sian-kauw-bu-koan
- Liong Bi Loan, putri Liong Keng
- Koai-tung Tiang-lo (Orang Tua Tongkat Setan), ketua Ban-hwa-kai-pang
- Yap Kwan Bi, murid Siauw-lim-pai
- Su Pek Hong, nikouw, bibi guru Yap Kwan Bi – jurus: I-kin-swe-jwe (Ganti Otot Suci Sumsum)
- Tan Liu Nio, murid Siauw-lim-pai
- Tan Bhok, murid Siauw-lim-pai
- Liong Kiat, murid Siauw-lim-pai
- Lo Keng Siong, murid Siauw-lim-pai
Tempat-tempat
- Nan Cao, kerajaan
- See-ouw (Telaga Barat)
- Liong-kui-san (Bukit Siluman Naga)
- Fu-niu, pegunungan
- Poki, kota
- Paoto, kotaraja Khitan
- Kai-feng, ibukota propinsi Ho-nan
- Jwee-bun, kota
- Sin-yang, kota
- Tapie-san, gunung
- Min-san, gunung
Perkumpulan
- Khong-sim Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Hati Kosong)
- Ban-hwa-kai-pang (Perkumpulan Pengemis Selaksa Bunga)
- Hong-ma-piauwkiok (Perusahaan Pengantar Kuda Angin)
- Sian-kauw-bu-koan (Perkumpulan Silat Monyet Sakti)
- Ban Hwa Po Koan (Rumah Judi Selaksa Bunga)
- Siauw-lim-pai
Pusaka
- Beng-kong-kiam (Pedang Sinar Terang), milik Liu Gan
- Sam-po-cin-keng (Tiga Kitab Pusaka), milik Liu Gan
- Toa-hong-kiam (Pedang Angin Badai), milik Liu Lu Sian
- Lui-kong-pian (Cambuk Halilintar), milik Ban-pi Lo-cia
Lihat juga
Pranala luar
- (Indonesia) Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo (memerlukan Microsoft Reader untuk dibaca)
- (Indonesia) Download Lengkap Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo 100% Gratis
- (Inggris) E-Books untuk PC/PDA
- (Indonesia) Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo