Beras Jepang adalah beras yang mempunyai bulir yang pendek serta tumbuh dan diproduksi asli di Jepang. Beras Jepang memiliki kadar amilosa sebanyak 12-15%.[1] Tekstur yang dimiliki oleh beras Jepang yaitu lengket, hingga mampu dimakan dengan mengguanakan sumpit.[2] Berdasarkan sejarah, petani Jepang menanam padi sebagai cara untuk membayar pajak prajurit. Sedangkan para petani tersebut lebih memilih untuk mengonsumsi biji-bijian. Di Zaman Edo (1603-1868), hasil panen cukup melimpah, hingga masyarakat Jepang bisa mencicipi nasi sebagai hidangan makanan sehari-hari. Selain itu, di Jepang beras digunakan dalam ritual keagamaan sebagai persembahan untuk leluhur mereka, dan sebagai tanda terima kasih kepada roh leluhur mereka. Di tahun 1960, pemerintah Jepang mengatur secara ketat tentang produksi beras. Hal ini berdampak terhadap tersedianya beras di seluruh pasar domestik Jepang. Namun, gaya hidup masyarakat Jepang mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi terhadap beras. Masyarakat Jepang merupakan konsumen beras terbesar ke-50, dengan total rata-rata jumlah harian konsumsinya 119 gram per penduduk.[3]

Makanan Jepang kini semakin terkenal di berbagai negara. Hal ini berdampak terhadap daya ekspor beras Jepang ke berbagai negara. Ekspor beras Jepang semakin meningkat, di tahun 2015 sekitar 7.640 ton beras Jepang diekspor pada tahun 2015, dan jumlah tersebut telah meningkat menjadi 17.381 ton pada tahun 2019. Di tahun 2020, angka ekspor semakin meningkat mencapai 13.556 ton untuk periode Januari-September. Beras yang didistribusikan di seluruh dunia terbagi menjadi dua varietas utama yaitu, japonica dan indica. Padi yang dibudidayakan di Jepang adalah varietas japonica, yang biasanya memiliki butiran pendek dan bulat yang kontras dengan varietas indica yang memiliki butir yang panjang.[4]

Jenis

Jenis pertama dari beras jepang yaitu beras putih. Dahulu di zaman Genroko (1688-1704), beras jenis ini hanya bisa dinikmati bagi kalangan atas saja. Di zaman Meiji (1868-1912) akibat industrialisasi biaya produksi menjadi rendah, hingga konsumsi beras putih bisa dinikmati oleh penduduk Jepang. Jenis kedua, ada beras merah yang tersedia secara luas di Jepang. Jenis ketiga yaitu beras ketan, yang memiliki tekstur yang lebih kenyal dan biasanya digunakan sebagai bahan untuk membuat makanan penutup, seperti mochi.[5] Selain tiga jenis beras Jepang tersebut, ada jenis beras yang bernama Koshihikari. Jenis beras Jepang koshihikari memiliki karakteristik permukaan yang lembut dan tidak lengket. Kandungannya berupa campuran cuka, sehingga mudah dimakan dengan menggunakan sumpit. Beras jenis ini sering digunakan untuk olahan sushi, yang berbentuk short grain atau medium grain. Berasnya memiliki bentuk butir yang pendek, sedangkan bentuknya berasnya bulat. Di Korea ama lain dari beras Koshihikari yaitu hobumu atau shindonjin. Koshihikari dinilai sebagai jenis beras terlezat di Jepang sejak tahun. Beras jenis ini menjadi beras pokok untuk masyarakat Jepang, terbukti dengan kontribusinya sebesar 30% menjadi konsumsi masyarakat yang ditanam di Jepang sejak 1996-2019.[6] Kota Niigita merupakan sentra produksi beras Jepang jenis Koshihikari.[7] Ada juga beras yang bernama Hitomebore, yang merupakan salah satu jenis beras Jepang yang termasuk dalam kategori beras dengan biji yang pendek. Beras jenis ini merupakan pengembangan dari jenis beras Koshihikari yang diproduksi di Kota Miyagi. Secara bahasa Hitomebore memiliki arti cinta pada pandangan pertama. Beras ini diolah menjadi makanan suhi atau dihidangkan bersama kari Jepang.[8]

Manfaat

Perawatan kulit wajah

Salah satu kandungan yang terdapat dalam beras Jepang yaitu squalane oil paling tinggi, yang berfungsi menjadikan kulit selalu lembab, juga karena mengandung vitamin E dan antioksidan. Kandungan vitamin dan mineral yang tinggi dalam beras Jepang juga mampu mengurangi bintik hitam pada kulit wajah. Kandungan vitamin C dan vitamin B3 mampu mencerahkan warna kulit.[9]

Referensi

  1. ^ Pambudi, Bondan (2018). "PENGGANTIAN BERAS JEPANG DENGAN PANDAN WANGI BERAS DI JADIKAN DI SUSHI MAKI". Jurnal Hospitality dan Pariwisata (dalam bahasa Inggris). 3 (2): 313. doi:10.30813/jhp.v3i2.1337. ISSN 2655-8165. 
  2. ^ Pauli (2021). "Ketahui Lebih Jauh Tentang Beras Jepang". Fun Japan. Diakses tanggal 2022-01-22. 
  3. ^ Uswah (2021). "Kenapa Beras Begitu Penting Dalam Budaya Jepang?". Japanese Station. Diakses tanggal 2022-01-22. 
  4. ^ Osamu, Sawaji (2020). "The Growing Popularity of Japanese Rice Abroad | November 2020 | Highlighting Japan". www.gov-online.go.jp. Diakses tanggal 2022-01-22. 
  5. ^ Japan, Savor (2020). "The History and Culture of Rice Cuisine in Japan". SAVOR JAPAN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-22. 
  6. ^ Nippon (2021). "Koshihikari Rice Empire's Dominance Threatened by Gradual Decline in Cultivation". nippon.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-22. 
  7. ^ SWADAYA, TRUBUS; WIGUNA, IMAM (2018). MAITAKE LEBIH DARI SEKADAR JAMUR ANTIKANKER. Jakarta: Trubus Swadaya. hlm. 2. ISBN 978-602-9407-45-7. 
  8. ^ Yanti, Desy Kristi (2021-03-19). "8 Jenis Beras di Jepang, Beda Karakteristik dan Kegunaan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-01-22. 
  9. ^ Cindarbumi, Gita (2014). "4 Manfaat Beras Jepang Untuk Kecantikan". fimela.com. Diakses tanggal 2022-01-22.