Persitara Jakarta Utara
Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta Utara (atau disingkat sebagai Persitara Jakarta Utara) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang bermarkas di Stadion Tugu, Jakarta Utara. Persitara didirikan pada tahun 1979. Sekarang tim yang berjuluk Laskar Si Pitung ini menjadi salah satu kontestan Liga 3 Zona DKI Jakarta.
Berkas:Persitara Jakarta Utara.png | |||
Nama lengkap | Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta Utara | ||
---|---|---|---|
Julukan | Laskar Si Pitung | ||
Nama singkat | PSTR | ||
Berdiri | 29 December 1979 | ||
Stadion | Stadion Tugu Jakarta Utara, Indonesia (Kapasitas: 10,000) | ||
Pemilik | PT. Persitara Sejahtera | ||
Ketua | M. Nuh Nasution | ||
Manajer | Suaib SH.MM. | ||
Pelatih | Elly Idris | ||
Asisten Pelatih | Peri Sandria | ||
Liga | Liga 3 2021 DKI Jakarta | ||
2021 | Perempat final (zona Jakarta) | ||
Kelompok suporter | NJ Mania | ||
| |||
Musim ini |
Sejarah
Sejarah pendirian Persitara sendiri tak bisa dilepaskan dari peran Persija sebagai induk sepakbola Jakarta. Pada 1970-an, Persija yang masih gabung dengan Komisi Daerah (Komda) PSSI Jawa Barat menggagas pembentukan Komda tersendiri di Jakarta. Pasalnya, Macan Kemayoran kesulitan menampung klub-klub lokal yang menjamur.
Pembentukan Komda Jakarta beriringan dengan didirikannya “Persija-persija lain”, yaitu Persijatimut (Timur-Utara) dan Persijaselbar (Selatan-Barat). Persijatimut pecah lalu Persitara resmi berdiri sendiri dengan nama Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta Utara pada 1985.
Persitara Jakarta Utara adalah salah satu klub sepakbola di Jakarta. Persitara adalah singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta Utara. Awalnya klub berjuluk Laskar Si Pitung ini berdiri pada tahun 1979 menggunakan nama Persija Timur Utara (Persijatimur) dan baru kemudian pada tahun 1985 klub ini resmi memakai nama Persitara Jakarta Utara yang dianggap benar-benar mewakili masyarakat Jakarta Utara. Tim berjuluk Laskar Si Pitung adalah salah satu kontestan Liga Super 2008/09, kompetisi paling elit di Indonesia pada saat itu.
Di era perserikatan, prestasi terbaik Persitara terjadi pada musim 1985/86, ketika sukses menembus Divisi Utama Perserikatan. Sama halnya dengan tim asal Jakarta lainnya, Persitara hidup dari sokongan dana APBD DKI Jakarta. Hanya saja, sejak berdirinya, Persitara tidak mendapatkan kucuran dana rakyat sama seperti yang diterima saudara tuanya yaitu Persija Jakarta.[1]
Puncaknya ketika tampuk kepemimpinan di DKI Jakarta dipegang Sutiyoso selama dua periode. Persitara sama sekali tidak diperhitungkan dan hanya dianggap sebagai tim pelengkap. Terlebih dengan munculnya wacana "Jakarta Satu". Yakni hanya satu tim sepak bola yang tampil mewakili Jakarta. Itu dilihat dari dana APBD yang diperoleh. Persija mendapat dana APBD sekitar Rp 22 miliar, sementara Persitara hanya kebagian Rp 3 miliar.[2]
Tak kunjung mendapat perhatian dari Pemprov DKI, prestasi Persitara pun terjun bebas, hingga berada di kasta terendah Divisi Dua pada musim 2002. Dari situlah tim yang diterima menjadi anggota PSSI sejak 1980 ini mulai merajut prestasi, hingga akhirnya bisa menembus Superliga, yang kali ini merupakan musim keduanya digelar.
Yang paling tragis tentunya adalah Persijatim Jakarta Timur, yang merupakan pecahan dari Persitara. Karena merasa kurang mendapat perhatian di ibu kota akhirnya tim ini dijual ke Pemprov Sumatra Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi Sriwijaya FC (SFC).
Dualisme yang terjadi di kompetisi Indonesia pada 2011-2012, antara Indonesia Primer League (IPL) yang dikelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo milik PSSI dan PT Liga Indonesia operator Indonesia Super League (ISL) semakin meruncing.
Era 2010-an adalah masa sulit bagi Persitara. Dualisme kompetisi pada 2011-2013 dengan Batavia Union membuat klub ini terbelah. Selain itu, krisis finansial akut yang menggerogoti Laskar Si Pitung mulai menampakkan efeknya. Di Divisi Utama 2014, Persitara menunggak gaji pemain. Mereka bahkan sempat tak mampu menyewa Stadion Tugu sehingga gagal menggelar laga kandang. Persitara kemudian didegradasi ke Divisi Ketiga.
Situasi semakin kacau bagi Persitara. Ketiadaan manajemen yang kompeten membuat mereka terkatung-katung di Liga 3 [3]
Rivalitas
Derby Jakarta
Akhir dekade 2000an adalah periode bergairah bagi sepak bola ibukota. Bukan karena Persija kerap meraih kejuaraan, melainkan karena dua tim Jakarta, Persitara dan Persija rutin bersua di divisi teratas Liga Indonesia. Rivalitas dua tim itu mewarnai gelaran Divisi Utama hingga musim pertama Liga Super.
Derbi Jakarta edisi terakhir digelar pada 2010 silam. Setelah itu, Laskar Si Pitung terdegradasi dan mengalami krisis finansial yang membuat mereka terkatung-katung di Liga 3. Keberhasilan menembus Divisi Utama adalah prestasi membanggakan bagi Persitara. Pasalnya, Laskar Si Pitung bukanlah klub besar. Juga, mereka selalu dianaktirikan oleh Pemprov Jakarta, misalnya saat mereka tak mendapat dukungan memadai sebagaimana tim berjuluk Macan Kemayoran (Persija Jakarta).
Hal paling kentara saat klub-klub Indonesia masih disokong dana APBD. Persija dilaporkan mendapat kucuran dana sekitar 22 miliar dari Pemprov. Sedangkan Persitara hanya diberi kira-kira 3 miliar atau tujuh kali lebih kecil. Semasa Gubernur Sutiyoso menjabat, pemerintah pun seakan menyepelekan kehadiran Persitara. Pada 2009, pemerintah daerah mewacanakan slogan Jakarta Satu yang berarti hanya akan ada satu klub yang mewakili ibu kota. Persitara hendak dimerger ke dalam Persija. Wacana ini tentu ditolak kalangan suporter hingga akhirnya rencana merger dibatalkan.
Hilangnya Persijatim dari kancah persepakbolaan ibukota pun dijawab oleh Persitara. Laskar Si Pitung seperti tak ingin Jakarta hanya diwakili satu klub. Persitara meraih promosi pada 2005 dan menemani Persija di Divisi Utama. Pada 30 Januari 2006, pertandingan bersejarah digelar di Stadion Tugu. Untuk pertama kalinya sejak 1988, Persitara menghadapi Persija dalam kompetisi resmi. Waktu itu, Laskar Si Pitung harus mengakui keunggulan saudara tuanya. Dua gol dari Francis Wewengkang dan Roger Batoum hanya mampu dibalas sekali oleh Persitara melalui gol dari Jean Paul Boumsong.
Semusim kemudian, tepatnya pada 17 Februari 2007, sesuatu yang dinanti-nanti Persitara terjadi. Bermain di Stadion Tugu, Laskar Si Pitung membungkam Persija dengan skor 2-1. Dua striker yang pernah memperkuat Timnas Indonesia, Gendut Doni dan Kurniawan Dwi Yulianto mencetak gol Persitara dalam pertandingan tersebut. Kemenangan fenomenal diraih Persitara di musim pertama Liga Super Indonesia. Bertandang ke markas darurat Persija di Stadion Gajayana, Malang pada 6 Juni 2009, Laskar Si Pitung tampil meyakinkan dan menang 2-4.
Kemenangan tersebut menegaskan daya saing Persitara atas sang saudara tua. Pada masa itu, Laskar Si Pitung memang diperkuat pemain-pemain bintang yang membuat mereka mampu bersaing di papan atas. Pemain sekaliber Kurniawan, John Trakpor, hingga Alfredo Figueroa sempat membela Persitara.
Hingga sejak 2010, Persitara terus mengalami penurunan. Pada 2014, mereka teregradasi dari Divisi Utama 2014 karena masalah keuangan. Hingga tahun 2019, Persitara masih berkutat di Liga 3 Zona DKI Jakarta.[4]
Sponsor
- Adhoc Apparel
- RS Firdaus Jakarta
- Viva.co.id
- Forum RT/RW Jakarta Utara
- BEBIZIE
Rekor musim & prestasi
- 1994/1995: Divisi I
- 1995/1996: Divisi I
- 1996/1997: Divisi I
- 1997/1998: Kompetisi dihentikan
- 1998/1999: Semi-final Divisi I
- 1999/2000: Peringkat ke-5 Divisi I Grup Tengah II
- 2001: Peringkat ke-5 Divisi I Grup Tengah II
- 2002: Degradasi ke divisi II
- 2003: Peringkat ke-3 Divisi II Grup C
- 2004: Delapan Besar Divisi II (Promosi ke Divisi I karena penambahan klub)
- 2005: Peringkat ke-4 Divisi I (Promosi ke Divisi Utama)
- 2006: Peringkat ke-8 Wilayah Barat
- 2007: Peringkat ke-6 Wilayah Timur (Promosi ke Liga Super)
- 2008/2009: Peringkat ke-14 Liga Super
- 2009/2010: peringkat ke-18 Liga Super (Terdegradasi)
- 2010/2011: Divisi Utama
- 2011/2012: Peringkat ke-5 Divisi Utama Liga Indonesia
- 2012/2013: Juara ke-3 Divisi Utama Liga Premier Indonesia/Peringkat ke-5 Divisi Utama Liga Indonesia
- 2018/2019: 8 Besar Liga 3 DKI Jakarta
- 2019/2020: 8 Besar Liga 3 DKI Jakarta
- 2020/2021: Kompetisi tidak bergulir
- 2021/2022: 8 Besar Liga 3 DKI Jakarta
Suporter
NJ Mania merupakan basis suporter pendukung fanatik kesebelasan Persitara Jakarta Utara, berdiri sejak 25 Februari 2005, NJ mania pernah mencatatkan Rekor Muri atas prestasinya Perjalanan Supporter sepak bola menggunakan perahu, dalam rangka mendukung pertandingan sepak bola klub favoritnya, 540 orang supporter North Jakarta Mania melakukan perjalanan dengan menggunakan 11 perahu dari Muara Angke menuju Kamal Muara,[butuh rujukan] Kegiatan berlangsung pada September 2007 di Jakarta. Rekor muri kedua ditorehkan NJ Mania adalah saat bermain futsal terlama, yakni 3x24 jam tanpa henti di GOR Jakut pada bulan Maret 2008.[butuh rujukan] Kini NJ mania tetap setia mendukung Persitara meski sedang terpuruk di Liga 3.
Pemain
Mantan pemain Persitara
- Kurniawan Dwi Yulianto
- Wawan Dermawan
- Dadang Sudrajat
- Muhammad Renggur
- Suwita Pata
- Oktavianus Maniani
- Rahmat Rivai
- Tantan
- Gendut Doni Christiawan
- Yahya Sosomar
- Rivky Mokodompit
- Ardi Idrus
- Dedi Mulyadi
- Mustopa Aji
- Rizky Darmawan
- Iner Sontany Putra
- Ledi Utomo
- Sutikno
- Amarzukih
- Supriyadi
- Imam Arief Fadillah
- Taufiq Kasrun
- Prince Kabir Bello
- Kenji Adachihara
- Hisanori Takada
- Armand Joel Banaken Bassoken
- Ebenje Rudolf
- Ngo'o Jacques Evrard
- Javier Roca
- Patricio Jimenez Diaz
- Julio Eduardo cid Lagos
- Vali Khorsandipish
- Afshin Parsaeian Rad
- John Tarkpor Sonkaley
- Esaiah Pello Benson
- Germain Bationo
- Michel Adolfo de Souza
- Itimi Dickson
- Kim Jong-Kyung
- Mauricio Mazzetti
- Ladislas Kikunda Bushiri
- Ernesto Brunhoso
- Alfredo Figueroa
- Lamin Conteh
- Diego Mendieta
Staf Pengurus
Posisi | Nama |
---|---|
Presiden | M. Nuh Nasution |
Manajer tim | Suaib SH.MM |
CEO | Budi Setiawan |
Sekretaris | Gilang Ramadhan |
Direktur klub | Parid |
Staf Pelatih
Posisi | Nama |
---|---|
Pelatih Kepala | Elly Idris |
Asisten Pelatih | Peri Sandria |
Pelatih Kiper | M Sukron Chaniago |