Lembah Bujang

bangunan kuil di Malaysia

Lembah Bujang adalah sebuah susunan batu dan pelataran yang diduga sebagai bekas peninggalan sebuah candi di kawasan situs purbakala Lembah Bujang, yang juga diklaim sebagai peninggalan kerajaan Kedah,[butuh rujukan] walaupun tidak didasari dengan bukti otentik apapun. Kompleks susunan batu Lembah Bujang adalah satu-satunya kawasan yang diklaim sebagai peninggalan purbakala yang ditemukan di Malaysia.

Susunan batu Lembah Bujang.
Model fiktif yang direka berdasarkan khayalan mengenai bangunan Lembah Bujang, Kedah Lama, dipamerkan di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur.

Konstruksi utamanya adalah susunan batu di Bukit Batu Pahat. Sisa konstruksi yang ditemukan hanyalah berupa tangga dan batur yang membentuk susunan batu yang diklaim sebagai bekas bangunan dengan sebagian tubuhnya. Dibagian depannya terdapat susunan pelataran batu. Ditemukannya umpak-umpak batu tempat mencanangkan tiang kayu di bagian pelataran menunjukkan bahwa bagian dari susunan batu ini yang diperkirakan merupakan bekas bangunan kayu yang telah lama lapuk dan musnah sehingga tidak ditemukan sisanya.

Situs Lembah Bujang

Situs ini terletak di lembah Bujang, di selatan Alor Star, ibu kota Kedah. Nama Bujang berasal dari bahasa sanskerta: bhujanga yang berarti 'ular'. Lembah ini membentang dari Gunung Jerai di utara hingga muara Sungai Muda di selatan. Susunan batu ini ditemukan di sekitar tepian Sungai Muda yang merupakan bekas pusat pelabuhan niaga Kedah Lama yang diklaim ada sejak abad ke-5 masehi,[1] meskipun keabsahannya masih tidak dapat dibuktikan oleh arkeologis internasional.

Perkembangan pelabuhan niaga Kedah sering dikaitkan dengan kemaharajaan bahari Sriwijaya. Disebutkan Sriwijaya menaklukkan Kedah dan Langkasuka sekitar abad ke-7 masehi. Kedah menjadi pelabuhan bagian dari mandala Sriwijaya, sebelum akhirnya diserang dan direbut kerajaan Chola dari India Selatan sekitar awal abad ke-11.

Selain susunan batuan, ditemukan pula temuan berupa peripih (kotak batu), keramik, kaca dan manik-manik dari Tiongkok, Asia Barat, atau India, dan pecahan arca nandi dan relief boddhisatwa Sriwijaya. Susunan batuan ini diklaim memiliki dua fase; yakni fase Buddha pada kurun abad ke-5 sampai ke-10 masehi, dan fase Hindu pada kurun abad ke-10 sampai ke-13 atau ke-14 masehi, walaupun keabsahan informasi ini tidak dapat dikonfirmasi oleh ahli-ahli arkeologi dunia. Susunan batuan yang tersisa kini adalah susunan batuan yang diklaim merupakan peninggalan zaman Hindu dengan bagian wimana (bangunan tertutup tempat arca bersemayam) dan mandapa (teras terbuka tempat pemujaan).

Pranala luar

Referensi

  1. ^ "Journey Malaysia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-02. Diakses tanggal 2012-01-27. 

Galeri