Glorfindel (ɡlɔrˈfindɛl) adalah tokoh fiksi dalam legendarium Middle-earth milik J. R. R. Tolkien. Ia adalah bagian dari kaum Noldor, salah satu dari tiga kelompok Calaquendi atau High Elves. Namanya berarti "berambut emas" dalam bahasa Sindarin. Laurefindelë adalah namanya dalam bahasa Quenya yang memiliki arti yang sama. Karakter ini adalah salah satu dari sekian banyak karakter yang pertama kali diciptakan oleh Tolkien untuk dijadikan bagian dari legendarium Middle-earth miliknya di tahun 1916–17, bermula dari draf awal The Fall of Gondolin. Namanya berindikasi pada rambutnya sebagai tanda perbedaan di antara kaumnya, sebab umumnya kaum Noldor berambut gelap. Sebuah karakter yang bernama sama muncul di buku seri pertama The Lord of the Rings, The Fellowship of the Ring, yang berlatar di Zaman Ketiga di Middle-earth. Di dalam kisahnya, ia dideskripsikan sebagai seorang Elf yang sangat kuat yang mampu bertahan di hadapan Nazgûl, pelayan Sauron yang berupa roh atau hantu, dan bahkan mampu bertahan sendiri ketika melawan beberapa dari mereka sekaligus. Glorfindel dan sebuah versi dari kisah The Fall of Gondolin muncul di The Silmarillion, novel Tolkien yang dipublikasikan secara anumerta di tahun 1977.

Glorfindel
Tokoh Tolkien
Informasi
AliasLord of the House of the Golden Flower of Gondolin
RasElves
BukuThe Fellowship of the Ring (1954)
The Silmarillion (1977)
Children of Húrin (2007)
The Fall of Gondolin (2018)

Di kemudian hari, Tolkien mengeksplorasi latar belakang Glorfindel dalam sekian materi yang berkaitan dengan Zaman Pertama di Middle-earth, dan mengupayakan bagaimana kedua versi Glorfindel tersebut adalah karakter yang sama, karena hal itu tidak terbukti dalam versi The Silmarillion dan The Lord of the Rings yang sudah dipublikasikan di awal. Perubahan pada karakter Glorfindel yang paling terkemuka, yaitu tema reinkarnasi, sebagai bagian dari perkembangan legendarium Tolkien, telah dianalisis oleh para ahli.

Pengembangan

Konsep dan penciptaan

 
Lambang (coat of arms) Bar-en-Lothglor, atau the House of the Golden Flower, pada perisai yang disandang oleh pasukan yang dipimpin oleh Glorfindel.[T 1]

Dalam The Fall of Gondolin, buku yang mengisahkan penaklukan kota kaum Elves yang bernama Gondolin oleh Penguasa Kegelapan Morgoth secara detail, Tolkien menulis bahwa nama Glorfindel "berarti Goldtress sebab rambutnya bewarna emas" (dalam bahasa Inggris; "meaneth Goldtress for his hair was golden").[T 1] Hal ini adalah bagian pertama penulisan The Book of Lost Tales, sekitar tahun 1916–17, dan kisahnya dibacakan oleh Tolkien kepada Essay Club Exeter College di musim semi pada tahun 1920.[T 1] Kisah The Fall of Gondolin muncul dalam versi singkat di dalam The Silmarillion, dimana karakter ini disebut dengan "Glorfindel yang berambut pirang".[T 2] Menurut putra Tolkien, Christopher Tolkien, "ini dari awal adalah arti namanya".[T 1] Seorang Elf yang bernama sama muncul di kisah The Lord of the Rings, yang ditulis bertahun-tahun setelah penulisan draf orisinil The Fall of Gondolin: di dalam The Fellowship of the Ring, Glorfindel muncul untuk membantu si hobbit Frodo Baggins untuk meloloskan diri dari kejaran pelayan-pelayan Penguasa Kegelapan Sauron, penerus Morgoth.[T 3]

Sembari ide-idenya berubah selama bertahun-tahun, Tolkien menulis mengenai latar belakang Glorfindel beberapa kali.[1] Dalam draf pertama "Dewan Penasehat Elrond", yang akan menjadi bagian dari The Fellowship of the Ring, anggota-anggota Persaudaraan Cincin terdiri dari Frodo, Gandalf, Trotter (kemudian Strider/Aragorn), Glorfindel, Durin putra Balin (diganti menjadi Gimli putra Glóin), Sam, Merry dan Pippin; Boromir dan Legolas tidak muncul sampai kelak.[T 4] Catatan-catatan awal mengenai Dewan Penasehat Elrond menyatakan bahwa Glorfindel "menceritakan keturunannya di Gondolin". Di versi publikasi final The Fellowship of the Ring, Legolas menjadi perwakilan dari kaum Elves, meskipun kekuatan Glorfindel yang Tolkien kaitkan tetap ada karena ia digambarkan sebagai sosok yang cukup kuat untuk berhadapan dengan Nazgûl, sehingga ia dipilih untuk menuntun Frodo menuju tempat yang aman dari mereka.[T 3]

Di masa-masa akhir hidupnya, Tolkien mendedikasikan tulisan-tulisan terakhirnya kepada masalah karakter Glorfindel dan beberapa topik lain yang berkaitan, seperti yang tercatat di The Peoples of Middle-earth.[T 5][2] Dalam The Return of the Shadow, Christopher Tolkien menyatakan bahwa beberapa waktu kemudian setelah publikasi The Lord of the Rings, ayahnya "berpikir keras mengenai Glorfindel" di dalam bukunya, dan memutuskan bahwa hal itu adalah sebuah "pengunaan yang tidak terlalu tetap" pada sebuah nama yang nantinya akan diganti, seandainya hal ini dulunya segera diperhatikan.[T 4] Masalahnya terletak pada konsep orisinil Tolkien mengenai roh-roh kaum Elves yang sudah mati bereinkarnasi ke dalam tubuh lama mereka setelah peristiwa yang serupa dengan Api Penyucian di Balairung-balairung Mandos di Valinor, tempat tinggal "dewa-dewi" karya Tolkien, Valar dan Maiar, dimana kaum Elves dahulu tinggal sebelum bermigrasi ke Middle-earth. Setelah diberikan tubuh baru, kaum Elves yang telah mati menetap di Valinor.[2]

Pada akhirnya, Tolkien memutuskan bahwa setiap nama Elf haruslah unik, dan karena itulah kedua karakter Glorfindel haruslah karakter yang sama.[2] Pada tahun 1972, Tolkien menulis sebuah esai mengenai penjelasan bagaimana Glorfindel kembali ke Middle-earth setelah kematiannya di Zaman Pertama. Mengenai status Glorfindel sebagai seorang kaum Noldor yang Diasingkan, Tolkien mencatat bahwa Glorfindel dengan enggan meninggalkan Valinor dan tidak bersalah dalam Perang Saudara, dan semenjak pengorbanannya dalam mengalahkan Balrog dianggap "sebagai peristiwa yang sangat penting terhadap rencana-rencana Valar", ia dianugerahi kebebasan dari larangan Kaum yang Diasingkan dan dibersihkan dari segala kesalahan. Sesudah pulih dan diperbolehkan untuk menetap di Valinor, kekuatan spiritual Glorfindel meningkat pesat dan hampir setara dengan kekuatan Maiar.[2] Tolkien sempat mempertimbangkan untuk menjadikan Glorfindel sebagai teman seperjalanan Gandalf saat Gandalf berlayar menuju Middle-earth pada Zaman Ketiga, tetapi beliau berubah pikiran sebab menerobos batas antara Valinor dan "Lingkaran Dunia" akan membuatnya terlihat "memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada sekadar terlihat cocok (pada alur cerita)".[2] Ia mengusulkan bahwa Glorfindel akan diutus kembali ke Middle-earth oleh Valar pada Zaman Kedua sekitar tahun 1600, ketika Menara Barad-dûr selesai dibangun dan Sauron menempa Cincin Utama, serta ketika Númenor masih bersahabat dengan kaum Elves di bawah kepemimpinan Tar-Minastir.[2] Dalam satu versi Glorfindel diutus sebagai seorang pendahulu Istari (Penyihir); di dalam versi yang berbeda, ia mencapai Middle-earth bersama kedua Penyihir Biru. Dalam satu titik, Glorfindel bahkan sempat dianggap menjadi salah satu dari Penyihir, tapi Tolkien meninggalkan gagasan tersebut sebab Elves tidak bisa menjadi Penyihir, dan ia telah menyimpulkan bahwa Penyihir sebenarnya adalah Maiar.[T 5]

Biografi

Zaman Pertama

 
Jatuhnya Menara Turgon di peristiwa Kejatuhan Gondolin. Karya Tom Loback

Menurut The Silmarillion, Glorfindel lahir pada saat Masa Kedua Pohon di Valinor. Ia adalah bagian dari rombongan Turgon, tetapi ia melakukan demikian hanya karena kekerabatan mereka. Ia tidak mengambil bagian di peristiwa Perang Saudara di Alqualondë, tetapi mengikuti kaum Noldor menuju pengasingan. Kelak Glorfindel muncul sebagai salah satu kapten utama Raja Turgon yang mengawasi mundurnya saat Pertempuran Air Mata Tak Terbilang.[T 2] Setelah bertempur melindungi kota Gondolin, Glorfindel meloloskan diri bersama Tuor, Idril, Eärendil dan lainnya. Mereka melewati Pegunungan Melingkar di atas Gondolin. Tetapi, seekor Balrog dan sekelompok orc menyerang mereka tiba-tiba. Glorfindel melawan Balrog dan berhasil membunuhnya, tapi dirinya sendiri terluka parah. Jasadnya ditemukan oleh Thorondor sang elang perkasa dan dikuburkan di bawah tumpukan batu, dimana kelak akan timbuh bunga-bunga kuning.[2] Dalam The Fall of Gondolin, "Glorfindel and the Balrog" dijadikan sebuah pepatah dalam budaya Elves untuk menggambarkan keberanian dan kemampuan yang hebat dalam pertempuran.[T 1]

Setelah kematiannya di Zaman Pertama, roh Glorfindel pergi ke balairung-balairing Mandos di Valinor. Pada akhirnya Valar mengutusnya untuk kembali ke Middle-earth dengan misi yang sama seperti milik Istari, yang akan muncul beberapa ribu tahun kemudian.[T 6]

Zaman Ketiga

Dalam The Fellowship of the Ring, Glorfindel diutus oleh Elrond dari Rivendell ke arah datangnya Nazgûl untuk membantu Frodo mencapai Rivendell. Ia menaikkan Frodo ke atas kudanya, Asfaloth, dan pergilah Frodo terlebih dahulu ke sisi lain Sungai Bruinen, dimana ia berhasil menentang musuhnya. Dalam konfrontasinya dengan Nazgûl di Jembatan Mitheithel, Glorfindel menampakkan dirinya sebagai bangsawan Elf yang perkasa, yang menyeramkan ketika murka; Frodo melihatnya sebagai sosok yang bercahaya.[T 3] Ia hampir tertangkap, tetapi berhasil mendorong Nazgûl ke sungai tersebut dengan bantuan Strider and kawan-kawan hobbit Frodo, dimana mereka tersapu ombak yang menyerupai segerombolan kuda-kuda yang maju menyerang, yang merupakan sihir Elrond dan Gandalf. Ketika menikmati keramah-tamahan Elves Rivendell, Frodo terpesona oleh keindahan dan perawakan tinggi Glorfindel dan kerabatnya.[T 7] Glorfindel duduk di tempat kehormatan di samping Elrond dan Gandalf di Balairung Api di Rivenaell dn menjadi bagian Dewan Penasehat Elrond yang merundingkan mengenai penemuan Cincin Utama.[T 7] Glorfindel menunjukkan kebijaksanaan yang tidak biasa dengan berwaspada seandainya memberikan Cincin itu kepada Tom Bombadil yang penuh teka-teki, dan mengusulkan untuk menghancurkan Cincin serta mengorbankan Tiga Cincin kaum Elves untuk menuntaskan misi.[2]

Gandalf described Glorfindel as "one of the mighty of the Firstborn" and "an Elf-lord of a house of princes." When Frodo asks about the protection of Rivendell from Sauron's forces, Gandalf explains:[T 7]

In Rivendell there live still some of his chief foes: the Elven-wise, lords of the Eldar from beyond the furthest seas. They do not fear the Ringwraiths, for those who have dwelt in the Blessed Realm live at once in both worlds, and against both the Seen and the Unseen they have great power.[T 7]

When Elrond seeks to fill the last two spots in the Fellowship with folk of his own house, Gandalf brought up Glorfindel as an example in relation to the difficulty of the task of destroying the One Ring and justified the inclusion of Merry Brandybuck and Pippin Took by saying:[T 8]

I think, Elrond, that in this matter it would be well to trust rather to their friendship than to great wisdom. Even if you chose for us an elf-lord, such as Glorfindel, he could not storm the Dark Tower, nor open the road to the Fire by the power that is in him.[T 8]

Dalam salah satu Appendiks yang dipublikasikan di dalam volume ketiga, Kembalinya Sang Raja, dikatakan bahwa di Zaman Ketiga mula-mula, Glorfindel memimpin pasukan Rivendell, Grey Havens, and Lothlórien melawan Angmar di Pertempuran Fornost. Di sana ia berperang bersama Eärnur, pangeran Gondor, bersama sisa-sisa pasukan saudara kerajaan Gondor yaitu Kerajaan Arnor. Ketika Raja-Penyihir dari Angmar, Pemimpin Nazgûl dan pelayan utama Sauron, berkuda keluar untuk melindungi kedudukannya di Fornost yang telah direbutnya, kehadirannya menakuti kuda Eärnur dan melempar sang pangeran ke belakang, dan Raja-Penyihir mencemoohnya. Glorfindel berhadapan dengan Raja-Penyihir, yang melarikan diri menuju malam. Eärnur berniat untuk mengejarnya, tapi Glorfindel mencegahnya dan meramalkan bahwa Raja-Penyihir akan kalah di masa depan, tetapi bukan oleh "tangan Manusia" (dalam bahasa Inggris; 'the hand of man').[T 9] Bertahun-tahun kemudian, di saat Perang Cincin, Éowyn (seorang perempuan) membunuh Sang Raja-Penyihir di Pertempuran Padang Pelennor, dengan bantuan Meriadoc Brandybuck (seorang hobbit[T 10]). Sebelum peristiwa kalahnya Raja-Penyihir oleh Éowyn, kata "man" (berarti 'lelaki' atau 'manusia') di dalam ramalannya dahulu diartikan sebagai bahwa tiada seorangpun Manusia yang dapat mengalahkan Raja-Penyihir dari Angmar, bukan bahwa tiada seorangpun laki-laki dari ras Manusia yang dapat melakukannya.[T 11]

Referensi

Primary

This list identifies each item's location in Tolkien's writings.
  1. ^ a b c d e Tolkien, J. R. R. (1984), Christopher Tolkien (ed.), The Book of Lost Tales, vol. 2, Boston: Houghton Mifflin, III "The Fall of Gondolin", ISBN 0-395-36614-3
  2. ^ a b Tolkien, J. R. R. (1977), Christopher Tolkien (ed.), The Silmarillion, Boston: Houghton Mifflin, ISBN 978-0-395-25730-2
  3. ^ a b c Tolkien, J. R. R. (1954), The Fellowship of the Ring, The Lord of the Rings, Boston: Houghton Mifflin, book 1, ch. 12 "Flight to the Ford", OCLC 9552942
  4. ^ a b Tolkien, J. R. R. (1988), Christopher Tolkien (ed.), The Return of the Shadow, Boston: Houghton Mifflin, ISBN 978-0-395-49863-7
  5. ^ a b Tolkien, J. R. R. (1996), Christopher Tolkien (ed.), The Peoples of Middle-earth, Boston: Houghton Mifflin, "XIII. Last Writings", "The Five Wizards", p. 384, ISBN 978-0-395-82760-4
  6. ^ Tolkien, J. R. R. (1996), Christopher Tolkien (ed.), The Peoples of Middle-earth, Boston: Houghton Mifflin, 13 "Last Writings", "Glorfindel I & II", ISBN 978-0-395-82760-4
  7. ^ a b c d Templat:ME-ref
  8. ^ a b Templat:ME-ref
  9. ^ Tolkien, J. R. R. (1955), The Return of the King, The Lord of the Rings, Boston: Houghton Mifflin, Appendix A, I, iv "Gondor and the heirs of Anarion", OCLC 519647821
  10. ^ In Letter #31 of The Letters of J. R. R. Tolkien, Tolkien does say that Hobbits were strictly a sub-group of Men rather than a distinct race.
  11. ^ Tolkien, J. R. R. (1955), The Return of the King, The Lord of the Rings, Boston: Houghton Mifflin, book 5, ch. 6 "The Battle of the Pelennor Fields", OCLC 519647821

Secondary

  1. ^ Whittingham, Elizabeth (2017), The Evolution of Tolkien's Mythology: A Study of the History of Middle-earth, McFarland, hlm. 153, ISBN 978-1-4766-1174-7 
  2. ^ a b c d e f g h Anger, Don A. (2006). "Glorfindel". Dalam Drout, Michael D. C. J.R.R. Tolkien Encyclopedia. Routledge. hlm. 243–244. ISBN 978-1-1358-8033-0.